“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan, empat tahun kemudian, di sebuah klub malam Kota Froz, ia di pertemuan dengan seorang wartawan yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi empat tahun yang lalu, dan wartawan itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Dengan kamu pergi begitu saja apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Marahnya Abraham
Sampai di Villa, amarah Abraham kian memuncak saat mendapati, ternyata Alea tidak ada di sana.
"Maafkan saya Tuan, ampuni saya Tuan," sopir Villa bersimpuh dihadapan Abraham dengan mengatupkan kedua tangannya, ini kesalahan besar karena dia menurunkan Nyonya sebelum sampai Villa, tempat yang sudah ditunjuk Abraham. Hukuman tidak main-main pasti akan menimpanya.
Sekretaris Lee, menarik kerah baju sopir Villa dari belakang, mengangkatnya wajahnya agar melihat sorot mata mengerikan Abraham, diapun berkata, "Kamu tau kesalahan seperti apa yang sudah kamu lakukan?!"
"Tahu...tuan, saya mohon ampun, Nyonya Alea yang meminta turun di sana beliau bilang akan pulang sendiri ke Villa, dan Nyonya juga bilang, sudah meminta izin pada Tuan Muda, mohon ampuni saya Tuan."
Sekretaris Lee melirik Abraham, lelaki itu bertanya! Apa yang harus ia lakukan pada orang yang telah melakukan kesalahan besar ini. Sejenak hening tapi suasana masih sangat menegangkan, para pelaya dan penjaga yang menyaksikan penghakiman ini hanya bisa tertunduk, menangisi nasib buruk rekan mereka.
"Lepaskan dia!"
Sekretaris Lee tersentak, begitu juga dengan yang lainnya. Lepaskan! Kata ini tidak pernah sekali pun Abraham ucapkan pada orang yang melakukan kesalahan, tidak ada kata maaf bagi seorang Abraham, bahkan adik iparnya saja, Axel. Tidak bisa mendapat pengampunan saat melakukan kesalahan.
Tidak ingin bertanya kenapa, Sekretaris Lee melepaskan sopir itu.
"Terima kasih, Tuan Muda,” sopir kembali bersimpuh, kali ini dengan wajah bahagia tidak seperti sebelumnya yang amat ketakutan layaknya orang yang akan dihukum mati, “Sungguh Anda berhati baik Tuan Muda, saya berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama dan saya bersumpah akan selalu setia pada Anda....."
"Jika kamu masih berbicara, saya yang akan menghukum mu dengan tangan ini," potong Abraham, dengan menunjukkan kepalan besar tangannya.
Seketika bapak itu menutup mulutnya, ia mengangguk berulang dan dengan cepat, takut Tuan Muda berubah pikiran kepala pelayan mengajak sopir pergi dari sana.
Ada yang aneh dengan Abraham, semua sadar itu. Lelaki ini sedang marah besar tapi ia masih bisa melepaskan sopir yang tidak membawa Alea sampai Villa. Padahal itu kesalahan fatal.
Ada apa dengannya?
Hingga sampai malam hari, Abraham hanya bisa menahan emosinya yang menggebu-gebu, entah hukuman seperti apa yang akan ia berikan pada wanita yang sudah membuatnya hilang kesabaran, apa akan memaafkan seperti apa yang Abraham lakukan pada sopir Villa!
Sekretaris Lee, menghampiri lelaki yang suasana hatinya sedang tidak baik itu, Abraham berdiri di balkon kamar Alea, menatap pepohonan yang tentunya tidak terlihat karena gelap, udara pun sangat dingin tapi sudah sejak sore Abraham berdiam di sana, entah apa yang sedang dilakukan dan dipikirkan lelaki itu.
"Tuan, Bibi Yohana, sudah menyiapkan makan malam untuk Anda."
Suara Sekretaris Lee, hanya bagai angin malam melintas di telinga Abraham, yang tidak perlu disahuti. Lelaki itu hanya menggerakkan badannya karena mengambil nafas dalam, tanpa bersuara sepatah kata pun.
Ini karena Nyonya pergi, tidak pernah Tuan Muda seperti ini, pikir Sekretaris Lee.
"Tuan, jika Anda mengizinkan, saya akan pergi saat ini juga dan kembali dengan membawa Nyonya ke hadapan Anda."
Untuk kali ini Abraham merespon dengan membalik badannya melihat Sekretaris Lee, "Tidak! Dia sudah berjanji akan pulang sendiri."
Pulang sendiri...apa mungkin!
"Baiklah!" Sahut Sekretaris Lee, pasrah.
****
Keesokan harinya, Alea kembali mendapat kabar yang mengejutkan! Pengacara Andreas kembali masuk rumah sakit, kali ini keadaannya jauh lebih serius dari sebelumnya. Dia tidak dikeroyok oleh beberapa orang, melainkan hanya satu orang saja dan itu terjadi di kediaman Pengacara Andreas sendiri.
Alea yang khawatir, bergegas menuju Rumah Sakit, dia harus memastikan keadaan lelaki yang gesit dalam membantunya baik-baik saja.
Saat dalam perjalanan ke RS, Alea mendapat pesanan singkat dari Sekretaris Lee
(Nyonya, pulanglah ke Villa, sebelumnya semuanya terlambat)
Alea mengerutkan keningnya, sebelum terlambat....dia mengancam ku? Apa ini ulahnya?
Saat yang bersamaan pula, Alea mendapat pesanan teks berisi caci-maki dari Axel, yang baru saja dikeluarkan dari Proyek besar perusahaan Abraham.
Tidak salah lagi ini pasti perbuatanya.
Tidak mau meluapkan kemarahan lewat ketikan pesan, Alea langsung menelpon Sekretaris Lee, "Sekretaris Lee, apa kamu yang melakukan ini semua? Kamu yang sudah melukai pengacara Andreas?!" Tanya Alea dengan sangat emosi, jika Lee ada di hadapannya mungkin ia sudah mencakar-cakar wajah lelaki itu.
("Saya tidak mempunyai kuasa untuk melakukan itu, Nyonya.")
"Lalu siapa, Abraham?!" Alea semakin emosi.
("Nyonya, keadaan akan kembali seperti semula jika Anda kooperatif dan patuh, semua keputusan ada ditangan Anda, pikirkan baik-baik. Anda telah menyinggung dan melukai harga diri Tuan Muda.")
Melukai harga diri Tuan Muda...
"Apa maksudmu....halo! Sekretaris Lee!"
Alea jengkel sampai ingin melemparkan ponselnya, karena lelaki itu memutuskan panggilan sepihak, untung saja Alea ingat jika itu ponsel mahal dan satu-satunya benda berharga yang ia miliki saat ini.
Abraham.... kenapa dia seperti ini!
Alea kembali membuka ponselnya, mencari kontak yang sebelumnya sudah diblokir, Abraham! Tapi wanita ini ragu ingin membahas masalah ini dengan lelaki itu, Abraham sangat keras kepala, kata seperti apa yang harus diucapkan agar lelaki itu mau mengerti?
"Nona, kita sudah sampai," kata sopir taksi online, yang langsung mengurungkan niat Alea untuk mengirim pesan pada Abraham.
"Baik pak, terima kasih."
****
"Pengacara Andreas, apa ini semua perbuatan, Abraham?" Tanya Alea dengan mimik sedih melihat parahnya luka-luka yang diderita lelaki itu.
Pengacara Andreas mengulas senyum kecil, "Anda tidak perlu mengkhawatirkan saya Nona, sebagai seorang pengacara tentu hal seperti ini sudah sering saya alami."
"Jadi benar, Abraham yang melakukannya?"
Pengacara Andreas mengangguk pelan.
Semalam, Abraham yang tidak bisa tidur karena frustasi memikirkan masalah, wanitanya yang semakin memberontak dan menantangnya, menjadi gelap mata. Alih-alih luluh dengan menjemput Alea, memintanya untuk kembali pulang secara baik-baik, Abraham justru mendatangi kediaman Andreas. Bukan untuk silaturahmi tentunya. Abraham geram pada lelaki itu, segala kemarahan yang menumpuk di jiwanya Abraham lampiaskan kepada Andreas yang sebenarnya tidak bersalah, ia hanya membantu Alea sebagai seorang pengacara yang ditunjuk. Untung saja Abraham masih dianugerahkan kewarasan, hingga ia tidak sampai membuat pengacara Andreas tinggal nama.
"Maafkan aku Andreas, jika bukan karena aku, kamu pasti tidak seperti ini."
"Tidak Nona, tidak seharusnya Anda meminta maaf, saya sudah berjanji akan membantu dan selalu melindungi, Nona."
Pengacara Andreas begitu baik, tapi entah kenapa Alea tidak nyaman dengan sikap Andreas yang terlalu baik padanya, ada ketakutan di lubuk hatinya, lelaki itu mencoba meraih tangan Alea, tapi dengan cepat Alea menjauhkan tangannya.
menyebalkan...
Alea orang yang baik, pstinya tidak akan tega dengan penyiksaan terhadap penjahat dg cara yg sadis??
kasihan nyonya Sandra begitu terpukul & depresi dg kenyataan yg ada , suaminya selingkuh dan selingkuhannya yg menyebabkan cucu perempuannya meninggal???🤔/Drowsy//Panic/