NovelToon NovelToon
Mentri Pertahanan Jadi NPC Bocil

Mentri Pertahanan Jadi NPC Bocil

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Anime / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:703
Nilai: 5
Nama Author: Rodiat_Df

Aditiya Iskandar, seorang Menteri Pertahanan berusia 60 tahun, memiliki satu obsesi rahasia—game MMORPG di HP berjudul CLO. Selama enam bulan terakhir, ia mencuri waktu di sela-sela tugas kenegaraannya untuk bermain, bahkan sampai begadang demi event-item langka.

Namun, saat ia terbangun setelah membeli item di game, ia mendapati dirinya bukan lagi seorang pejabat tinggi, melainkan Nijar Nielson, seorang Bocil 13 tahun yang merupakan NPC pedagang toko kelontong di dunia game yang ia mainkan!

dalam tubuh boci
Bisakah Aditiya menemukan cara untuk kembali ke dunia nyata, atau harus menerima nasibnya sebagai penjual potion selamanya?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiat_Df, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Agenda Misterius Raja

Suara derap kuda bergema di sepanjang jalan berbatu kota. Dari kejauhan, rombongan Kekaisaran mulai terlihat, membuat kerumunan warga semakin ramai berbisik.

Di barisan paling depan, seorang pria muda berambut pirang keemasan menunggang kuda hitam gagah dengan bendera Kekaisaran berkibar di sisinya. Matanya tajam dan penuh wibawa, memperlihatkan aura seorang pemimpin. Mantel biru gelap dengan lambang Kekaisaran di bahunya berkibar tertiup angin, semakin mempertegas statusnya.

Di belakangnya, beberapa ksatria berbaju zirah perak berbaris rapi, masing-masing memegang tombak panjang yang ujungnya berkilauan terkena sinar matahari. Kuda-kuda mereka dihiasi perlengkapan mewah khas kerajaan.

Di tengah iring-iringan, sebuah kereta emas megah yang ditarik oleh empat kuda putih melaju dengan anggun. Ukiran rumit dan lambang Kekaisaran menghiasi setiap sudutnya, memperlihatkan betapa pentingnya orang yang berada di dalamnya.

Di bagian belakang rombongan, lebih banyak ksatria berjubah merah tua menjaga barisan dengan ketat. Mereka adalah bagian dari Ordo Ksatria Kekaisaran, pasukan elit yang hanya mengabdi kepada keluarga kerajaan.

Nijar yang berdiri di antara kerumunan menyipitkan mata, mencoba mengenali sosok pria muda yang memimpin rombongan itu.

Sebastian Lucas yang berdiri tidak jauh darinya juga memperhatikan iring-iringan tersebut, namun saat Nijar bertanya "Siapa mereka?", Sebastian hanya melirik sekilas sebelum pergi tanpa menjawab.

Sementara itu, bisik-bisik di antara warga semakin ramai:

"Itu Pangeran Kekaisaran!"

"Tidak mungkin, kenapa dia datang ke sini?"

Mendengar itu, Nijar semakin penasaran. "Jadi itu seorang pangeran…?" pikirnya sambil memperhatikan pria muda berambut pirang yang masih menunggang kudanya dengan gagah di depan barisan.

---

Sesampainya di rumah, Nijar sedikit terkejut melihat Lizna sedang berbicara dengan seorang pemuda seusianya di depan rumah. Dari posturnya yang tegap dan rambut hitam khasnya, Nijar langsung mengenali sosok itu—Sebastian Lucas.

Sebastian berdiri dengan tenang, ekspresinya tetap datar seperti biasanya. Tidak ada tanda-tanda keakraban, namun ada sesuatu dalam cara mereka berbicara yang membuat Nijar penasaran.

Namun, sebelum Nijar sempat bertanya, Sebastian sudah membungkuk sedikit kepada Lizna dan berkata dengan sopan,

"Terima kasih atas waktunya, Nona Lizna. Saya akan pergi sekarang."

Lizna tersenyum tipis dan mengangguk. "Baiklah, aku akan menunggu kabarmu."

Sebastian lalu berbalik dan berjalan melewati Nijar tanpa mengatakan sepatah kata pun. Sekilas, mata mereka bertemu, namun Sebastian hanya menatapnya sekilas sebelum berlalu begitu saja.

Nijar mengangkat alis, "Huh? Apa-apaan itu?" pikirnya. Tapi melihat Lizna yang tetap tenang, dia akhirnya mengabaikannya.

"Siapa dia, Kak?" tanyanya santai sambil berjalan masuk.

Lizna hanya tersenyum ringan, "Bukan urusanmu, Nijar. Kau baru pulang? Cepat bersihkan diri dan makan malam."

Nijar menghela napas, lalu mengangkat bahu. "Ya, ya, aku tidak akan ikut campur urusan bisnismu. Lagipula, Sebastian itu anak saudagar kaya, pasti urusan dagang."

Tanpa berpikir panjang lagi, Nijar pun masuk ke rumah, sementara di benaknya, bayangan pangeran berkuda yang ia lihat tadi di kota masih terus terngiang.

---

Sementara itu di istana kerajaan

Di dalam istana kerajaan, suasana tampak megah dan formal. Para bangsawan berpengaruh, termasuk Adipati Bruno Erling, Count Roman Aegir, dan Viscount Darius, telah berkumpul untuk menyambut rombongan Kekaisaran, yang dipimpin oleh Pangeran Demian Ross.

Pintu utama aula besar terbuka lebar, dan Pangeran Demian Ross melangkah masuk dengan penuh wibawa. Pria muda bertubuh tegap dengan rambut keemasan itu mengenakan jubah kebesaran Kekaisaran, diikuti oleh para pengawal dan bangsawan kekaisaran lainnya.

Namun, ekspresi pangeran terlihat kurang senang. Keningnya sedikit berkerut, dan tatapannya tajam menyapu ruangan. Ia memperhatikan sesuatu yang janggal—sang Raja tidak hadir di tempat penyambutan ini.

"Hmm... aneh," gumamnya dengan nada meremehkan. "Aku datang jauh-jauh dari Kekaisaran, tapi Raja tidak repot-repot menyambutku secara langsung?"

Para bangsawan di ruangan itu saling bertukar pandangan, menyadari ketidakpuasan pangeran.

Count Roman Aegir, yang berdiri di barisan depan, segera maju selangkah dengan sikap penuh hormat.

"Mohon maaf, Yang Mulia Pangeran Demian," kata Roman dengan nada tenang. "Baginda Raja saat ini sedang kurang sehat dan membutuhkan istirahat. Namun, beliau telah menunggu di aula kerajaan untuk bertemu dengan Anda secara langsung."

Pangeran Demian mendengus pelan. Wajahnya masih menunjukkan ketidaksenangan, tapi setelah mendengar penjelasan itu, ia akhirnya sedikit mengendurkan ekspresinya.

"Hah... Begitu rupanya. Yah, aku bisa memaklumi... Orang tua memang sering jatuh sakit," ujarnya dengan nada bercanda yang terdengar seperti ejekan.

Bruno Erling, Roman Aegir, dan Darius sama-sama menahan ekspresi mereka. Perkataan pangeran yang terang-terangan mengejek Raja sebagai 'orang tua yang sering sakit-sakitan' tentu terasa tidak sopan, namun mereka tahu bahwa membantah seorang pangeran Kekaisaran di depan umum bukanlah tindakan bijak.

Meskipun kesal, mereka tetap menjaga sikap, dan Count Roman hanya tersenyum tipis sebelum berkata, "Silakan, Yang Mulia. Kami akan mengantarkan Anda ke hadapan Baginda Raja."

Pangeran Demian menyeringai kecil sebelum berjalan lebih dulu menuju aula kerajaan, diikuti oleh rombongan kekaisarannya.

Sementara itu, Bruno, Roman, dan Darius hanya bisa saling melirik satu sama lain. Hati mereka penuh ketidaksenangan, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

"Orang ini terlalu sombong," pikir mereka dalam hati.

---

Di dalam aula kerajaan, suasana terasa berat. Pangeran Demian Ross melangkah masuk dengan sikap tegap, matanya tajam menatap takhta di ujung aula, tempat Raja duduk dengan santai, seolah tak terganggu dengan kehadiran tamunya.

Para bangsawan, termasuk Adipati Bruno Erling, Count Roman Aegir, dan Viscount Darius, berdiri di sisi ruangan, menyaksikan pertemuan ini dengan penuh kewaspadaan.

Namun, yang mengejutkan mereka bukan hanya ekspresi kesombongan Pangeran Demian, tetapi juga sikap Raja sendiri.

Raja tidak berusaha berdiri, tidak sedikit pun menunjukkan tanda hormat atau keramahan seperti biasanya. Ia hanya bersandar santai di singgasananya, dengan satu tangan menopang dagunya, ekspresinya acuh tak acuh.

Pangeran Demian berhenti di beberapa langkah dari singgasana, wajahnya mengeras.

"Baginda Raja," katanya dengan nada terkontrol, meskipun jelas terdengar ada ketidaksenangan di baliknya. "Aku datang sebagai utusan Kekaisaran. Kupikir, setidaknya kau akan menyambutku dengan sedikit lebih... hormat."

Raja tidak langsung menjawab. Ia hanya menggerakkan matanya sedikit, menatap Pangeran Demian dengan tatapan yang sulit dibaca—bukan tatapan seorang pemimpin tua yang lelah, tetapi lebih seperti seseorang yang sedang menguji sesuatu.

Setelah beberapa detik sunyi yang menegangkan, Raja akhirnya berbicara, suaranya dalam dan dingin.

"Hormat?" Ia tertawa kecil, tapi tanpa humor. "Aku tidak melihat alasan mengapa aku harus berdiri hanya karena seorang bocah dari Kekaisaran datang menemuiku."

Ruangan mendadak sunyi.

Bahkan para bangsawan yang hadir, termasuk Darius, Bruno, dan Roman, merasakan ada sesuatu yang tidak biasa.

Pangeran Demian membelalakkan mata, jelas terkejut sekaligus tersinggung.

"Baginda," katanya dengan nada yang lebih tajam, "aku datang membawa kepentingan Kekaisaran. Ini bukan sekadar kunjungan pribadi. Aku—"

"Aku tahu kenapa kau di sini," Raja memotong dengan suara tenang, tetapi ada sesuatu yang mengintimidasi di balik ketenangan itu. "Dan aku juga tahu bahwa kau tidak datang dengan niat murni."

Pangeran Demian mengatupkan rahangnya, menahan amarahnya.

Sementara itu, Darius menatap Raja dengan pandangan penuh keraguan.

"Ada apa dengan Baginda hari ini?" pikirnya.

Ini bukan Raja yang selama ini ia kenal. Biasanya, Raja adalah orang yang penuh perhitungan, selalu menjaga citra, dan tidak pernah bertindak gegabah.

Namun hari ini... Raja terlihat berbeda.

Ada sesuatu dalam caranya berbicara—sesuatu yang lebih dingin, lebih tajam, seolah ia bukan lagi pemimpin yang bijak, melainkan seseorang yang memiliki agenda tersembunyi.

Para bangsawan lain pun merasakan hal yang sama.

Mereka hanya bisa diam, menanti bagaimana pertemuan ini akan berakhir...

1
Rosita Rose
seru nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!