Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-5
Seminggu telah berlalu, dan hari ini lumayan terik walaupun masih di jam 9 pagi, Evan berjalan memasuki sebuah restoran kecil yang tak jauh dari Apartemennya untuk mengisi perut yang mulai keroncongan.
Tak lama datang pelayan yang sepertinya sudah sangat mengenal Evan.
"Pagi Bos, mau pesan apa?" Tanya pelayan itu.
"Pagi ini aku ingin roti dan selai, isian daging dan sayur jangan lupa ditambahkan" jawab Evan dengan sumringah.
"Siap Bos, mohon bersabar dan tunggu sebentar lagi" sahut sang Pelayan segera pergi dari hadapannya Evan untuk menyiapkan pesanan.
Tak lama kemudian Evan sudah mulai menyantap hidangan pagi yang dimakan untuk mengisi tenaganya kembali, maklum hari ini begitu banyak pekerjaan yang harus di hadapi.
Sesaat Evan bisa menikmati makanan dengan tenang dan melihat pemandangan sekitar yang begitu menyegarkan, tiba-tiba sebuah panggilan ponsel merasa mengganggunya, Evan langsung membuka Ponselnya.
"Help me Ev!" Terdengar suara yang lirih dan berulang beberapa kali.
"Apa yang terjadi Dix, ceritakan padaku!" Teriak Evan yang seketika berdiri dan merasakan ada yang tak biasa dengan nada bicara Dixon.
"Aku butuh bantuan mu, kaki ku tidak bisa bergerak, tangan ku patah, dan semua uangku dirampas oleh Glen, aku tidak kuat lagi Ev"
"Tunggu dan diam disana, bertahanlah, berikan lokasimu padaku, cepat!"
Ponsel di tutup sepihak, dan tak lama Evan segera melesat pergi tanpa mendengarkan teriakan sang Pelayan.
Evan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, keadaan darurat yang di dengarnya tadi seketika memacu adrenalinnya untuk segera menolong temannya yang jelas dalam masalah serius.
"Damn!" Evan panik saat dihadang kemacetan jalanan yang ada didepan, dengan bermodalkan GPS segera mengaktifkan jalan pintas untuk mencari solusi tercepat mencapai lokasi.
Dixon sudah mengirimkan tempat dimana sekarang berada, dan sialnya itu masih cukup jauh dari posisi Evan sekarang.
"Sepuluh menit lagi Dixon, bertahanlah!" Gumam Evan sambil konsentrasi penuh mengemudikan motor sport yang kini melaju kencang.
Berbelok sedikit lagi, setelah itu akan sampai di lokasi, dan Evan semakin menaikkan kecepatan, namun tiba-tiba saja berpapasan dengan sebuah mobil sport merah yang berhenti mendadak, sontak Evan tak sempat untuk mengerem.
Jarak terlalu dekat, tak ingin mencelakakan orang lain, Evan lalu membanting ke kiri, ada sebuah tempat sampah besar yang setidaknya bisa mengurangi kecepatan selain dengan bantuan Rem, itupun masih lolos dan akhirnya membentur bemper belakang mobil.
Brak!
"Oh Shitt!" Evan terjatuh berguling, lalu segera bangun dan menuju ke mobil yang sudah rusak bagian bumper belakangnya.
"Sialan apa-apaan kau ha!" Teriak seorang wanita yang baru saja keluar dari mobilnya dan melotot ke arah Evan yang akan menghampiri.
Kini keduanya membeku, baik Evan ataupun wanita itu tak percaya telah bertemu, detik berikutnya Evan langsung menyambar tangan wanita itu dan mengajaknya masuk ke dalam mobilnya.
"Apa yang kau lakukan!" Teriak si wanita yang terkejut saat Evan sudah menginjakkan pedal gas dan melesat dengan kembali memakai mobilnya.
"Diam, dan aku butuh mobilmu dulu Dry"
"Kau perampok?!"
"Terserah"
"Akh'!, jangan ngebut seperti ini, kau ingin kita mati?!" Teriak Dry sambil tangannya berpegangan karena takut.
"Setidaknya kita mati berdua" jawaban konyol Evan.
"Dasar Gila!"
"Kau yang akan tergila-gila padaku"
"Sinting!" Teriak Dry lagi
Evan tak peduli, terus menambah kecepatan hingga tiba di tempat tujuan dengan wajah Dry yang sudah pusat pasi.
"Jangan keluar dari mobil apapun yang terjadi, mengerti?!"
Tidak menunggu jawaban Dry, Evan langsung melangkah cepat dan menerobos sebuah tempat, sepertinya gudang kosong, tapi ada beberapa orang yang terlihat berjaga, dengan satu gerakan yang tak di duga, Evan dengan mudah melumpuhkan.
Dry yang tak sengaja melihat, begitu terkejut dan di buat merinding.
"My God, apa aku terlibat dengan seorang Mafia?" Ucap Dry yang kini berusaha akan keluar dari mobil, tapi_
"Brengsek!, dia mengunciku dari luar, sialan Evan!" Teriaknya tak terima dan ingin sekali memberikan balasan akan perbuatannya.
Sementara Evan terus masuk dan berteriak memanggil Dixon, tak adalagi yang di takuti saat ini, lalu seorang laki-laki dan beberapa orang bodyguard nya menghampiri.
"Evan keluar dari sini, lari!" Teriak Dixon yang nampak tergantung di tali dengan darah yang sudah membasahi tubuhnya, bahkan satu tancapan pisau ada di kakinya, sungguh keadaan yang mengerikan.
"Bajingan kalian!" Ucap Evan dengan tangan yang sudah tergenggam erat.
Rupanya Evan baru mengerti, Dixon sengaja disiksa untuk memancingnya, dan terlihat semua sudah direncakan untuk melukainya juga.
"Kau berani sekali Glen Mark, aku pastikan kali ini kau akan membusuk di penjara!" Ucap Evan sungguh-sungguh dengan mata tajamnya.
Glen malah tertawa, merasa memang sebelum bertarung dengan Evan, jelas itu juga tidak akan dilakukan, karena Glen mengandalkan orang-orang bayarannya untuk melakukan keinginannya.
Dixon yang merasa ketakutan berusaha untuk bicara dan menyuruh Evan lari menyelamatkan diri.
"Tenanglah Dix, ini bukan hal yang sulit"
Evan tak lagi menunggu, melesat cepat dan menerjang Anak buah Gelem yang sudah bersiap, gerakan tak terduga dan begtu cepat, Evan terlihat begitu tepat dan cepat, bermodalkan gerakan tangan dan kakinya saja, tidak sampai lima menit semua di buat tumbang.
Glen membelalakkan mata tak percaya, lalu Evan segera menghubungi pihak berwajib dan merekam itu semua, lalu mengirimkan ke pengacaranya, setelah itu, dengan hati yang masih penuh emosi, Evan tiba-tiba saja menyalakan api di satu tempat.
Dixon tak percaya, semua seperti sulap yang tiba-tiba ada, dan dengan kasar Evan menyeret Glen yang sudah babak belur olehnya.
Satu tangan itu di tarik dan sengaja di masukkan ke dalam api panas yang berkobar, Terdengar teriakan yang cukup nyaring dan memilukan, satu tangan Glen terbakar habis dan kini menggelepar tak sadarkan diri.
Evan tersenyum puas, lalu dengan cepat membebaskan Dixon, menggendongnya keluar dan kemudian meletakkan di atas tempat yang aman.
"Sebentar lagi Ambulan akan datang" ucap Evan.
"Terimakasih Ev, kau tidak apa-apa?" Tanya Dixon sambil menahan nyeri di sekujur tubuhnya.
"Dirimu sendiri yang perlu kau cemaskan, bukan aku" sahut Evan.
"Aku tidak menyangka, kau sangat kejam" Dixon menggelengkan kepala tak percaya dengan apa yang telah terjadi dengan sepupunya.
"Itu tidak seberapa, dia seharusnya mendapatkan hukuman lebih dari itu"
"Jangan Ev, itu sudah cukup"
"Kau terlalu baik Dix"
"Dia sepupuku"
"Dan dia tak ragu menyiksamu"
Dixon terdiam, karena memang benar apa yang dikatakan Evan, lalu kemudian terdengar suara Ambulan dan juga mobil petugas kepolisian datang hampir bersamaan.
Dixon lega, bukan hanya tentangnya, tapi saudaranya juga akan segera mendapatkan pertolongan setelah satu tangannya terbakar habis dan masih tak sadarkan diri.
"Aku pergi, nanti aku temui di Rumah Sakit" ucap Evan sebelum melangkah menuju ke sebuah mobil sport mewah yang tak bergerak dari tempatnya.
Evan menekan tombol di kunci mobil yang dia bawa, dan akhirnya pintu itu terbuka.
"Hai wanita kaya, apa kabarmu?"
"Sialan, brengsek kau Ev!"
Terdengar teriakan yang membuat Evan justru tertawa.
Jangan lupa KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.