Karena takut dipenjara dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, Kaisar Mahaputra terpaksa menikahi seorang gadis belia yang menjadi buta karena ulahnya.
Sabia Raysha ialah gadis yang percaya pada cerita-cerita Disney dan yakin bila pangeran negeri dongeng akan datang untuk mempersuntingnya, dia sangat bahagia saat mengetahui bila yang menabraknya adalah lelaki tampan dan calon CEO di perusahaan properti Mahaputra Group.
Menikah dengan gadis ababil yang asing sementara ia sudah memiliki kekasih seorang supermodel membuat Kaisar tersiksa. Dia mengacuhkan Sabia dan membuat hidup gadis itu seperti di neraka. Namun siapa sangka, perhatian dari adik iparnya membuat Sabia semakin betah tinggal bersama keluarga Mahaputra.
“Menikahimu adalah bencana terbesar dalam hidupku, Bia!” -Kaisar-
“Ternyata kamu bukanlah pangeran negeri dongeng yang selama ini aku impikan, kamu hanyalah penyihir jahat yang tidak bisa menghargai cinta dan ketulusan.” -Sabia-
**********
Hai, Bestie! Jangan lupa klik ❤️ dan like agar author semakin semangat update dan berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Hari
Sejak Kaisar bersitegang dengan Hari beberapa hari yang lalu, sejak itu pula Hari mulai waspada. Ia tak pernah sekepo ini sebelumnya dengan kehidupan Kaisar, tapi nalurinya sebagai seorang lelaki entah mengapa menggelitiknya untuk mencari tahu tentang latar belakang mengapa Kaisar sangat tak menyukai istrinya.
"Jadi kita sudah tanda tangan kontrak dengan Shine Agency per hari ini ya?" Syailendra mengawasi Pak Budi selaku CMO (Chief Marketing Officer) di perusahaan Mahaputra Group.
"Betul, Pak. Mulai minggu depan kita bisa mulai syuting dengan artis dari agency mereka untuk promosi apartemen kita yang berada di Bali," terang Pak Budi dengan sopan.
Hari meraih berkas yang berisi portofolio artis-artis serta model yang berada di bawah naungan Shine Agency. Dia memeriksa satu persatu foto yang mereka tawarkan dengan seksama. Tak ada satupun yang Hari kenal namun ia pernah melihat beberapa di antara mereka di televisi. Ia melempar map itu ke meja dan kembali mendengarkan penjelasan Pak Budi.
"Baiklah. Pak Budi tolong pantau proses syuting itu hingga selesai!" perintah Syailendra tegas.
"Baik, Pak!"
"Hari, bagaimana denganmu? Apa ada yang perlu dibahas?" Syailendra mengalihkan tatapannya pada putra keduanya yang menjabat sebagai CFO (Chief Financial Officer).
"Tidak ada, Pak. Semua aman."
"Good. Baiklah, kalian silahkan lanjutkan pekerjaan kalian dengan bidang terkait! Saya undur diri dulu karena jam 10 saya harus segera ke bandara!"
Hari, Kaisar dan Pak Budi sontak berdiri saat Syailendra bangkit dari kursinya. Mereka mengantar Syailendra hingga ke pintu.
"Hati-hati, Pa. Maaf aku nggak bisa antar Papa sampe ke bandara," sesal Hari sembari memeluk Syailendra dengan hangat.
"It's oke, Boy! Papa titip Kakakmu dan Sabia, hubungi Papa bila terjadi sesuatu dengan mereka!" Syailendra berbisik lirih di telinga Hari.
"Siap, percayakan padaku!"
Kaisar yang mengawasi keduanya dari jauh hanya bisa menatap curiga. Ia menoleh pada Diki yang standby di belakang. "Apa menurutmu mereka sedang membahasku?" tanya Kaisar menebak.
"Sejak kapan anda selalu curiga pada Hari, Pak?" Diki balik bertanya. Tak biasanya Kaisar peduli pada adiknya tirinya itu.
Tak ada jawaban, Kaisar hanya menghela lantas menghembuskan napasnya berat. Diki benar, sejak kapan ia selalu kepo pada si tengil Hari! Tak berfaedah sekali pikirannya kali ini.
"Kaisar!"
Panggilan dari Syailendra sontak membuat Kaisar mendekat ke tempat Papa dan adiknya.
"Jaga istrimu dengan baik! Papa tidak mau ada kabar tak mengenakkan lagi tentang kalian," titah Syailaendra adalah mutlak.
"Iya, Paaa. Jangan khawatir!" Kaisar menyahut malas.
"Good, Papa berangkat dulu. Baik-baiklah kalian berdua!"
..
..
Di ruangan kerjanya, Kaisar mengawasi portofolio Patricia Christina dengan pandangan berbinar. Akhirnya dia berhasil memaksa Pak Budi untuk memilih Shine Agency yang menaungi Patricia. Bukan tanpa alasan Kai melakukan hal itu, ia ingin Patricia menjadi bintang iklan di perusahaannya agar ia bisa berduaan dengan kekasihnya itu lebih lama. Kaisar sudah berencana untuk ikut memantau syuting iklan di Bali besok, ia tak sabar ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersama Patricia pujaan hatinya.
"Tunggu aku, Pat. Kita akan menghabiskan liburan di Bali bersama-sama."
..
..
Di tempat berbeda, di ruang kerja Hari. Ia sedang memeriksa daftar rincian pengeluaran untuk syuting iklan di Bali esok lusa. Keningnya mengernyit heran tatkala ada list pengeluaran tiket untuk Kaisar. Bukankah harusnya Pak Budi saja yang berangkat? Mengapa Kaisar harus pergi juga?
"Suzan, tolong telefon Pak Budi. Bila beliau tak sibuk, saya tunggu di ruangan ini sekarang!" perintah Hari melalui sambungan telefon pada Suzan, Sekretarisnya yang seksi.
"Baik, Pak."
Hari mengembalikan gagang telefon itu pada tempatnya dan memeriksa kembali rincian biaya pengeluaran di tangannya. Ada sesuatu yang tak beres yang sedang terjadi.
"Pak Hari, memanggil saya?"
"Oh, Pak Budi. Masuklah." Hari menutup map berisi lembaran kertas itu dan mempersilahkan Pak Budi duduk.
"Apa ada yang perlu saya jelaskan terkait rincian biaya itu, Pak?" tanya Pak Budi begitu sudah duduk santai di depan Bos kecilnya.
"Betul. Ada sesuatu yang membuat saya penasaran." Hari melipat tangannya di dada dan memperhatikan Pak Budi dengan lekat. "Mengapa di sini juga tercantum pengeluaran untuk pembelian tiket atas nama Kakak saya?"
"Hmmm, untuk hal itu silahkan langsung bertanya pada Pak Kaisar sendiri. Saya hanya menjalankan perintah dari beliau."
"Perintah?" Hari mengernyit heran. Sejak kapan Kaisar mengintervensi divisi Marketing?
"Maaf, Pak. Saya takut salah bicara dan nantinya malah membuat pertikaian yang tidak perlu. Ada baiknya Pak Hari langsung menanyakan hal itu pada Pak Kaisar," tolak Pak Budi dengan sopan.
"Apa Agency ini juga atas rekomendasi dari Kakak saya?"
Pak Budi mengangguk ragu, ia hanya melaksanakan perintah tanpa bisa membantah. "Betul, Pak. Ada tiga Agency yang masuk ke saya, salah satunya atas rekomendasi Pak Kaisar."
Perasaan Hari semakin dibuat penasaran. Namun ia perlu menemukan bukti yang lebih akurat untuk membuktikan kecurigaannya kali ini. Ia tidak mau gegabah dan membuat segalanya semakin runyam.
"Baiklah, Pak Budi. Terima kasih banyak!" putus Hari lugas.
"Baik, Pak. Saya permisi." Pak Budi bangkit dari kursinya dan lekas berbalik sebelum ia diinterogasi lebih dalam lagi.
"Pak Budi, tunggu!"
Langkah Pak Budi yang hampir tiba di pintu sontak tertahan, begitu pula napasnya. Ia berbalik dengan tatapan tersiksa.
"Boleh saya minta tolong sekali lagi?" tanya Hari begitu tatapan mereka bertemu.
Pak Budi tak menyahut, keringat dingin mulai mengucur di keningnya yang keriput. "Minta tolong apa itu, Pak?"
Hari tersenyum smirk, ia bersedekap sembari tetap menatap tajam pada Pak Budi.
"Saya minta tolong untuk ...."
******************
Hai, hai, Bestie!
Apakah kalian menyukai cerita ini?
Yuk jangan lupa klik favorit agar kalian tak ketinggalan update cerita Sabia dan Kaisar, ya!
Jangan lupa juga klik jempol dan love-nya agar author tahu bila kalian menikmati karya receh ini.
Salam sayang ❤️
coba klo ga sakit apa mau di puk puk
cuma taunya marah kan bang koi bang koi pulang" mlh sakit 🤣🤣🤣
Kai ini cari mslh aja ada yg halal
tp cinta mo lawan kah😍