Hana dan Kinan dinyatakan meninggal dalam kebakaran rumah yang dasyat. Daud sebagai suami terpaksa menerima kenyataan tersebut setelah jenazah keduanya ditemukan kosong di dapur rumah mereka. Lalu bagiaman dengan aset yang ditinggalkan Hana yang diwariskan dari almarhum orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YNFitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kotak perhiasan
Hamid sedang membahas program kerja yayasan dan sekolah beserta kedua sodaranya Toha dan Janah. Sebelumnya ada beberapa karyawan dan pengurus yayasan ikut bergabung. Namun selesai melaporkan kondisi keuangan dan program yayasan, sekolah serta minimarket dan hotel, mereka langsung pergi menyisakan ketiga kaka beradik itu di ruangan yang merupakan ruang rapat kecil.
"Sebenarnya ada apa Mid, sampai kamu menahan kita. Urusan yayasan dan usaha-usaha kita seperi ya lancar sesuai laporan" Tanya Janah mengungkap rasa penasarannya.
Hamid mendesah dan berkali-kali menarik nafas. Terlihat sekali dia kebingungan. Janah sungguh tidak sabar melihat adiknya masih diam. Hampir saja dia berbicara tapi didahului kakaknya Toha.
"Aku tahu kamu menyimpan entah rahasia atau beban berat, Mid, apalagi sejak Hanif dan kawannya cukup intens menemuimu meski tidak bisa dibilang sering"
"Apa hubungannya dengan Hanif kang, kurasa dia datang karena bagaimanapun kita bisa dibilang keluarganya" tanya Jannah
"Ya kamu tanya adikmu itu Jan, karena dia yang paling sering ditemui" jawab Toha membuat Hamid mau tak mau kembali menarik nafas.
"Jadi kenapa Mid, kok malah jadi degdegan. Teu aya nanaon lin? Tanya Jannah sedikit cemas pada Hamid.
"Teu, ceu teu, insyaaaloh teu aya masalah. Tapi kang Toha dan Ceu Jannah belum tahu sesuatu yang saya tahu dari lama. Jadi rasa-rasana teh dosa kalau saya gak kasih tahu" Jawab Hamid.
Toha dan Janna berpandangan, merasa aneh dengan jawaban adiknya.
"Kalau teu masalah, kenapa atuh kamu teh ga kasih tahu. Kan kita malah jadi bingung dan penasaran sekarang" jawab Jannah mulai tak sabar, sementara hanya diam saja memandangi kedua adiknya
" Ini ada hubungannya dengan Hana" jawab Hami tampak berat. Toha dan Jannah langsung terlihat duduk tegak. Badan mereka diangkat dari posisi menyenderkan punggung menjadi benar-benar tegak.
"Aya naon, tong ngareurewas jeung nyingsieunan Mid" ujar Jannah sewot dalam bahasa Sunda kental. ( artinya jangan bikin kaget dan takut)
"Coba-coba kamu jelaskeun, jadi kita gak bingung" Perintah Hamid.
"Kela kang, Ceu, tunggu sakedap" kata Hamid berdiri lalu mengecek ke luar ruangan dan menutup semua jendela, mengunci pintu dan terakhir menyalakan tivi dengan volume cukup besar. Setelah itu barulah menarik kursi kayu yang didudukinya mendekat ke arah sofa tempat kedua kakaknya duduk. Setelah duduk barulah bicara.
" Sebaiknya pembicaraan ieu teh, jangan sampai di dengar orang lain, bahkan keluarga juga jangan tahu dulu, saya mohon pisan nya ceu, kang" ucap Hamid memulai
Meskipun kedua kakak beradik itu merasa aneh dan gemas melihat tingkah aneh adiknya dan ditambah ucapannya mereka mengangguk mengiyakan.
" Jadi kang, teh...." Lalu Hamid memulai ceritanya. Menyampaikan sesuatu yang dia ketahui dari Hanif sekitar setahun yang lalu. Sama seperti reaksi dirinya tatkala mendengarnya pertama kali, kedua kakaknya kaget, hampir berteriak, melotot memarahinya lalu diakhir dengan tangisan kakak perempuannya Jannah. Toha sebagai anak paling sulung reaksinya lebih tenang. Tapi terlihat sorot marah pada Hamid. Dia cukup marah karena tidak diberitahu sejak awal. Tapi lebih marah lagi mendengar cerita Hamid.
Bagaimanapun Hana adalah keponakannya, anak dari adik bungsu mereka Julia yang sudah ditinggalkan orang tua mereka sejak kecil. Ketiganya merawat Julia sebagai adik yang paling disayang. Dan saat dewasa Julia menjadi orang yang paling sukses bersama suaminya. Tapi kesuksesnya tidak dia rasakan lama, karena justru meninggalkan kakak-kakaknya lebih dahulu dan menjadikan Hana piatu seperti dirinya. Sejak itu Hana selalu mendapat tempat istimewa di keluarga mereka yang Alhamdulillah diberi keluasan hati tidak memiliki sifat iri dengki berlebih. Jadi saat mendengar cerita Hamid, Toha marah kepada dirinya sendiri karena merasa gagal melindungi keponakannya.
"Kenapa Hana tak datang padaku dan menceritakan semua kesusahannya saat itu?" ujar Toha merasa gagal dan sedih
"Hana terlalu sayang dengan kita semua Kang, itu sebabnya dia memilih tidak menemui kita" Ucap Hamid menghibur kakaknya.
Lama mereka terdiam sebelum kembali membahas banyak hal sampai waktu menunjukan jam makan siang. Ketiganya sepakat untuk menyimpan rahasia yang dibagikan Hamid. Tapi tentu saja mereka meminta Hamid menghubungi Hanif agar menemui mereka.
***
Hanif menutup panggilan dari Hamid. Dia menceritakan bahwa apa yang diketahuinya sudah dibagikan kepada kedua kakaknya. Hamid merasa tak sanggup menyimpannya lebih lama, selain itu dia merasa kedua kakaknya berhak tahu. Dia juga mengatakan bahwa saat ini rasanya lega karena medua kakaknya sudah tahu.
Hanif tak bisa marah apalagi mencegah. Kejadian ini sudah dia prediksi sejak awal. Terlebih Hanif tahu keluarga Tante Julia sangat guyub dan akur. Hana selalu bilang bahwa dia sangat beruntung memiliki keluarga yang akur dan jauh dari rasa dengki. Sudah sering dan banyak pihak menghasut keluarga mereka, tapi kebaikan dan ketulusan mereka membuat semuanya sia-sia. Daripada curiga dan percaya dengan hasutan orang lain, mereka lebih memilih mengkonfirmasi langsung setiap hal yang mereka dengar. Keluarga almarhum Julia sangat paham harta kadang membuat orang menghalalkan segala cara, termasuk adu domba. Itu sebabnya mereka sangat terbuka dan terbukti bisa membuat mereka jauh dari perpecahan.
tok..tok
"Ya masuk" jawab Hanif dan melihat Firzan masuk diikuti salah satu stafnya. Hanif lupa siapa namanya, yang jelas dia baru masuk sekitar dua bulan lalu di divisi sales.
" Pak, ada yang minta bicara dengan Bapak" ucap Firzan formal.
Hanif menunjuk sofa di sudut ruangan agar mereka berdua duduk disitu. Hanif sendiri kemudian menyusul mereka duduk
" Ada apa?" tanyanya langsung ke stafnya.
" Maaf Pak, saya Nani, kebetulan saya keponakan mang Burhan dan Bi Inah, dulu saya kerja paruh waktu kalau Bu Hana butuh bantuan. Saya mau kembalikan ini" ujar Nani menyodorkan sebuah kotak perhiasan dan secarik kertas.
Hanif melihat ke arah Firzan dan Nani, lalu mengambil kertas tersebut dan menaruhnya di saku jasnya. Diambilnya kotak perhiasan yang dibawa Nani
"Ini perhiasan Hana?" tanya Hanif
"Iya Pak, maaf saya baru kembalikan. Sebelumnya saya diminta ambilkan pesanan bu Hana ini, katanya untuk kado Ibu mertuanya. Tapi lalu ada tragedi itu Pak. Saya sempat lupa sampai akhirnya saya ditelpon toko perhiasan dan mengambilnya" ujar Hana
"Oh buat bu Halima?" tanya Hanif
"Iya Pak, saya sempat minta tolong Bibi untuk bantu sampaikan. Tapi lalu Bibi juga lupa karena Bapak sibuk. Kebetulan saya diterima kerja disini. Jadi saya cari waktu supaya bisa langsung berikan kepada Bapak. Mungkin bisa diberikan ke Bu Halima, seperti yang Bu Hana inginkan" ujar Nani panjang lebar.
"Kerja apa sama Hana dulu?" Tanya Hanif murni ingin tahu
"Hmm. Sebelumnya sering diminta bantu apa saja tapi lebih sering diminta belanja bulanan, atau beli sesuatu yang Bu Hana perlukan atau inginkan. Kadang seperti ini, minta dicarikan hadiah untuk teman dan kerabatnya. Nani mengatakan yang sebenernya. Selain membersihkan apartemen, Nani sering diminta Hana untuk melakukan semua yang disebutnya. Nani memilih tidak menyebut pekerjaan utamanya karena tidak mau menyinggung kepemilikan apartemen milik Hana pribadi.
"Oke kalau begitu. Terimakasih Nani karena kamu menjaga amanah Hana. Saya akan sampaikan ini ke Bu Halima" ucap Hanif. Dengan itu Nani pun segera undur diri kembali ke pekerjaannnya.
Hanif menunggunya keluar dan baru membuka kertas yang diselipkan Nani
^^^"Bu Hana memesan ini khusus, di jam tangan dari gelang emas dan cincin ada hidden kamera. Cek di box untuk akses"^^^
Hanif menunjukan kertas itu untuk dibaca Firzan, kemudian membakarnya di atas asbak logam yang ada di meja.
Sejujurnya Hanif kaget dengan kemunculan Nani. Tapi mesti pernah disebut tak pernah dia ketahui bahwa Hana sangat mempercayai Nani. Dan melihat sikap yang diambilnya Hanif rasa dia punya tambahan orang yang bisa loyal kepadanya dan Hana. paman dan tante kandung Hana juga sudah pasti berada di pihaknya. Tinggal bagaimana supaya Nani tidak diusik keluarga Bardi.