Ellia Naresha seorang gadis kecil yang harus menjadi yatim piatu diusianya yang masih sangat muda. Setelah kepergian orang tuanya, Ellia menjalani masa kanak-kanaknya dengan penuh siksaan di tangan pamannya. Kehidupan gadis kecil itu akan mulai berubah semenjak ia melangkahkan kakinya di kediaman Adhitama.
Gavin Alvano Adhitama, satu-satunya pewaris keluarga Adhitama. Dia seorang yang sangat menuntut kesempurnaan. Perfeksionis. Dan akan melakukan segala cara agar apa yang diinginkannya benar-benar menjadi miliknya. Sampai hari-hari sempurnanya yang membosankan terasa lebih menarik semenjak Ellia masuk dalam hidupnya.
Cinta dan obsesi mengikat keduanya. Benang takdir yang sudah mengikat mereka lebih jauh dari itu akan segera terungkap.
Update tiap hari jam 08.00 dan 20.00 WIB ya😉🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Kembali
Di salah satu akhir pekan yang tenang, Ellia berencana untuk berkeliling hutan mencari jamur dan buah-buahan liar seperti biasa. Sudah lama ia tak melakukan perburuan, karena banyaknya tugas kuliah. Dan sekarang karena ia ada waktu luang ia memutuskan untuk bersantai.
Pagi hari setelah paman Yunus berangkat kerja, Ellia segera bersiap. Sebelumnya, ia sudah meminta izin pada paman Yunus. Dan tentu saja beliau mengizinkan. Ellia mengenakan dress bewarna biru muda selutut dan sepatu boot putih. Tak lupa ia juga mengenakan topi jerami yang sudah ia hias dengan pita bewarna senada dengan gaunnya. Tak lupa ia juga membawa ponsel dan kunci rumah pohon di tas selempang kecilnya.
"Oke, waktunya berburu!!" Seru Ellia dengan semangat. Tak lupa ia membawa dua keranjang kayu untuk membawa hasil perburuannya nanti.
Ellia dengan semangat menyusuri hutan. Ia mendapatkan banyak jamur liar di sana. Jamur yang kalau di supermarket atau pasar cukup mahal harganya. Namun, bisa ia dapatkan dengan bebas dan gratis di hutan.
Kemudian ia menemukan serumpunan buah blueberry yang sudah matang. Dengan mata berbinar Ellia segera memanen buah-buahan itu dan memasukkannya pada keranjang. Sesekali ia langsung memakan buahnya. Rasa segar dan manis langsung meledak di dalam mulutnya.
Setelah kedua keranjangnya penuh, barulah Ellia melanjutkan perjalanannya. Ia menuju ke sungai seperti biasa. Ia akan membasuh wajah dan kakinya di aliran sungai yang jernih itu. Rasa lelah seakan langsung menguap dari tubuhnya. Ellia duduk di sebuah batu besar di tepi sungai dengan kaki yang masih terendam di air. Ia memejamkan matanya, menikmati semilir angin dan suara kicauan burung diantara pepohonan. Tenang.
Karena, ia merasa mengantuk. Ellia memutuskan untuk mampir ke rumah pohon sebentar. Sesampainya di sana ia mengecek sekitar. Karena, rumah pohon itu masih bersih Ellia tak jadi membersihkannya. Ia duduk di kursi kayu seperti biasa. Namun, karena lelah ia beberapa kali melirik tempat tidur. Ellia membayangkan pasti beristirahat di atasnya akan sangat nyaman.
"Tidak Ellia! Kalau tuan Gavin mengatahuinya, maka ia akan dalam bahaya. Si tuan muda itukan gak suka kalau barang-barangnya di sentuh sembarangan." Gumam Ellia mengingatkan dirinya sendiri.
"Tapi, tuan muda kan gak bakalan tau. Dia kan ada di luar negeri selama bertahun-tahun ini. Gak mungkinkan, tiba-tiba dia akan kembali hari ini tanpa pemberitahuan terlebih dulu? Apalagi langsung datang ke rumah pohon ini tanpa ke rumah utama dulu. Itu tidak mungkin." Gumam Ellia menimbang-nimbang keputusannya.
"Biarin ah. Aku akan istirahat sebentar lalu pulang. Nanti sebelum pulang, tinggal aku beresin maka tuan muda tidak akan tau. Hehe." Putus Ellia yang akhirnya menyerah dengan rasa kantuknya dan memilih berbaring di atas tempat tidur. Saat punggungnya menyentuh kasur empuk, tak butuh waktu lama ia pun terlelap.
...
Sebuah mobil hitam berjalan mengarah ke arah jalan Adhitama. Sesampainya mobil itu di persimpangan jalan yang akan membawanya ke jalan Adhitama, mobil itu berhenti.
"Kalian pergi saja dulu ke rumah. Aku akan berjalan santai dulu di hutan. Aku sangat merindukan tempat ini." Perintah Gavin pada sopir dan Fauzan. Keduanya mengangguk mengiyakan. Lalu Fauzan dengan cepat segera membantu membukakan pintu mobil untuk Gavin.
"Berhati-hatilah tuan. Jangan terlalu lama. Saya dan semuanya akan menunggu dan memyambut kedatangan anda." Ucap Fauzan hormat.
Yah, hari itu Gavin akhirnya pulang setelah bertahun-tahun lamanya. Ia sengaja tak memberitahukan kepulangannya untuk jadi kejutan. Namun, saat ia melihat jalanan hutan miliknya, ia ingin berjalan-jalan santai dan menikmati suasana itu. Suasana yang sangat ia rindukan.
Gavin berjalan-jalan di hutan, menatap pepohonan yang semakin tinggi dan rindang. Suara kicauan burung, angin semilir. Semakin membuat perasaannya tenang dan nyaman. Tak banyak hal yang berubah dari hutan itu dari terakhir yang ia ingat. Ia melepas jas dan dasinya. Membuka kancing kerah dan menggulung lengan bajunya sampai ke siku.
Beberapa saat kemudian, tak terasa ia sampai ke rumah pohonnnya. Gavin mengerutkan dahinya karena melihat pintu rumah pohon terbuka. Ia merasa deja vu. Lalu, ia teringat dengan Ellia.
"Apakah gadis kecil itu di dalam?" Gumam Gavin menebak-nebak.
Tanpa menunggu waktu lama, ia segera berjalan menaiki anak tangga dengan perlahan. Di depan pintu, mata Gavin melebar saat ia melihat seorang gadis sedang tidur di atas kasur dengan posisi membelakanginya.
Rambut hitam panjang gadis itu terurai jatuh ke samping kasur dan bergerak-gerak mengikuti angin. Tubuhnya ramping dengan betis putih bersih yang terekspos karena gadis itu hanya mengenakan dress selutut. Gavin melihat pemandangan itu beberapa detik sampai gadis itu menggeliat dan memutar tubuhnya. Kini gadis itu tidur dengan posisi menghadap ke arahnya. Di situlah Gavin mulai menganali siapa gadis itu.
"Ellia." Gumamnya pelan.
Perlahan Gavin melangkah mendekati Ellia dengan hati-hati. Saat ia sudah berada tepat di samping tempat tidur ia bisa melihat wajah Ellia dengan jelas. Wajahnya memang tak jauh berbeda dari saat kecil, namun aura gadis itu sudah berubah.
Gavin mengamati wajah Ellia dengan lekat. Bulu mata Ellia yang panjang dan lentik, hidung mancung, bibir ranum kemerahan yang senada dengan semburat pink di pipi gadis itu karena kulit putihnya.
Tanpa sadar ia mengulurkan tangan dan merapikan rambut Ellia kebelakang telinga. Tanpa sengaja leher jenjang gadis itu terlihat. Bahkan, garis tulang selangkanya juga. Pemandangan itu membuat Gavin tertegun. Ia sadar sepenuhnya, bahwa gadis di depannya ini sudah berbeda dengan gadis kecil yang suka ia ganggu dulu. Ia bukan lagi gadis kecil itu, tapi benar-benar seorang gadis dewasa.
Angin kembali berhembus dan akan menyibak dress Ellia. Gavin dengan cepat menutupi kaki gadis itu dengan jasnya. Namun, karena gerakan tiba-tiba itu membuat Ellia terbangun.
Ellia yang merasa terkejut karena merasa ada sesuatu di kakinya segera membuka mata dengan tergesa. Saat matanya terbuka hal pertama yang ia lihat adalah seorang pria asing yang tak ia kenal.
"Akhhhh!!!!!" Teriak Ellia spontan dan akan memukul pemuda di depannya. Namun dengan gerakan cepat pemuda itu memegang tangan dan menutup mulutnya bersamaan.
Kedua mata mereka bertemu. Gavin bisa melihat mata hitam Ellia yang membulat lebar. Menatap mata hitamnya, membuat Gavin seakan tenggelam ke dalamnya. Begitu juga dengan Ellia, ia bisa melihat sepasang mata cokelat tajam yang menyilaukan. Tatapan yang sudah lama tidak ia lihat. Ia pun sadar siapa sosok di depannya. Gavin. Tuan mudanya yang sudah lama tak kembali.
Melihat Ellia yang sedikit tenang dan tidak lagi menunjukkan perlawanan. Perlahan Gavin menurunkan tangan yang menutup bibir Ellia. Lagi-lagi ia melihat bibir ranum Ellia, Gavin segera mengalihkan pandangannya kembali ke mata Ellia.
"Sudah tidurnya?" Bisik Gavin pelan di dekat telinga gadis itu. Suara rendah dan dingin milik Gavin membuat seluruh tubuh Ellia merinding. Ia terpaku.
Dia sungguh, telah kembali ...
.
.
.
Bersambung ...