NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Wanita Pelangkah

Malam pun tiba, sekitar pukul 19.20 WIB. Makan malam di rumah Jamilah baru akan dimulai setelah menunggu Bapak dan Jaka.

Semua anggota keluarga sudah duduk lesehan termasuk Alexander, mengelilingi makanan yang sudah diletakkan Emak di tengah-tengah mereka.

Tidak lama kemudian, makam malam pun usai. Tidak ada makanan yang tersisa pada setiap piring anggota keluarga, pun dengan Alexander. Yang malam ini bisa hanya makan dengan ayam goreng bumbu yang dibuatkan Emak. Sungguh diluar dugaan, dirinya pun tidak mengerti kenapa bisa makan hanya dengan lauk seperti itu?. Padahal selama ini tinggal di rumah Kakek Utomo pun, setiap kali ia mau makan, seorang Chef handal yang sudah dipilih Daddy Emir untuk memperhatikan asupan makanan empat sehat lima sempurna untuk sang putra. Hingga saat ini pun masih berlaku seperti itu.

"Kak Jul, aku punya PR, tolong bantu aku ya?." Jaka sudah mengambil buku, duduk disebelah Julia, bersebelahan dengan Alexander yang duduk berdekatan dengan Jamilah.

"Yang mana?." Julia menyingkirkan remote yang sedang dipegangnya.

Emak buru-buru mengusap pipinya saat Abah masuk ke dalam kamar.

"Kenapa lagi Emak menangis?."

Emak menutup rapat pintu kamar, duduk di bawah ranjang lalu melipat kain yang tadi pagi di jemurnya.

"Mungkin kalau Jamilah sudah menikah waktu itu, ia akan memiliki anak seusia Alexander."

Emak mengenang kejadian beberapa tahun silam, sebelum pada akhirnya Jamilah terus-terusan dilangkahi oleh ketiga adiknya. Dimana pada waktu itu, pernah ada pemuda kota yang datang membawa lamaran untuk Jamilah. Jamilah meminta waktu hanya tiga hari untuk menyakinkan hatinya, tapi selang dua hari Jamilah langsung memberikan penolakan atas lamaran pria kota tersebut. Dengan alasan satu hari setelah lamaran itu, datang seorang gadis kota yang begitu cantik dan sangat terlihat jika wanita itu dari kalangan berada menemui Jamilah. Wanita itu pun membeberkan dengan hasil testpack kalau dirinya sedang berbadan dua dan pria yang melamar Jamilah lah ayah dari calon anaknya.

"Emak masih saja mengingatnya. Itu sudah lama sekali Mak. Ini sudah kehendak Gusti Alloh. Jadi kita sabar saja, Jamilah saja tidak pernah mengeluh apa pun. Jamilah menjalani hidupnya sesuai dengan hati dan pikirannya, Insya Alloh Gusti Alloh akan mempermudah jalan Jamilah."

"Gimana Emak bisa lupa Pak, kalau dari situ awal mula anak kita menerima setiap kemalangan dalam hidupnya. Hingga para tetangga kadang memanggil Jamilah wanita pelangkah. Tapi Jamilah malah membalas mereka dengan senyuman, tapi Emak tahu pasti hati Jamilah sangat sedih Pak. Coba Bapak ingat-ingat, ada enggak saudara jauh kita yang memiliki anak laki-laki yang usia tidak jauh dari Jamilah?. Enggak apa-apa lah beda dua sampai empat tahun Mah itu masih wajar Pak."

Bapak mengangguk-angguk sambil mengingat-ingat sesuatu.

"Jodoh juga harus diusahakan Pak, enggak ujuk-ujuk turun dari langit dan langsung menikahi Jamilah. Semuanya juga harus ada usahanya." Emak memasukkan kain-kain dan beberapa baju ke dalam lemari. Kembali mengintip kedekatan Jamilah dengan Alexander. Lagi-lagi Emak mengelap pipinya setelah menutup pintu.

"Iya Mak. Besok Bapak akan ke kota untuk menemui Saudara kita yang tinggal di sana, atau siapa tahu mereka memiliki kenalan yang anak bujang nya belum menikah?." Bapak menyanggupi ide Emak, karena tidak ada salahnya jika mereka berusaha membantu mencarikan jodoh untuk Jamilah.

Sementara itu di ruang tenang, Julia dan Jaka sedang menonton acara kesukaan keduanya yaitu sketsa komedi.

Jamilah berdiri, membantu menarik tangan Alexander lalu merapikan hijabnya.

"Ayo kita tidur, ini sudah malam. Besok kita harus bangun pagi."

Jamilah merapikan tempat tidur, menggelar selimut tebal di bawah ranjang, dengan satu bantal dan satu guling untuk dirinya tidur dibawah.

"Kamu tidur di atas kasur. Ibu tidur di bawah sini." Jamilah meluruskan kedua kakinya yang terasa pegal kerena dari tadi ditekuknya.

Alexander hendak turun dan ingin menukar posisi mereka.

"Ibu guru Jamilah aja yang tidur di atas, biar aku yang dibawah. Ini kan tempat tidur Ibu, aku yang menumpang tidur disini."

"Tidak, kamu tetap tidur di atas. Biar Ibu yang di bawah, tidak ada bantahan ya?." Jamilah meminta Alexander untuk segera tidur. Jamilah sendiri sudah memiringkan tubuhnya menghadap ke kanan. Hingga memunggungi Alexander.

Alexander merebahkan tubuh, menghadap Jamilah yang memunggunginya. Dengan pakaian yang serba panjang dan tetap mengenakan hijab instannya. Sampai tidak terasa kedua mata Alexander yang terus menatap punggung Jamilah kini sudah terpejam dengan sempurna. Begitu juga dengan Jamilah yang sudah tertidur, hampir berbarengan.

Tiba-tiba Alexander membuka mata, ia segera melihat ke bawah dimana Jamilah masih tidur dengan posisi yang sama.

"Hampir jam dua"

Tidak lama, Alexander melihat Jamilah yang sudah duduk. Merapikan hijab lalu bangkit berdiri. Segera Alexander menutup kedua matanya, pura-pura tidur.

Alexander kembali membuka matanya sedikit, guna melihat apa yang dilakukan Jamilah setelah dari luar. Alexander mendapati Jamilah dengan mukena dan sajadahnya yang terhampar. Usai mengucapkan salam dan melantunkan dzikir, kini kedua tangan Jamilah menengadah ke atas untuk beberapa lama sampai terkahir Jamilah mengucap aamiin sambil mengusap wajah.

Merapikan kembali mukena dan sajadah lalu digantungnya lagi.

"Apa Tuhan bisa membawa Mommy kembali pada ku?." Tanya Alexander pada Jamilah yang sedang membuka salah satu buku yang sudah sering dibacanya.

Jamilah menoleh pada Alexander yang tengkurep sambil menopang dagu.

"Asal kamu memintanya dengan serius dan sepenuh hati"

Entah apa yang dipikirkan oleh Alexander saat ini, tapi Jamilah menangkap raut wajah kebahagian yang tidak bisa disembunyikan oleh anak kecil itu.

.

.

.

Pagi-pagi buta, sehabis sholat subuh. Bapak berpamitan pada Emak dan Jamilah untuk mengunjungi saudara yang ada di kota. Tanpa memberitahu Jamilah alasan yang sebenarnya.

"Bapak hati-hati di jalan, jangan ngebut-ngebut bawa motornya." Ibu sudah membungkus beberapa keripik pisang yang dibelinya dari tetangga, sebagai buah tangan dari Bapak.

"Kalau ada apa-apa cepat kabari kami." Jamilah memberikan beberapa lembar uang pecahan 100rb pada Bapak sebagai pegangan aja untuk di jalan. Memiliki kendaraan memang harus sudah siap dengan segera resikonya. Bapak memasukkan uang tersebut kedalam dompet, lalu menaruhnya didalam saku jaket bagian depan.

"Iya Milah, Emak. Bapak jalan dulu ya. Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam...." Emak dan Jamilah menunggu di depan rumah sampai motor Bapak benar-benar tidak terlihat lagi.

"Alexander mau diantarkan pulang atau di jemput?."

"Mungkin dijemput. Tapi Milah belum tanya Emak. Entar aja Milah tanya."

Keduanya kembali masuk ke rumah. Emak langsung ke dapur dan Jamilah masuk ke kamar.

Alexander sudah duduk ditepi ranjang dengan muka bantal dan rambut yang acak-acakan.

"Di dekat rumah Ibu guru Jamilah ada enggak teman aku atau anak yang sekolah di tempat kita."

"Ada banyak, tapi mereka jarang main ke daerah sini. Mereka lebih sering main ke kampung sebelah atau lebih sering main bola di lapangan dekat sawah."

"Bisa kita melihat lapangan yang Ibu guru Jamilah bilang?."

"Bisa, tapi setelah kamu mandi dan sarapan ya."

"Ok"

.

.

.

Beberapa menit kemudian, bukan hanya Jamilah dan Alexander saja yang pergi kelapangan tapi Jaka dan Julia juga. Bedanya Jaka dan Julia menuju ke sana nya dengan berjalan kaki. Berbeda dengan Jamilah yang membonceng Alexander.

Sampai di lapangan, sudah banyak anak-anak yang wajahnya sudah dikenal Alexander. Ternyata banyak anak yang sekelas dengan dirinya.

"Ibu guru..." Anak-anak didik Jamilah mengerubungi Jamilah untuk bersalaman, kemudian mereka melanjutkan kembali bermain sepak bolanya.

Tono, Agus, Lili dan Iwan yang merupakan teman satu kelas dengan Alexander. Keempatnya mulai tidak menyukai Alexander sejak membuat ulah di sekolah saat upacara.

"Tono, Agus, Iwan, Lili, tolong ajak Alexander bermain bola bersama kalian?."

Keempatnya saling pandang, sebelum akhirnya Tono mengiyakan Alexander untuk ikut bermain.

"Tapi kami melawan mereka Ibu guru." Tunjuk Toni pada anak-anak kelas enam. Ada Musa, Wahid, Caca dan Hendra.

Jamilah tahu mereka semua anak baik jadi tidak masalah main bersama pun.

"Iya enggak apa-apa." Jawab Jamilah setelah mendapatkan persetujuan dari Alexander untuk tetap bermain bersama mereka.

"Ayo Alexander, bergabung bersama kami." Iwan menarik kencang tangan Alexander saat Jamilah tidak memperhatikan mereka. Hingga Alexander terhuyung mengenai Agus yang sudah bersiap pasang badan untuk membenturkan tubuh mereka saat beradu.

"Awwww...." Ternyata Agus menyikut juga bagian perut Alexander yang membuatnya tambah meringis. Sebab tubuhnya sendiri sedang tidak siap untuk menerima serangan apa pun.

"Kita bisa bermain cantik kan?." Bisik teman yang lainnya.

Tanpa sepengetahuan Jamilah, Alexander mendapatkan perlakuan tidak baik dari teman dan Kakak kelasnya saat bermain sepak bola. Bahkan Jaka dan Julia pun tidak mengetahuinya, padahal mereka begitu dekat dengan posisi Alexander. Sementara Jamilah sendiri sedang berbincang dengan Ibu Wiwin dan Ibu Zahra.

Sudah tidak dapat menahan tubuh dari beberapa kali serangan yang dilancarkan oleh mereka. Alexander berlari ke arah Jamilah dengan tubuh sempoyongan.

"Alexander sudah main bolanya?."

Alexander hanya mengangguk dan segera minta pulang.

Jamilah berpamitan pada Ibu Wiwin dan Zahra, lantas ia segera menyalakan motor dan mengendarainya dengan pelan.

Sepintas melihat dari kaca spion, Alexander terlihat meringis dan memegang bagian perut.

Jamilah menepi di tempat yang aman, guna melihat apa yang terjadi apa Alexander.

"Kamu kenapa?." Jamilah turun dari motor sambil memegang tubuh Alexander yang akan ambruk.

Alexander menggeleng lemah. "Aku tidak bisa bermain sepak bola jadi badan ku pada sakit semuanya. Nanti sampai di rumah tolong siapkan air panas untuk berendam. Supaya cepat menghilangkan rasa sakit-sakitnya." Alexander menutupi apa yang dilakukan oleh teman-temanya itu. Entah karena alasan apa Alexander melakukan itu?.

"Iya nanti sampai rumah Ibu akan merebus air untuk mu." Jamilah kembali menaiki motor dan segera membawanya lagi.

.

.

.

Jamilah langsung saja menuangkan air panas pada baskom yang berukuran besar. Supaya muat untuk Alexander berendam.

"Air panasnya kurangnya?." Tanya Jamilah dari balik pintu kamar mandi.

"Sudah cukup Ibu guru Jamilah. Terima kasih." Jawab Alexander dari dalam. Ia merasakan sekujur badannya sakit semuanya. Ada memar pada kedua paha Alexander karena ulah Caca dan Musa yang bilangnya tidak sengaja menendang paha Alexander sebab posisi bola yang sedang diperebutkan.

"Apa Ibu guru Jamilah akan mempercayai ku kalau aku katakan yang sebenarnya tentang mereka saat tadi bermain bola?. Mengingat Ibu guru Jamilah mengatakan pada ku mereka adalah anak-anak yang baik." Gumam Alexander lirih.

1
Patrish
tak cari berkali kali kok tidak ketemu endingnya...
Patrish
tetangga nyinyir ga usah dibagi Mak.. nanti malah bikin emak sakit hati
Patrish
aku gemes sama emak emak yang lambenya turah.... swmpat sempatnya mereka pagi2 ngumpul di depan yoko cuma mau menjatuhkan mental Julia.... lhakalo emaknya kaya' gini suaminya apa ya ga pusiing
Patrish
masih tersisa satu nama Yulia mungkin itu jodohmu.. ARKAM.. 😀😀😀😀
Patrish
harusnya Arkam malu dengan pernyataan Yulia... tapi dasar kulit badak... ya tetep saja..
Patrish
tetangga yang aneh... bisabisanya sampai cek ke rumah pak Utomo... kurang kerjaan banget.... payah!!
Patrish
ini novel rapi amat.. persoalan dikupas tuntas satu per satu.. pertama dengan Tiffani... kedua dengan Isyana... sekarang Alexander dan Arkam.... tinggal nunggu kelanjutannya.. 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Patrish
itu namanya obsesi Arkam... bukan cinta... karena obsesi sifat jahatmu muncul.... apalagi memakai anak kecil untuk tujuan jahatmu....
Patrish
pak Emir kena penyakit Cauvade Syndrome....
Patrish
waaaah... Arwah Isyana bakal jadi arwah gentayangan nih.. pulang dengan menyisakan dendam... meracuni otak anaknya.... meninggal dalam keadaan tidak ikhlas
Patrish
pasti bukan karena bayaran dari Emir yang besar... tapi hati nurani perawat ini memang jernih
Patrish
bener bener racun nih si Isyana...
Patrish
waduh... kompor....
Patrish
tahan nafas.. takut Joy bangun🙈🙈🙈
Patrish
Arkam yang pemaksa...
Patrish
ada pemain baru nih.. Jordan... waah.. jangan jangan... 🤔🤔🤔🤔
Patrish
perempuan macam iblis dipelihra.. heran aku Mir.... kemana matamu
Nasechah
lanjutannya mana author, gemes ni ama pasangan juliet and arkam
Patrish
ini kampung macam apa sih... warganya liar seperti itu.. ga ada sopan sopannya sama sekali...
Patrish
dasar dokter ga tahu adat... mulut dokter kok lebar ... jaga etika dok😠😠😠
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!