NovelToon NovelToon
Salahkah Aku Mencintaimu

Salahkah Aku Mencintaimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Nawa

Hasta dan Jesan menjalin hubungan tanpa di ketahui kedua orang tua Hasta karena sang Mama yaitu Sarah tidak merestui hibungan mereka karena status social yang mana Jesan hanya anak yatim piatu. Akan tetapi, Hasta tetap bertahan sampai tiga tahun lamanya membuat Sarah curiga dan mencari tau keberadaan Jesan hingga Sarah melakukan kekerasan pada Jesan hanya untuk menyuruhnya menjauhi Hasta.

Sarah menjodohkan Hasta dan Anjani sampai mereka menikah, tetapi pernikahan Anjani seperti di neraka baginya karena selama lima tahun mereka menikah Hasta tidak pernah sekalipun membalas cinta Anjani dan memilih kembali bersama dengan Jesan yang selama lima tahun tidak bertemu dan akhirnya mereka dipertemukan lagi. Lalu Hasta memutuskan menikah dengan cinta pertamanya.

Bagaimana kah nasib pernikahan Anjani, apakah gadis itu menerima jika suatu saat dirinya mengetahui pernikahan kedua suaminya?

happy reading😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 ( Kedatangan sosok Anjani )

Tak kunjung keluar dari penjara, Jesan meminta bertemu dengan Hasta pada Andrew. Awalnya sang kakak tidak mengizinkan, tetapi saat Jesan mengatakan jika itu kemauan anak di dalam kandungannya ia pun tidak bisa menolak lagi.

Tibalah mereka berdua berbicara betapa terkejutnya Jeana melihat keadaan suaminya yang terlihat kurus, dan juga ada beberapa luka di tubuhnya akibat perkelahian di dalam sel tersebut.

Terkadang Hasta berkelahi dengan sesama napi karena mereka merendahkan istrinya yang mana dikatakan Jesan adalah perusak rumah tangga dirinya dan Jihan dan juga Jesan disebut wanita sewaan hanya untuk mengandung anak seorang CEO karena istri pertama nya tidak bisa memberikan anak untuk Hasta.

"Sayang, maafkan aku. Semua adalah salahku harusnya aku yang ada di dalam penjara. Bukan kamu, hiks," Isak Jesan menggenggam erat kedua tangan Hasta.

"Tidak, jangan berkata seperti itu. Aku yang memaksa mu menikah dan sekarang aku harus tanggung resikonya. Sayang aku mohon jangan menangis. Kasian anak kita nanti ikut sedih kamu yang kuat dan sabar menunggu kan?" Jesan memeluk Hasta karena perkataan suaminya membuatnya bertambah bersedih.

"Pertanyaan macam apa itu, Tuan. Aku akan selamanya menunggumu. Aku tidak bisa melihat suamiku seperti ini hanya untuk membelaku. Hatiku sakit sungguh sakit, Tuan. Karena kembalinya aku hanya membuatmu menderita," ujar Jesan.

"Akan lebih menderita lagi jika aku tidak bisa bertemu dengan mu lagi, Jesan. Jangan khawatirkan aku di sini. Aku baik-baik saja. Maaf selama hamil aku tidak bisa menemanimu melihat perkembangan anak kita," ucap Hasta seraya mengelus lembut kedua pipi sang istri.

Jesan membawa Hasta duduk kembali bersamanya, ia membawakan beberapa makanan yang ia masak sendiri. Setelah selesai menyiapkannya Hasta dengan amat senang makan masakan sang istri begitu lahapnya.

Sudah seminggu lebih ia di tahan dan makanan di dalam sel pun seadanya, tetapi walaupun Hasta hidupnya sangat berkecukupan ia tidak mengeluh dan selalu yakin pasti semua akan bisa selesai dan ia akan baik-baik saja.

"Aku sudah kenyang. Masakan mu tidak berubah selalu enak. Terimakasih istriku udah masakin buat aku," ungkap Hasta ia membantu membereskan tempat makan.

Salah satu petugas menghampiri mereka memberitahu waktu besuk tahanan sudah berakhir. Berat rasanya untuk berpisah dengan sang suami. Akan tetapi, Jesan tidak bisa protes dan memilih pulang. Sebelum pulang tidak lupa Hasta menyapa calon anaknya dan mungkin betapa senangnya sang anak yang masih di dalam kandungan merasakan kehadiran Sang Ayah yang baru kali ini mengelus perut buncit Sang mama.

"Aku pulang dulu, Tuan," ucap Jesan.

"Hmm ... Kau hati-hatilah di jalan," sahut Hasta yang di anggukki Jesan.

Di luar sudah menunggu Andrew yang berada di mobil, Andrew dapat melihat Jesan dari kejauhan yang mana ia melangkah menghampiri dirinya.

Namun, saat Andrew ingin menghampiri balik Jesan, dirinya melihat wanita paru baya dengan penampilan sedikit glamor menggunakan kaca mata hitam melangkah masuk menuju kantor polisi membuat Andrew berlari lebih dulu setelah itu ia menarik tangan Jesan dan bersembunyi di balik tembok menghalangi Jesan dengan tubuh kekarnya.

"Kakak ... Ad. Empp," Jesan berteriak karena terkejut, tetapi dengan cepat Andrew membungkam mulutnya dengan telapak tangan kekarnya.

Setelah di rasa wanita itu sudah menjauh buru-buru Andrew membawa sang adik menuju mobilnya. Jesan pun bingung ia hanya menuruti Andrew untuk masuk ke dalam mobil, setelah itu Andrew memutari mobil dan ikut masuk ke dalam sampai mobil itu melaju meninggalkan kantor polisi.

*

*

"Mau apa mama kesini?" ketus Hasta.

"Mama hanya ingin menemui putra mama apa salah? Kenapa kau terkesan membenci mama Hasta. Tidak tau kah kau betapa rindunya mama pada mu. Kau tega sekali berbicara seperti itu pada mam, hiks," isak Sarah.

Hasta menarik napasnya sangat dalam. Jika sudah seperti ini ia juga tidak tega melihat ibu yang sudah berjuang melahirkan menangis karena merindukannya. Ia pun bangkit menghampiri Sarah lalu memeluk nya.

"Maafkan aku, mah. Aku juga merindukan kalian tapi apa mama tau kenapa aku bersikap seperti ini pada mama? Karena mama juga yang mulai. Jujur aku tidak menyangka jika mama dan Vanes tega mencelakai istriku saat itu," terang Hasta.

"Jadi, kamu lebih percaya perkataan Jesan dibandingkan mama, Hasta. Mama benar-benar tidak melakukan itu," elak Sarah yang mana membuat Hasta menarik sudut bibirnya seraya menggelengkan kepalanya pelan.

"Lebih baik mama pulang saja. Aku lagi malas berdebat," Hasta beranjak pergi meninggalkan Sarah begitu saja tanpa berkata lagi membuat Sarah merasa jengkel.

"Hasta ... Hasta! Ish, kenapa sih dia itu cinta banget sama gadis kampung itu! Apa istimewanya wanita itu hingga putra ku begitu tergila gila padanya," decak Sarah yang juga meninggalkan kantor polisi dengan rasa marah.

Setelah pertemuan nya dengan Jesan dan sang mama, kini Hasta terduduk lemah seraya bersandar di dinding sel yang mana terasa dingin karena beralaskan tikar saja dengan menutup kedua matanya.

Tidak lama, air mata jatuh begitu saja membasahi pipinya di kala ia teringat sosok wanita yang kini telah berada di syurga.

"Anjani, maaf aku sungguh tidak bermaksud menyakiti mu sampai seperti ini," lirih Hasta masih dengan matanya yang terpejam hingga ia merasakan keberadaan seseorang yang memegangi bahunya membuat pria itu langsung membuka kedua matanya menatap sendu sosok cantik bak bidadari syurga yang kini tersenyum sangat manis di hadapannya membuat jantung Hasta berdetak kencang.

"Anjani ... Apakah aku bermimpi?" Hasta mengusap kedua matanya mengerjap tiada henti memastikan sosok tak kasat mata yang sangat cantik tak hentinya tersenyum tanpa berkata apapun.

"Maaf, aku minta maaf. Kenapa kau melakukan ini padaku, Anjani mengapa,hiks. Tidak bisakah kita bicarakan dulu kenapa kau bertidak bodoh seperti ini!" pekik Hasta.

Sosok Anjani pun mendekat tepat di telinga Hasta dan membisikkan sesuatu.

"Hei ... Bangunlah, bodoh!" teriak salah seorang napi yang mana membuat Hasta terbangun dengan keringat di sekujur tubuhnya dan napas yang tiada henti seperti sehabis berlarian sangat jauh.

Hasta mengusap wajahnya kasar seraya menatap penghuni napi yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, tetapi dirinya tidak peduli jika memang mereka ingin mencari masalah lagi dengannya.

"Kau bermimpi apa sampai air mata bercucuran seperti itu! Dasar pria cengeng," ledek napi itu. Lalu semuanya pun tertawa dan Hasta lagi-lagi hanya terdiam.

"Hasta putra Nugraha," panggil petugas polisi sembari membuka jeruji besi.

"Iya, pak. ada apa?" tanya Hasta.

"Kau bebas hari ini, pelapor sudah mencabut laporannya," terang petugas tersebut.

"Wah, enak kali dia bos baru beberapa Minggu udah bebas aja. Kita yang bertahun-tahun ga bebas-bebas," keluh salah seorang napi.

"Yah namanya juga banyak duit. Emangnya elu kere. Jangankan duit keluarga ajah menjauh dari Lu. Mana ada keluarga lu yang nengokin di sini. Ga ada kan? Emang dia dari kemaren banyak banget yang jenguk udah kayak artis ajah," kebebasan Hasta membuat para napi sedikit gaduh.

"Hei kalian jangan berisik. Mau ditambahin lagi hukumannya jadi seumur hidup! Kasus dia berbeda sama kalian. Kalo kalian sudah jelas menghabisi korban secara ugal ugalan. Lah kalau dia dicintai secara ugal ugalan sampai istrinya tiada. Dia itu pembunuh berdarah dingin kayaknya. Soalnya bisa membunuh tanpa menyentuh," sindir petugas itu terang-terangan, tetapi bagi Hasta itu bukan sindiran melainkan kenyataan. Jadi, ia tidak marah dan menerima kesalahan yang sebenarnya tanpa ia sengaja.

Sekarang yang hanya dipikiran Hasta adalah bagaimana bisa pelapor yang merupakan mertuanya bisa mencabut laporan atas dirinya. Padahal ia tau dari Andrew jika keluarga Sanjaya sangat membencinya.

*

*

Tiba di Rumah Jesan bertanya pada sang kakak alasan mengapa ia menarik dirinya seakan menyembunyikan Jesan dari seseorang. Karena sepanjang jalan ia bicara, tetapi Andrew hanya diam seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Kakak, bicaralah! Aku sedari tadi bertanya padamu!" desis Jesan.

"Apa?" singkat Andrew.

Plak

"Arrgghh ... Apa-apaan kau Jesan! kenapa menggigit tangan ku!" rintih Andrew kesakitan.

"Kenapa kau menarik ku dan menyembunyikan aku tadi di kantor polisi?" tanya Jesan.

"Ada mertua kamu. Kaka ga mau kamu bertemu sama dia. Kakak ga sanggup mendengar dia menghina mu di depan kakak," terang Andrew.

Seketika pikiran Jesan tertuju pada sosok wanita yang mana ingin membuat dirinya tiada. Jesan terduduk di kursi yang berada di depan pintu. Langkah Andrew terhenti ketika ia tersadar Jesan tidak ada dibelakangnya lalu ia melihat adiknya sedang melamun membuat dirinya kembali menghampiri nya.

"Apa yang kamu pikirkan, Jesan?" tanya Andrew sangat lembut.

"Kau bilang mertua ku? Apa dia sudah menerima ku dan anak ini?" tunjuk Jesan seraya mengelus lembut perut buncitnya.

"Tidak penting dia menerima mu atau tidak. Tidak akan ada pengaruh nya juga untuk mu dan Hasta. Malah seharusnya dia yang berada di dalam penjara sekarang kalo saja kau tidak menghalangi Tuan Adnan mungkin mereka sudah menebus dosa-dosa nya di dalam jeruji besi," terang Andrew.

Jesan mengangguk pelan lalu ia pun bangkit melangkah masuk ke dalam perlahan. Karena jujur perut nya sudah membesar dan langkahnya pun tidak bisa bebas seperti dulu. Apalagi tubuhnya yang mulai menggemuk dengan kaki yang sedikit membengkak.

Dret

Drett

"Ya, hallo? Apa ... Baiklah aku akan segera kesana menemui mu," ucap Andrew melalui telepon langsung saja ia kembali menuju mobilnya membuat Jesan yang ingin bertanya pun keduluan Andrew yang sudah pergi melajukan mobilnya.

"Kebiasaan buat orang penasaran. Aku kan ingin bertanya ada apa? Siapa yang ingin dia temui?" Gerutu Jesan.

*

*

Bersambung.

Mohon dukungan nya ya. Jangan lupa like komen agar aku selalu semangat 👍🥰

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!