"Ganti rugi 80 juta atau menikah dengan saya?"
Kristal Velicia, gadis yatim piatu dengan paras yang sangat cantik. Menjadi penyebab kecelakaan sebuah mobil mewah.
Gadis itu di tuntut ganti rugi atau menikah dengan pemilik mobil tersebut.
Pria tampan bersifat dingin bersama gadis cantik dan ceria.
Bagaimanakah nasib pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vgflia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Perusahaan Eclipse 'Ruang Rapat'
"Proyek ini harus selesai dalam kurun waktu tiga bulan!" sahut Direktur keuangan dengan tegas.
"Mana bisa tiga bulan! Apa kamu sudah menganalisis resikonya?! Bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak terduga dan menimbulkan masalah di perusahaan!" bantah Direktur operasional, tidak setuju dengan perkataan Direktur keuangan.
Kay, pria itu diam dari tadi, menyimak perdebatan mereka. Ingin sekali dia mencekik kedua direktur bodoh itu karena membuat telinganya panas. Mereka mendebatkan hal yang jelas-jelas tidak akan dia setujui pendapat keduanya.
Bunyi notifikasi terdengar, memecahkan perdebatan kedua direktur. Mereka menoleh dan saling memandang satu sama lain dengan bingung.
Beberapa direktur lainnya juga ikut melirik ke arah Kay yang sibuk mengotak atik handphonenya. Selama mereka bekerja dengan Presdir selama bertahun-tahun, ini pertama kalinya mereka melihat Presdir bermain handphone saat rapat berlangsung.
"Nona Kristal belum pulang, Tuan Muda."
Kay mengerutkan dahinya, saat membaca pesan WhatsApp dari supir yang di tugaskan olehnya, untuk mengantar jemput calon istrinya.
Notifikasi muncul di handphone Leo. Diam beberapa saat, Leo akhirnya berjalan menghampiri Kay dan berbisik.
"Nona Kristal ada di mansion utama," bisik Leo.
Kay mengeraskan rahangnya. Dia membanting handphonenya ke meja panjang, yang ada di ruangan itu, membuat semua yang ada disana diam membisu.
"Rapat selesai!"
...•••...
Kristal mengerjapkan matanya berkali-kali. Terpukau menatap Mansion besar dan mewah yang baru saja dia masuki. Saking besarnya mansion itu, mereka bahkan harus naik mobil dari gerbang, untuk melewati taman depan agar sampai ke mansion. Bayangkan saja berapa luas tanah di mansion ini.
Isi dalam mansion juga tak kalah dengan bagian luarnya. Dua buah tangga besar melingkar di kanan dan kiri, lampu gantung raksasa yang berhias berlian menggantung di tengah ruangan. Di setiap sudut penuh dengan perabotan mewah, menambah kesan glamor.
Kristal pikir mansion milik Kay sudah sangat besar dan mewah, ternyata masih ada yang lebih besar dan mewah dari mansion pria itu.
"Wah, jadi ini calon istri anak haram itu?" seorang wanita seumuran Kristal berjalan turun dari tangga bersama dua pria.
"Hm, seleranya lumayan juga," sahut salah satu pria sambil memandang Kristal dari atas ke bawah dengan tatapan mesum.
"Dari pada jadi istri si cacat lebih baik kau jadi istri keduaku, bagaimana?" tawar pria satunya yang terlihat lebih tua dari ketiganya.
...•••...
Kay, pria itu sedang menuju ke mansion utama bersama Leo setelah mendapat laporan dari Pak Tomo.
Belum lama dia mengumumkan pernikahannya, tapi orang-orang licik itu langsung turun tangan.
"Bagaimana jika mereka melakukan sesuatu padanya?" tanya Leo sambil tetap fokus menyetir. Lelaki itu melajukan mobil dengan kecepatan penuh, seperti orang kesetanan. Perintah siapa lagi kalau bukan perintah pria di sampingnya itu.
"Mereka tidak akan berani membunuhnya. Kakek sudah bertemu dengan Kristal."
Leo menggeleng kepalanya. Hidup di keluarga konglomerat menang tidaklah mudah. Gadis itu, akankah dia sanggup?
...•••...
Kristal terdiam. Entah kenapa dia tidak suka melihat tiga orang asing ini. Dari apa yang dia dengar, sepertinya mereka saudara Pak Kay.
"Ada keperluan apa ya, sampe saya di bawah paksa kesini?" tanya Kristal dengan wajah datar.
Saat dia ingin turun dari bus, beberapa orang berbadan besar itu menahannya dan membawanya kesini dengan paksa menggunakan mobil.
Wanita bernama Cia itu tersenyum sinis. Dia sedikit kesal melihat wajah calon istri anak haram itu, yang ternyata lebih cantik darinya.
"Dibayar berapa sama anak haram itu untuk memanaskan ranjangnya?" sindirnya dan mendapatkan tawa dari kedua pria di sampingnya.
Kristal menajamkan pendengarannya. Apa dia tidak salah dengar? Dia pikir saudara jahat bermulut pedas hanya ada di film-film, tapi ternyata mereka benar-benar ada di dunia nyata, dan sekarang sedang berdiri di hadapannya.
"Tante kenapa ngomong kaya gitu? Berpengalaman banget kayanya, pekerjaan tante ya?" ucap Kristal sarkas. Di sudah enam tahun berada di dunia pekerjaan, tentu sudah sering menemui manusia angkuh seperti wanita di depannya ini.
"K-kau!" Wajah wanita itu memerah, dia menunjuk Kristal dengan tatapan tajam. "Dasar gadis jalang! Berani sekali kau mengatakan itu padaku!"
"Kok mukanya merah? Berarti bener, ya? Ish.. Ish.. Ish. Jangan samakan kita, ya? Beda level, aku masih tersegel atas bawah tante." Kristal melipat tangannya di dada sambil menggeleng.
"Selagi kamu tidak salah, jangan pernah membiarkan siapapun menjelekan atau menjatuhkan mu."
Itu adalah perkataan Paman Wiliam yang selalu dia ingat sejak bekerja di cafenya.
Mendengar ucapan Kristal yang seperti hinaan baginya. Cia langsung mendekat dan melayangkan sebuah tamparan ke wajah Kristal, namun belum sempat tamparan itu mengenai pipi mulus Kristal, Carlos, pria yang ada disebelah menahan tangannya.
"Kau tidak boleh menyakitinya. Kalau kakek tahu kita akan kena imbasnya, karena mengganggu calon istri si cacat!" ucapnya memperingati.
"Kakak benar, kau tahu sendiri seberapa sayangnya kakek pada anak haran itu," sambung Gavin.
Cia menghempaskan tangannya. Menatap Kristal dengan nyalang. "Awas kau!" Dia pergi dari sana, meninggalkan Kristal dan dua kakaknya itu dengan kesal.
Carlos melirik ke arah Kristal yang masih memasang wajah datar. "Kau, jaga mulutmu dengan baik kalau tidak mau aku potong!" ancamnya dengan nada dingin.
Kristal merotasikan matanya. Gadis nampak tidak percaya dengan perkataan Carlos, membuat Carlos menarik sudut bibirnya sekilas, lalu pergi dari sana. Pertama kalinya dia melihat gadis seberani Kristal, jadi dia akan mengampuninya untuk kali ini.
Gavin melirik Carlos sekilas lalu kembali menatap Kristal. "Kau sepertinya berhasil membuat kakakku itu tertarik padamu, jadi..." Gavin mendekat membuat Kristal mundur beberapa langkah. "Berhati-hatilah," lanjutnya, mengedipkan sebelah matanya dan pergi dari sana.
Kristal memandang kepergian Gavin dengan diam.
"Mereka semua gila."
"Sudah tahu mereka gila kenapa kau ada disini?!"
Gadis itu tersentak. Dia memegang dadanya dan menghadap kebelakang. Kay dan Leo, kedua pria itu sedang berdiri di ambang pintu sambil menatapnya. Mereka baru saja tiba setelah kepergian Gavin.
"Siapa juga yang mau ada disini?! Mereka membawaku kemari!" sahut Kristal kesal. Dia masih jengkel dengan omongan-omongan kasar mereka. Moodnya anjlok sekarang.
"Apa yang mereka katakan padamu?" tanya Kay saat Kristal berjalan menghampirinya.
Kristal terdiam beberapa saat, lalu menggeleng. "Tidak ada, hanya bertanya kalau aku calon istri bapak atau bukan."
Kay diam menatap Kristal dengan datar, membuat gadis itu salah tingkah.
"Masuk ke mobil, kita pulang. Kita akan datang lagi kalau kakek sudah pulang dari rumah sakit." Kay melirik Kristal sekilas sebelum Leo berbalik mendorong kursi rodanya ke arah mobil.
Kristal langsung mengikuti Kay dan Leo dari belakang tanpa membantah. Dia juga tidak ingin lama-lama disini.
Sepanjang perjalanan gadis itu hanya diam, entah apa yang ada di pikirannya. Kay juga tidak mau ambil pusing, dia memilih memejamkan matanya, memilih istirahat sebentar karena lelah bekerja seharian.
...•••...
Kristal membuka kamarnya, menampakkan ruangan besar bercat putih dengan perabotan mahal di setiap sudutnya. Entah harus bahagia atau tidak, yang jelas tempat yang dia tempati sekarang ini memang jauh dari kata sederhana.
Kristal menutup pintu kamarnya, berjalan ke arah kasur king size itu, dan langsung merebahkan tubuhnya. Empuk dan nyaman. Baru sehari dia tinggal di mansion mewah ini, dan semuanya masih terasa seperti mimpi.
Tempat tinggal yang nyaman, makanan yang enak, keperluan yang disediakan, bahkan uang jajan yang banyak. Entah ini anugerah atau tidak, tapi setelah melihat keluarga Kay, Kristal yakin: kehidupannya selama setahun ke depan tidak akan berjalan semudah yang ia kira. Ia harus bersiap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi.