1. Gairah sang kakak ipar
2. Hot detective & Princess bar-bar
Cerita ini bukan buat bocil ya gaess😉
___________
"Ahhh ... Arghh ..."
"Ya di situ Garra, lebih cepat ... sshh ..."
BRAKK!
Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu membuka mata dan duduk dilantai. Ia mengucek-ucek matanya.
"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Karena tidak mau terus-terusan di omelin oleh sang mama, Mariam memilih jalan-jalan sendiri di mall. Memanjakan matanya dengan melihat barang-barang unik dan bermain.
"Hufftt .. Barang yang itu sangat bagus. Tapi terlalu mahal. Aku nggak bisa beli." ia berkata pada dirinya sendiri. Matanya melengak-lengok ke sembarang arah. Uangnya sudah habis, kartu kreditnya di sita mamanya selama tiga hari.
"Ah, main di Timezone aja." serunya. Mariam kemudian melangkahkan kakinya ke seberang, namun seseorang menabraknya dengan kecepatan tinggi.
"Aduhh! Siapa sih?!" makinya kesal. Pandangannya mengikuti orang yang terus berlari tersebut. Ada orang lain yang ia kejar dan satu lagi laki-laki tinggi besar berlari dibelakangnya. Seorang perempuan tua berlari kemudian, melewatinya.
Ada apa ya? Rasa kesal Mariam berubah jadi rasa penasaran. Apalagi suasana mall makin ramai. Aksi kejar-kejaran di depan sana terus berlangsung. Lalu Mariam melihat laki-laki berjaket hitam tersebut berhasil meringkus laki-laki lainnya. Sepertinya pencopet.
Pencopet itu melawan, terjadi perkelahian di sana tapi tidak lama. Karena orang yang di lawan sih pencopet tampaknya sangat pandai berkelahi. Dalam waktu singkat ia bisa membuat pencopet itu kewalahan.
Mariam berjalan sedikit mendekat, memasuki kerumunan. Ia mengernyitkan mata. Tampaknya ia kenal lelaki yang tengah membelakanginya itu.
"Garra? ternyata kekasih masa depanku! Ya ampun, gantengnya nambah deh." Mariam berseru heboh sampai-sampai beberapa orang di sebelahnya menatapnya aneh. Jelas gadis itu tidak peduli. Ia berjalan cepat mendekat ke Garra.
"Aldo, segera bawa dia ke kantor polisi!" perintah Garra habis memborgol tangan pencopet tersebut. Pria itu belum menyadari Mariam yang sedang berjalan ke arahnya.
"Baik bos." Aldo mengambil alih sih pencopet dan berbalik pergi dari situ. Sih pencopet berusaha kabur, tapi sayang sekali kurang beruntung. Aldo sangat kuat, tak kalah dari Garra.
Garra menunduk hendak mengambil tas wanita tua yang dibawa lari oleh pencopet tadi dan mengembalikan ke sih perempuan tua itu.
"Ini tas ibu." lelaki itu mengembalikan tas tersebut ke pemiliknya.
"Makasih banyak, aduh makasih banyak. Kamu sudah punya pacar belum?" wanita tua itu menatap Garra dengan wajah sumringah. Garra tidak menjawab pertanyaan tersebut, hanya tersenyum. Entah sudah berapa kali wanita-wanita seumuran ibu-ibu itu menanyakan pertanyaan yang sama padanya.
"Kalau belum ada pacar, ibu jodohin sama putri ibu mau nggak?" tuhkan benar. Kebanyakan ibu-ibu yang bertanya begitu, ujung-ujungnya mau jodohin dia sama putri mereka. Sudah biasa. Tiba-tiba seseorang menyerobot masuk menyentuhnya.
"Enak aja jodoh-jodohin, laki-laki ini punya aku asal ibu tahu!" Mariam berseru kuat, langsung menyusupkan tangannya ke lengan Garra.
Tentu saja Garra kaget dengan kemunculan tiba-tiba Mariam. Lebih dari sebulan tidak lihat gadis itu, wajahnya makin manis saja.
Apa yang kau pikirkan Garra.
Pria itu menggeleng cepat-cepat membuang pikirannya jauh-jauh. Tapi ia tidak melepaskan tangan Mariam yang masih setia memeluk lengannya. Alasan utamanya agar wanita tua di depan mereka cepat-cepat pergi.
Wanita tua itu terus menatap aneh Mariam. Melihatnya dari atas ke bawah, lalu berdecak.
"Ckckck, sayang sekali pria baik-baik dan keren seperti kamu berpacaran dengan perempuan kayak begini. Lihat gayanya, memangnya di rumah kamu kehabisan baju? Pake baju kok modelan begitu." ujar sih wanita tua menilai penampilan Mariam. Gadis itu memang hanya mengenakan kaos dipadukan dengan celana pendek yang menonjolkan paha indahnya. Tapi kan masih dalam batas yang wajar. Perempuan itu saja yang berlebihan.
"Dih, emang kalo orang sirik tuh apa aja yang kita pake dibilang salah. Ini fashion tahu, F-A-S-H-I-O-N."
"Emang anda nggak ikut perubahan jaman? Oops, sorry. Situ kan udah tua."
"Kamu, berani ngomong nggak sopan sama saya?" wanita paruh baya itu berkacak pinggang marah. Mariam membusungkan dada dan mengangkat dagu tinggi-tinggi menantangnya.
"Jangan mulai, Mariam." bisik Garra pelan di telinga gadis itu.
"Tapi ibu ini duluan." balas Mariam keberatan.
"Ayo pergi." Garra akhirnya menarik tangan gadis itu pergi dari sana, meninggalkan sih wanita tua. Iya yakin kalau mereka tidak segera pergi, akan ada perdebatan panjang antara dua perempuan berbeda generasi itu.
Mereka turun dari eskalator lantai tiga ke lantai dua. Di sana barulah Garra melepaskan genggamannya. Mariam tampak senyum-senyum sendiri seperti orang bodoh. Ia senang karena bisa bersentuhan dengan pria itu.
"Kok dilepas, jangan dong. Aku mau digenggam kayak tadi lagi." gadis itu meraih tangan Garra lagi namun kali ini pria itu melepaskannya.
"Aku harus pergi." kata pria itu. Ia hendak berbalik pergi begitu berhasil melepaskan diri dari Mariam. Namun dengan langkah cepat Mariam menarik pria itu sekuat tenaga masuk ke toilet wanita.
Garra tidak sempat melawan. Ketika sadar, mereka sudah berada di salah satu bilik dalam toilet wanita. Mariam mendorong tubuh Garra hingga pria itu menubruk dinding dibelakangnya dan menguncinya dengan kedua tangannya. Lebih seperti memeluk karena Garra jauh lebih besar darinya. Astaga, gadis ini bar-bar sekali.
"Mariam!" ucap Garra tertahan. Suaranya sengaja ia kecilkan karena takut ada orang dalam bilik yang lain. Bisa-bisa mereka berdua di grebek lagi. Mariam malah tersenyum, terus memepet Garra. Tangannya menyentuh wajah pria itu tanpa rasa malu.
Garra mengerang dalam hati. Posisi mereka terlalu dekat. Tubuh mereka bahkan sudah menempel. Dan Garra bisa merasakan payudara Mariam bersentuhan dengan dadanya. Ia berusaha mengontrol dirinya.
Bilik toilet ini terlalu kecil, membuat Garra merasa sesak. Ia mencoba mendorong Mariam agar bisa keluar dari situ, namun suara dari luar menghentikannya. Pandangannya turun ke Mariam, gadis itu tersenyum lebar. Dan sepersekian detik bibir mereka sudah menyatu.
Astaga ...
Garra kaget bukan main dengan serangan tiba-tiba Mariam. Ingin mendorong tapi tidak bisa. Ingin bersuara, tidak bisa juga. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah pasrah. Ia sudah terlalu sering menghindari gadis ini, tapi akhirnya tidak bisa kabur lagi.
"Mmmph ..." mulut Garra terbuka saat Mariam menggigit kecil bibirnya. Kesempatan itu Mariam pakai untuk memasukan lidahnya ke dalam rongga mulut Garra dan bermain di sana. Ya ampun gadis ini benar-benar.
Walau tidak membalas ciuman gadis itu, diam-diam Garra menikmati. Namun ia takut kalau dirinya membalas, Mariam akan menganggap pria itu sudah menerimanya jadi pacar.
Tidak, Garra belum siap. Ia takut Mariam akan berada dalam bahaya kalau bersamanya. Garra takut kehilangan lagi. Alasan utama kenapa dia menolak pacaran dengan Mariam sebenarnya adalah, karena trauma masa lalu akan kehilangan orang yang dia cintai. Ia takut kalau bersama Mariam, gadis itu akan meninggalkannya. Sama seperti mamanya dulu. Selain itu, Garra juga belum yakin kalau gadis ini sungguh-sungguh menyukainya atau hanya sekadar main-main.
hati zoey pasti berdebar-debar terpaku