NovelToon NovelToon
LOVE ISN'T LIKE A JOKE

LOVE ISN'T LIKE A JOKE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Slice of Life
Popularitas:965
Nilai: 5
Nama Author: Yhunie Arthi

Ayuni dan kedua temannya berhasil masuk ke sebuah perusahaan majalah besar dan bekerja di sana. Di perusahaan itu Ayuni bertemu dengan pria bernama Juna yang merupakan Manager di sana. Sayangnya atasannya tersebut begitu dingin dan tak ada belas kasihan kepada Ayuni sejak pertama kali gadis itu bekerja.

Namun siapa sangka Juna tiba-tiba berubah menjadi perhatian kepada Ayuni. Dan sejak perubahan itu juga Ayuni mulai mendapatkan teror yang makin hari makin parah.

Sampai ketika Ayuni jatuh hati pada Juna karena sikap baiknya, sebuah kebenaran akan sikap Juna dan juga teror tersebut akhirnya membawa Ayuni dalam masalah yang tak pernah ia sangka.

Kisah drama mengenai cinta, keluarga, teman, dan cara mengikhlaskan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10. CURIGA

..."Ketika kau memiliki seseorang yang berharga...

...Kau akan melakukan apapun untuknya...

...Kau akan membahagiakannya...

...Kau akan begitu percaya padanya...

...Namun ketika ada yang bilang...

...Dia bukanlah orang baik...

...Apa yang akan kau lakukan?"...

Seberapa besar kepercayaanmu terhadap kakakmu?

Apa kamu yakin kalau kakakmu adalah orang baik?

Aku terus menatapi memo di tanganku dan membacanya lagi dan lagi. Mencoba mencerna apa yang terjadi dan bagaimana bisa ada yang menuliskan memo itu lalu menempelkannya di mejaku. Jelas kalau maksud sang penulis memo adalah agar aku melihatnya.

Siapa? Siapa orang yang mengenal kakakku di tempat ini? Tidak ada satu orang pun pernah mendengar kalau aku memiliki seorang kakak bahkan menunjukan rupanya, kecuali dua temanku—Rini dan Dini. Dan aku yakin tidak mungkin mereka berdua yang melakukan hal ini, tidak ada alasan mereka untuk mengintimidasiku menyangkut Kak Indra. Bagi mereka Kak Indra sudah seperti kakak mereka sendiri, tidak mungkin mareka menyimpan emosi negatif ke Kak Indra.

Tapi, kenapa orang ini seolah mengatakan kalau kakakku bukan orang yang baik? Dan ini yang membuatku tidak tenang. Takut kalau Kak Indra berada dalam masalah.

“Maaf, Mbak Dewi?” panggilku pada ketua timku yang duduk di sebelahku hanya terhalang bilik. “Apa tadi ada karyawan atau orang yang datang ke meja saya?”

“Ke meja kamu? Kayaknya nggak ada, Yun. Saya nggak liat ada orang yang datengin meja kamu, mungkin yang lain ada yang liat,” jawab Mbak Dewi penuh keyakinan. “Kenapa? Apa ada barang kamu yang hilang?” tanyanya.

“Nggak kok, Mbak. Makasih kalau gitu.”

Mbak Dewi tidak melihat ada orang yang mendekati meja kerjaku. Apa mungkin karyawan yang lain melihatnya? Tapi, saat isthirahat tadi nyaris semua orang ada di kantin untuk makan siang dan mengobrol. Bos Juna tidak masuk karena melakukan pertemuan di luar kota. Pak Gun dari Tim Editing dan Laras dari Tim Tata Busana tidak masuk hari ini. Kak Satria di Tim Publish melakukan pengecekan penerbitan di luar, dan kurasa sisanya yang lain ada di kantin.

Lalu siapa? Siapa orang yang mengenal Kak Indra di sini? Kalimat itu terus berputar dalam kepalaku lagi dan lagi.

“Ada apa?” suara Andre mengangkatku dari kecemasan yang melanda. Sepertinya ia sadar kalau aku tidak tenang.

Kucoba untuk menenangkan diri, tidak ingin terlihat panik dan membuat kerusuhan. “Nggak apa-apa, cuma ada sedikit yang nggak beres,” jawabku.

“Nggak beres? Apa itu?” Andre mendekatiku, penasaran akan jawabanku barusan.

“Gue rasa ada orang yang datengin meja kerja gue dan ... menaruh sesuatu,” kataku ragu, apakah baik untuk memberitahu Andre akan masalah ini. Ia bahkan tidak tahu apapun mengenai kakakku.

“Sesuatu apa?”

Kutunjukan foto dan memo yang kutemukan di atas mejaku. Untuk beberapa saat Andre tidak merespon dengan reaksi berarti. Tapi lama kelamaan dahinya berkerut dalam, wajahnya berubah serius ketika ia membaca memo itu.

“Apa ada yang pernah terjadi dengan kakak lo?” tanya Andre. Bahkan seorang Andre pun dapat menyadari kalau ada yang tidak beres.

“Nggak. Kak Indra bukan orang yang suka nyari masalah, tapi orang yang naruh ini di sini seolah bilang kalau Kak Indra punya masalah," jawabku tak senang untuk berpikir tidak-tidak dengan Kak Indra.

“Apa ada orang di sini yang tahu kalau Indra itu kakak lo?”

“Yang tahu cuma Dini sama Rini karena kami bertiga udah temenan sejak SMA, dan Kak Indra juga tahu mereka dengan baik. Nggak mungkin mereka berdua ngelakuin hal ini,” jawabku dengan nada terdengar sedikit cemas. Masalah ini membuatku bingung.

“Gue rasa salah satu karyawan di sini ada yang kenal dengan kakak lo dan pernah punya masalah kurang bagus, dia tahu kalau lo adiknya,” duga Andre dengan mata nanar melihati semua karyawan di ruangan ini, menilai siapa kira-kira yang mendekati orang yang dibicarakan.

“Siapa?” tuntutku.

“Yang pasti bukan gue. Gue juga nggak tahu siapa. Karena ini pertama kalinya gue lihat kakak lo, dan kelihatannya yang lain juga nggak punya masalah sama lo sampai berani berbuat kayak gini," ujarnya logis.

Dari yang kutahu Kak Indra jarang sekali bersamaku dalam waktu yang lama, mengingat ia bekerja di luar kota. Dan tidak banyak orang yang tahu kalau Kak Indra adalah kakak kandungku. Aku bahkan tidak pernah bertemu dengan teman-teman Kak Indra atau rekan kerjanya selama ini, jadi aneh rasanya kalau ada orang yang tahu aku adalah adiknya. Hanya orang yang dekat denganku dalam waktu lama yang tahu Kak Indra, salah satunya kedua temanku—Dini dan Rini.

“Sebaiknya jangan terlalu dipikirin. Mungkin orang ini iseng atau mau mastiin kalau lo memang bener adiknya Indra. Jangan sampai lo terprovokasi karena hal yang belum pasti sumbernya,” kata Andre santai, sekan tahu kalau aku sedang panik.

Kuanggukan kepalaku, mencoba bersikap tenang seperti Andre. Walaupun dalam hati aku tidak bisa tidak memikirkannya, ini bukan hal bagus. Aku yakin itu.

Dan seperti biasa sejak kejadian itu aku memiliki bodyguard, Dini dan Rini tidak pernah membiarkanku sendiri. Mereka bahkan rela menunggu pekerjaanku selesai demi pulang bersama. Alasannya sama, karena mereka tidak ingin mengambil resiko sampai terjadi apa-apa lagi padaku untuk yang kedua kalinya. Aku tidak tahu apakah Bos Juna memaksa mereka melakukan hal itu, ataukah itu memang kemauan mereka sendiri.

Namun, sosok di teras rumah yang tampak mondar-mandir menarik perhatianku. Wajahnya tidak tenang, sepertinya ia sedang menunggu—menungguku tepatnya.

“Kak Indra?” panggilku pada sosok di teras saat aku berjalan memasuki pagar.

“Ayuni?!” serunya seolah baru saja menemukan anak hilang, berlebihan.

“Kenapa Kakak ada di sini? Kok datang nggak kasih kabar dulu, biasanya selalu telepon atau chat sebelum ke sini,” tanyaku, karena tidak biasanya ia datang tiba-tiba seperti ini.

“Kamu nanya kenapa Kakak ke sini?” Kak Indra menarik pipiku keras, membuatku mengerang kesakitan. “Kenapa nggak bilang Kakak kalau kamu baru diserang orang jahat? Kamu bahkan nggak ngasih tahu kalau ada orang yang ngikutin kamu.”

O-oh, kurasa aku dalam masalah besar sekarang.

“Siapa yang ngasih tahu Kakak?” tanyaku setelah berhasil melepaskan tangannya dari pipiku.

“Dini sama Rini, kalau mereka nggak ngasih tahu, Kakak bakal nggak akan pernah tahu apa yang udah terjadi sama adek Kakak."

Aku mendelik pada mereka berdua, tidak terima karena mereka tidak menepati janji untuk tidak mengatakan hal itu pada kakakku. Padahal mereka tahu dengan jelas kalau Kak Indra mudah cemas jika menyangkut diriku, aku bahkan yakin kalau kakakku itu pasti meninggalkan pekerjaannya begitu saja ketika mendengar hal ini.

Kak Indra menggiringku ke dalam, sedangkan kedua temanku seolah tidak peduli akan yang terjadi padaku. Mereka terkadang memang bisa jadi sangat menakutkan. Rupanya mereka masih menyimpan kekesalan kepadaku karena tidak memberitahu mereka tentang penguntit itu. Mereka merasa kalau aku tidak cukup percaya kepada mereka sampai-sampai tidak mengatakan apapun selama satu bulan di targetkan oleh penguntit.

Kakakku menceramahi habis-habisan, ia memarahiku karena aku tidak mengatakan apapun kepadanya. Aku tidak tahu sejak kapan Rini dan Dini menjadi mata-mata kakakku, tanpa aku tahu ternyata mereka melaporkan setiap kegiatanku pada Kak Indra. Kakakku mengatakan kalau ia tidak ingin sampai tidak tahu apa yang adik perempuannya kerjakan, karena jarak kami berjauhan.

Dan lihatlah dua temanku itu, duduk menikmati tontonan aku yang dimarahi oleh kakakku seraya berbisik entah apa satu sama lain. Yang pasti tentang aku, aku yakin seratus persen. Terkadang mengallihkan pandangan ke televisi yang tidak terlalu serius mereka tonton.

“Kakak udah bilang untuk kasih tahu apapun sama Kakak, apalagi kalau kamu kesusahan atau ada orang yang ngikutin kamu kayak gitu. Kalau udah kejadian Kakak juga yang merasa bersalah karena nggak bisa jagain kamu dengan baik, untung kamu ditolong teman kantor kamu, kalau nggak kayak mana?” cerocosnya yang masih belum berhenti juga.

Aku hanya menundukan kepala, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut kakakku. Jika ia sudah bicara panjang lebar seperti itu, ia tidak akan mendengarkanku.

“Kamu denger Kakak ngomong nggak?” Dengan gemas Kak Indra kembali menarik pipiku.

“Sakit, Kak,” keluhku.

Dini dan Rini yang sedang menonton acara televisi terkekeh melihat bagaimana kakakku memerlakukanku seenaknya. Sepertinya aku yang kena marah oleh kakakku lebih menarik perhatian dibandingkan dengan televisi di depan mereka.

“Oh, iya. Ada satu hal yang mau Ayuni tanyaiin ke Kak Indra.” Aku merogoh tasku, mencari benda yang menggangguku sejak tadi.

“Apa? Jangan coba alihin pembicaraan cuma agar kamu bebas dari omongan Kakak, ya,” katanya.

"Nggak loh, serius Ayuni kali ini," belaku.

Kutunjukan foto dan memo yang tadi tergeletak di atas meja kerjaku dan memberikannya pada Kak Indra. “Kakak tahu sesuatu soal ini?” tanyaku.

Dahinya berkerut dalam, matanya menunjukan ketidaksukaan ketika melihat memo itu. Namun pandangannya berbeda, jauh lebih lembut ketika ia memandang foto dirinya dengan seorang pria. Dari yang kuduga aku bisa menebak kalau Kak Indra kenal dengan orang yang ada di foto tersebut.

“Kamu dapet ini dari mana?” tanya Kak Indra yang memandangku serius, hal yang jarang ia perlihatkan padaku.

“Ada orang yang naruh itu di atas meja kerja Ayuni pas selesai istirahat. Ayuni nggak tahu siapa orangnya,” jawabku jujur. Kuharap dengan ini aku bisa tahu ada apa dengan foto dan memo itu.

“Kalian berdua tahu soal ini?” tanya Kak Indra ke Rini dan Dini yang juga terkejut karena aku memang belum sempat memberitahu mereka.

“Nggak, Rini sama Dini nggak tahu apa-apa,” jawab Rini.

"Ini pertama kalinya lihat malah," imbuh Dini.

“Apa kalian pernah cerita soal Kakak ke karyawan lain?” tanya Kak Indra lagi.

“Nggak pernah, Kak. Kita yang tinggal serumah aja nggak pernah bilang apalagi soal Kak Indra.” Kali ini Dini yang buka suara.

“Sebaiknya kalian jangan ungkit masalah ini di kantor, kemungkinan ada orang asing atau orang yang nyari masalah. Berhubung nggak tahu siapa yang ngasih ini, lebih baik abaikan aja. Yang penting orang ini nggak berbuat nekad, dan tetep kasih tahu Kakak kalau ada hal yang aneh lainnya. Khusunya kamu, Ayuni,” jelas Kak Indra.

“Iya, Kak,” jawab kami serentak.

Meskipun Kak Indra mengatakan hal seperti itu, pada akhirnya ia tidak mengatakan apa yang terjadi dan siapa orang yang ada dalam foto itu bersamanya. Bukan salahku jika aku penasaran ada apa di balik foto dan memo itu, karena aku sudah terlanjur curiga sejak siang tadi.

Siapa pria di foto itu? Dan apa maksud dari memo itu? Yang lebih penting, siapa yang menaruh semua itu di mejaku dan tahu hubunganku dengan Kak Indra yang bahkan tidak pernah kuungkit sama sekali? Rasanya entah kenapa aku sedang berada dalam masalah besar yang tidak aku tahu akarnya sama sekali. Kuharap ini tidak mengarah ke sesuatu yang jauh lebih buruk lagi.

1
aca
lanjut donk
Yhunie Arthi: update jam 8 malam ya kak 🥰
total 1 replies
aca
lanjut
Marwa Cell
lanjut tor semangatt 💪
Lindy Studíøs
Sudah berapa lama nih thor? Aku rindu sama ceritanya
Yhunie Arthi: Baru up dua hari ini kok, up tiap malam nanti ☺️
total 1 replies
vee
Sumpah keren banget, saya udah nungguin update tiap harinya!
zucarita salada 💖
Akhirnya nemu juga cerita indonesianya yang keren kayak gini! 🤘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!