“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Tentang Surat Wasiat.
Gadisya menatap ke seluruh penjuru ruangan, kamar Kevin sungguh luas, ini bahkan lebih luas dari rumah kecil yang ia tempati di desa Sekar Kencana, keseluruhan isi kamar di dominasi warna pastel dan abu abu, beberapa action figure yang berharga fantastis terpajang di lemari kaca, tempat tidur nya berukuran besar, lengkap dengan sofa dan TV Layar lebar, sementara toilet menyatu dengan walk in closet.
Gadisya meletakkan kopernya di sudut ruangan, kemudian memilih segera tidur, haruskah ia tidur di tempat tidur besar itu? Benarkah Kevin mengizinkan nya? Ah terserahlah, karena mengantuk, Gadisya segera naik ke tempat tidur.
Walaupun tadi persiapan dilakukan terburu buru, namun Gadisya sempatkan untuk mandi walau kilat dan pakai sabun seadanya, dan sepanjang perjalanan mereka ia dan Kevin sama sekali tak keluar dari mobil, Kevin hanya keluar dari mobil ketika mengisi BBM, bahkan untuk istirahat makan malam tidak ia lakukan, dan sekarang Gadisya sangat lapar, tapi karena sangat lelah ia pun terlelap.
Beberapa jam kemudian.
Gadisya membuka mata, hal pertama yang ia lihat adalah, sosok pria tampan, rambut nya hitam kecoklatan, khas para putra mahkota Geraldy, jika dilihat dari dekat mereka memiliki mata berwarna biru pucat, bagi para wanita mereka memiliki perpaduan wajah yang sempurna, namun siapa sangka jika si pria berparas sempurna ini terlihat mengerikan bila sedang marah.
Seakan sadar tengah diamati Kevin tiba tiba membuka matanya.
"Aaaaaahh …" Gadisya terkejut, ia duduk sambil memeluk selimut, kalau tidak salah ingat, semalam Kevin bilang akan tidur di kamar adik kembarnya, tapi kenapa dia bisa ada disini?.
"Berisik bener, pagi pagi udah teriak, kalau kedengaran dari luar gimana?" Kevin berkata dengan nada kesal.
"Kenapa kamu bisa disini? Semalam kamu bilang tidur di kamar saudaramu?" Tanya Gadisya panik
"Heh … terserah aku, ini rumah orang tuaku, dan yang kamu tempati juga kamarku, jadi aku mau tidur dimana bukan urusanmu."
Kevin si anak sultan, sejak kecil dimanjakan dengan berbagai fasilitas, dan barang mewah, hal yang sangat wajar bila hal itu membuatnya tak terbiasa meminjam atau memakai barang orang lain, kecuali barang milik saudara kembarnya, itu pun bila terpaksa.
Sebenarnya semalam ia kesulitan tidur, alasannya sederhana, kamar yang ia tempati bukan kamar pribadi nya, hanya itu saja, karena nya ia diam diam menyelinap dan kembali tidur di kamarnya.
Kevin tinggal mengatakan yang sebenarnya pada Gadisya, tapi dia lebih memilih tidak melakukannya, lebih tepatnya terlalu malas untuk menjelaskan, karena ia sudah bertekad untuk membuat Gadisya tersiksa selama menjalani pernikahan palsu mereka.
Gadisya terdiam, benar juga, ini rumah Kevin jadi terserah dia mau tidur dimana. "Maaf aku hanya terkejut,"
Gadisya pun beranjak dari tempat tidur, untuk membersihkan diri, sementara Kevin kembali memejamkan mata.
Selesai mandi, Gadisya kebingungan, apalagi yang harus ia lakukan, ini pertama kalinya ia bermalam di rumah mertua nya, ingin keluar kamar dan membantu menyiapkan sarapan atau apa saja, tapi masih terlalu canggung, sementara Kevin benar benar tak bisa diajak bekerja sama, dia justru memilih tidur lagi.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya, ketika Gadisya membuka pintu, senyuman ART menyambutnya.
"Selamat pagi nona, maaf mengganggu, tapi nona dan tuan muda ditunggu nyonya dan tuan besar." ART itu menyampaikan maksudnya.
Setelah kepergian ART tersebut, Gadisya memberanikan diri membangunkan Kevin.
Ia memberanikan diri mengguncang bahu suaminya, tapi Kevin tak juga membuka matanya, "bang bangun, ayo sarapan dulu,"
Sekali.
Kedua kalinya Gadisya mencoba, kevin pun menjawab, dengan kasar "apaan sih, aku masih mau tidur, kalau kamu mau keluar kamar, keluar saja, kamu gak lupa jalan turun ke ruang makan kan?"
"Lupa sih enggak, tapi … kita di tunggu mommy dan papi di bawah, ayo bangunlah." Akhirnya Gadisya menyampaikan alasannya membangunkan Kevin.
Kevin sungguh malas, dia sedang tak ingin bertemu papi Alex hari ini, ia masih terlalu marah dengan papi nya.
Tapi entah ada apa dengannya, dia tiba tiba bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, yah Kevin hannya mencuci wajahnya, kemudian membawa Gadisya keluar dari kamar nya.
Papi Alex dan mommy Stella sedang berbincang ketika pasangan pengantin baru itu tiba, "bagaimana tidurmu, apakah tidak masalah kamu tidur di tempat baru?" Sapa Alex pada Gadisya, tentu saja membuat Kevin dongkol, "karena Kevin tak bisa tidur di kamar orang lain, kecuali kamar saudara kembarnya, itu pun jika terpaksa."
"Tidak papa pi, saya tidak ada masalah tidur dimanapun," jawab Gadisya kikuk.
"Ayo sarapan dulu, setelah ini kita ngobrol." Potong Stella. "Jangan sungkan, mulai sekarang kami adalah keluargamu, jadi jangan hanya di kamar, mommy akan menganggapmu seperti anak mommy sendiri, bisakah kamu melakukan hal yang sama?"
Gadisya tercengang, wanita ini, entah kalimat apa yang bisa mendefinisikan nya, ia begitu tulus, bahkan menerima dirinya sebagai menantu dengan tangan terbuka, padahal ia tahu menantunya adalah putri dari mantan kekasih suaminya.
Bahkan Kevin masih sangat marah ketika mengingat hal itu.
"Kok melamun?" Tanya Stella.
Gadisya tersenyum canggung, matanya mulai berembun, "baiklah mom, saya pun akan menganggap mommy dan papi seperti orang tua kandung saya."
Alex dan Stella sama sama tersenyum mendengarnya, sementara Kevin hanya diam dan mulai memakan sarapannya.
Alex menyodorkan sebuah amplop coklat pada Gadisya, usia Para ART membereskan meja makan.
"Apa ini pi?" Tanya Gadisya heran, ia menatap Kevin, tapi ternyata pria itu pun mengalami kondisi yang sama seperti dirinya tak tahu apa isi amplop tersebut
"Bukalah, kalian akan tahu apa isinya." Jawab Alex.
Dengan rasa penasaran Gadisya membuka amplop pemberian Alex, "itu adalah surat wasiat yang ditinggalkan ibumu tinggalkan pada papi dan mommy."
Tubuh gadisya serasa tak bertulang manakala membaca surat wasiat tersebut, tangannya bergetar Hebat manakala menggenggam selembar kertas berisi tulisan tangan ibunya.
Surat wasiat ini ku tujukan pada Alex dan Stella.
Aku tahu, aku sungguh sangat tidak tahu diri karena berani meninggalkan surat wasiat sebelum kepergianku, mengingat aku pernah menjadi duri dalam rumah tangga kalian, Aku sungguh sungguh menyesal dan minta maaf untuk itu.
Tapi memikirkan putriku yang sebatangkara di dunia ini, membuatku rela membuang rasa maluku, hingga aku berani lancang menulis surat ini.
Semasa hidupku, sebisa mungkin aku berusaha agar putriku tak kesepian, namun siapa lah aku, aku hanyalah aku yang tak bisa menolak takdir tuhan, ayah dari anakku meninggal, dan sekarang penyakitku semakin kronis.
Aku mohon dengan segala kerendahan hati, **sepeninggalku nanti**, tolong jaga anakku, tak masalah walau kalian hanya mengawasinya dari jauh, aku hanya ingin dia tetap merasa memiliki keluarga walau hanya keluarga jauh, itu saja.
Di sisa hidupku ini, aku berharap dan selalu berdoa, semoga sepanjang hidup kalian selalu dilimpahi dengan kebahagiaan.
Jakarta, … … …
Anindita Prameswari.
🤭🤭