Elara tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah dirinya sadarkan diri. Tubuhnya yang terasa remuk dengan pakaian yang sudah berceceran di lantai.
"Apa yang terjadi padaku?"
Elara ingin sekali menyangkal apa yang terjadi pada dirinya, tapi keadaannya yang sudah menjelaskan semua apa yang tengah dia alami meskipun tidak tahu siapa yang tega melakukanya. Malam itu dunia Elara hancur saat kesuciannya di rampas oleh orang yang tidak dia tahu sama sekali.
Setelah lama dalama kesulitan bersama buah hatinya, tiba-tiba seseorang yang tidak dia kenal datang dan membuat kehidupannya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Begitu sakit melepaskan
Elara hanya bisa duduk di kursi tunggu yang tidak jauh dari ruangan bayinya berada, wanita itu tidak beranjak dari sana sejak pagi sampai malam seperti ini. Dua orang yang berjaga mendekat setelah mereka mendapat perintah dari sambungan telepon.
"Nona, sebaiknya anda pergi ini sudah malam." Ucap pria yang berdiri menjulang tinggi didepan Elara duduk.
Elara mendongak, terlihat kedua matanya yang sembab membuat dua orang itu saling menatap.
"Apa aku tidak boleh melihat bayiku, hanya sebentar saja?" Lirih Elara dengan suara parau.
Sejak Noah pergi dua orang di depannya berjaga dan tidak membiarkan dirinya mendekat meskipun hanya dibalik kaca seperti biasa.
"Nona sudah memberikan tuan kecil pada tuan Noah, dan Nona tidak bisa lagi melihatnya meskipun dengan jarak."
Hati Elara terasa diremas, sakit dan sesak sekali rasanya ternyata. Ia pikir bisa melepaskan bayinya dengan begitu mudah tapi nyatanya rasa sakit begitu menusuk relung hatinya.
"Pulanglah nona," ucap pria itu lagi dan berlalu pergi berjaga didepan pintu ruangan khusus bayi itu.
Elara mengusap air matanya yang mengalir deras, pulang? pulang kemana, jika kembali ke rumah bibik Delana ia belum sanggup mendapati kebencian wanita itu.
Elara pun memutuskan untuk pergi, meskipun kakinya terasa berat untuk ia melangkah. Inilah keputusan yang ia ambil memberikan putranya pada ayahnya agar kehidupan dan masa depannya terjamin. Elara tidak ingin putarnya mengalami nasib yang sama seperti dirinya yang tidak punya siapa-siapa untuk mengadu.
"Maafkan ibu nak, ibu hanya ingin kau bahagia dan memiliki masa depan." Gumam Elara dengan begitu sesak.
Selama 20 puluh tahun dirinya tidak pernah merasakan cinta, Elara tubuh dengan keadaan yang tidak mudah. Tidak ada pria yang menginginkan dirinya, apalagi pria seperti Noah yang memiliki kedudukan sosial yang begitu tinggi. Elara tidak ingin menjadi parasit dan memanfaatkan keadaan. Cukup kehidupan putranya yang harus ia pastikan.
*
*
Di balkon kamar Noah mengembuskan asap nikotin dari bibirnya, pria itu sudah menghabiskan berapa banyak batang untuk meluapkan amarah dan kekecewaan pada Elara.
Kembali mengambil batang nikotin, Noah menghidupkannya lagi sampai berulang kali meskipun tidak pernah habis sudah ia padamkan, dan tetap saja hatinya merasa gelisah.
"Kau membuat ku gila Elara!" Geramnya pada diri sendiri.
Noah beranjak dari duduknya dan menghubungi anak buahnya yang berjaga di rumah sakit, pria itu menghubungi mereka untuk menanyakan sesuatu.
"Shiitt! rupanya kau begitu ingin pergi!" Geram Noah dengan dada bergemuruh menahan amarahnya yang ingin meledak gara-gara ibu dari anaknya itu.
Tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, Noah sendiri merasa frustasi memikirkan Elara yang memilih pergi, jika wanita lain Noah tidak peduli bahkan tidak pernah ia pikirkan, tapi Elara? wanita itu sudah membuat jiwanya berperang.
Sepanjang jalan yang Elara lewati hanya ada kendaraan berlalu lalang, sudah lelah kakinya melangkah hingga dirinya memilih untuk duduk di tepi jalan.
Elara mengusap keningnya yang berkeringat, perutnya terasa lapar setelah pagi tadi hanya sedikit makan, dan sampai malam ini Elara belum memakan apapun membuatnya sangat kelaparan.
"Lihatlah nak, hanya untuk makan ibu mu begitu kesusahan," Elara berkata lirih dengan air mata yang bercucuran.
Tangannya menyentuh dadanya yang begitu merasa sesak.
"Ibu menyayangimu, tapi ibu tidak bisa melihatmu menderita."
Tidak ada yang bisa Elara lakukan kecuali menangis untuk meluapkan kesedihannya, siapa yang tidak akan sedih melepaskan bayinya.
Sungguh tidak ada yang mau berpisah dengan buah hatinya, kecuali dengan suatu keadaan yang mengharuskan.
*
*
Sayang tolong beri RATE bintang 5 dong, banyak oknum tak bertanggung jawab di dunai novel, karena untuk membuat cerita tidak semudah seperti kalian yang hanya memberikan bintang 1 sebagai penilaian. Jika tidak suka sebaiknya bikin cerita sendiri yang menurut kalian LUAR BIASA 🤣🤣🤣
Mood galak, 😏