Bercerita tentang seorang permaisuri bernama Calista Abriella, yang telah mengabdi pada kekaisaran selama 10 tahunnya lamanya. Calista begitu mencintai Kaisar dan rela melakukan apa saja untuknya, namun cinta tulus Calista tak pernah berbalas.
Sampai suatu peristiwa jatuhnya permaisuri ke kolam, membuat sifat Calista berubah. Ia tak lagi mengharap cinta kaisar dan hidup sesuai keinginannya tanpa mengikuti aturan lagi.
Kaisar yang menyadari perilaku Calista yang berbeda merasa kesal. Sosok yang selalu mengatakan cinta itu, kini selalu mengacuhkannya dan begitu dingin.
Akankah sifat Calista yang berbeda membuat kaisar semakin membencinya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - Kemarahan Calista
Aaron tersenyum ke arah Calista dan Leonardo, sungguh senyum dan ketampanannya itu membuat seluruh wanita di perjamuan terpana, termasuk Selene yang berada di dekat kaisar.
Meskipun begitu berbanding terbalik dengan Calista yang hanya menatap lurus tanpa reaksi sama sekali, wanita itu menunduk memberi hormat pada Aaron.
“Selamat datang di kekaisaran Lezarde, tuan Aaron,” sapa Calista.
“Aaron lama tak berjumpa, bagaimana perjalananmu tidak ada masalah kan?” tanya Leonardo.
Aaron menggeleng, “Tidak, semua baik-baik saja. Justru yang jadi masalah itu Lezarde, banyak sekali perubahan selama aku tidak kemari.”
Leonardo tertawa, “Ha, ha, kuharap kau kembali terbiasa dengan perubahan itu.”
“Mungkin,” balas Aaron sembari menatap Calista.
Ya, baik Aaron maupun Leonardo keduanya tak dapat dibandingkan, baik dari segi ketampanan maupun fisik, masing-masing mempunyai karisma tersendiri. Jika Leonardo terkenal kejam dan dingin dengan rambut hitam dan mata merahnya, maka Aaron terkenal akan kehangatan dan keramahannya.
“Ayo, Aaron masuklah, kami membuat pesta perjamuan ini untukmu,” ucap Leonardo.
“Ya, tuan ayo masuk, Anda pasti suka dengan hidangan yang dibuat,” ucap Selene menambahi.
Alis Pria itu mengernyit kala melihat Selene, sangat tergambar jelas dari wajahnya, ia tak tahu siapa wanita di samping kanan Leonardo.
Selene tersenyum, “Anda pasti bingung karna tak pernah melihat saya sebelumnya, perkenalan saya Selene, Tuan. Selir kesayangan kaisar di negeri ini,” ucapnya sembari menunduk memberi hormat.
Wanita itu bahkan dengan bangganya memperkenalkan diri, tidak terlihat sedikit pun rasa malu dalam dirinya.
Aaron diam tak membalas, malah pria itu terang-terangan mengacuhkannya dengan mengajak bicara Calista.
“Permaisuri bisakah Anda mengantarkan saya ke dalam?” tanya Aaron.
Tanpa pikir panjang Calista mengangguk pelan.
Aaron pun berjalan di samping Calista. Melihat pria itu mengacuhkannya, wajah Selene berubah kesal. Ia segera masuk menyusul Leonardo dan berjalan di sampingnya juga.
Entah kebetulan atau tidak anehnya warna pakaian yang Calista kenakan sama dengan pakaian milik Aaron, seolah keduanya menggunakan set pasangan, dan tentu saja hal itu mengundang perhatian orang-orang yang menghadiri perjamuan.
“Hei lihatlah itu, melihat Permaisuri berjalan berdampingan dengan Kaisar Aaron dan memakai pakaian seragam, sungguh membuat mereka seolah seperti pasangan suami istri,” bisik seorang Nyonya bangsawan.
“Bukankah itu aneh, seharusnya permaisuri berada di samping kaisar, bukan malah selir yang berada di sana.”
“Ya, untuk permaisuri wajar jika dia berjalan di samping tamu, karna itu permintaannya, tapi selir itu? Dia sungguh tak tahu malu,” cibir Nyonya bangsawan lainnya.
Hingga dimulailah pesta perjamuan, para bangsawan mulai duduk di kursi masing-masing, begitu pula dengan Leonardo dan Aaron. Saat Calista telah mengantarkan Aaron ke kursinya, Selene mulai bertingkah.
Wanita itu tak ingin duduk di kursi miliknya, ia malah duduk di samping kaisar yang sejatinya hanya Permaisuri yang bisa mendudukinya.
Gadis berambut emas itu menatap Calista dengan senyum licik. “Permaisuri aku ingin dekat Kaisar, jadi tidak papa kan aku duduk di sini?”
“Kau bisa duduk di tempatku jika mau.”
Di tengah ruangan perjamuan Calista terdiam sesaat, ia kemudian dengan tenang berjalan ke meja tempat Selene seharusnya duduk.
Semua orang menahan nafas, penasaran akan apa yang dilakukan sang permaisuri. Akankah ia mengalah seperti biasa dan duduk diam, mengingat Calista yang dulu selalu menjaga martabatnya sebagai seorang permaisuri.
Calista berhenti tepat di depan meja, ia menatap sesaat hidangan yang disajikan.
‘Praaang...!’
Calista melempar semua hidangan yang tersaji di atas meja Selene. Ia kemudian menatap orang-orang sekitarnya yang terkejut.
“Permaisuri benar-benar sudah gila ternyata,” bisik seseorang.
“Ya, sungguh di luar dugaan, padahal dulu, jika Selene merebut tempat yang harusnya ia tempati di depan umum, bukankah permaisuri hanya akan mengalah.”
“Pelayan, bersihkan semua ini, dan bawa meja dan kursi ini pergi!” perintah Calista pada pelayan yang ada di sana.
Dengan segera para pelayan mengikuti perintah Calista. Wanita itu kemudian menatap tajam Selene.
“Untuk hari ini dan seterusnya, kursi selir istana akan di tarik di setiap perjamuan selama lima bulan ke depan!”
Apa yang dikatakan Calista sama saja dengan artian jika Selene tidak boleh mengikuti perjamuan istana selama lima bulan ke depan.
“Calista—“
Calista langsung memotong perkataan Leonardo dengan tangannya, “Tidak yang mulia, Anda tidak bisa membelanya. Sudah cukup dia berbuat onar di istana ini.”
“Dia bisa masih baru di sini, tidak bisakah kau memakluminya.”
Calista tertawa hampa, membuat semua orang bergidik ngeri akan itu, baru kali ini mereka melihat permaisuri tertawa, karna biasanya wajah tegaslah yang selalu terpampang di wajah wanita itu.
“Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar, tidak mungkin dia tidak mempelajari aturan dan etiket di istana ini. Saya tidak bisa terus mentoleransi kebodohannya.”
“Dan Anda harus tahu Yang mulia, yang bertanggung jawab atas selir adalah permaisuri. Saya berhak memberi hukuman atas perlakuan kurang ajarnya.”
“Juga saya peringatkan pada Anda, jangan ikut campur dengan cara saya menangani masalah. Sama seperti Anda perkataan saya tidak bisa diganggu gugat,” ucap Calista lagi sembari menatap tajam ke sekelilingnya.