bekerja di sebuah perusahaan besar tentunya sebuah keinginan setiap orang. bekerja dengan nyaman, lingkungan kerja yang baik dan mempunyai atasan yang baik juga.
tapi siapa sangka, salah satu sorangan karyawan malah jadi incaran Atasannya sendiri.
apakah karyawan tersebut akan menghindar dari atasan nya tersebut atau malah merasa senang karena di dekati dan disukai oleh Atasannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naik jabatan
**
Laudya datang ke kantor agak terlambat, saat ia masuk ternyata tempat kerjanya sudah ada yang mengisinya sampai ia mengerutkan keningnya.
“Mbak, Kok Tempat saya ada yang menepati? terus ini saya kerja dimana?” Tanya Laudya.
“Loh bukannya kamu sekarang jadi sekretaris nya Pak Maxim ya? kamu lupa?” Tanya Perempuan yang ditanya Oleh Laudya.
Dahi Laudya semakin mengerut, apalagi setelah mendengar ucapan kedua tenaga.
“Selamat ya, Sekarang Lo naik tingkat jadi Sekretaris.” Ucap Dea. ia menyalami tangan Laudya dan disusul oleh Safa.
“Ini maksudnya gimana? sekretaris Apa?” Tanya Laudia.
Orang-orang yang berada di dalam ruangan tersebut saling Melirik, Sekarang mereka paham seperti nya Laudia tidak membuka Grup kerjanya.
“Aduh Bu sekretaris kalau punya HP itu sering-sering di buka, gini nih ada info penting jadi gak tahukan.” Ucap Safa gemas.
Karena penasaran, Laudya membuka Ponselnya dan benar saja ada info yang sangat mengejutkan untuk dirinya.
Dimana di Grup Pesannya Ketua Divisi mereka mengatakan kalau Mulai hari ini Laudya sudah tidak bergabung dengan Mereka lagi, dan sudah berpindah posisi menjadi Sekretaris nya Pak Maxim.
Laudya juga membuka email-nya, Ada Email masuk dari perusahaan. bahwa ia sudah resmi menjadi Sekretaris.
Laudya menghela nafasnya, Ia bingung harus berekspresi seperti apa. Dirinya senang karena naik jabatannya dan itu pertanda Gaji nya juga akan ikut naik, Tapi Ia juga ada rasa takut apalagi setelah kejadian kemarin di mana dirinya membantu Maxim memakaikan Dasinya.
Bahkan sampai sekarang ia masih merasa Gugup dan tidak ingin berpapasan dengan Bos nya itu.
Namun apalah daya, Mulai hari ini ia akan selalu berurusan dengan Pria yang sedang ingin ia hindarinya itu.
Pintu ruangan tersebut terbuka, Asisten Pribadi Maxim masuk dan meminta Laudya mengikutinya. mau tidak mau Laudya harus patuh dan mengikutinya dari belakang.
Mereka sudah sampai di lantai paling atas, Asisten pribadi Maxim yang bernama Nanda mempersilahkan Laudya masuk ke dalam ruangan CEO.
“Bapak tidak ikut Masuk?” Tanya Laudya.
“Saya masih banyak pekerjaan, dan yang dipanggil oleh Pak Maxim hanya kamu.” Jawab Nanda.
“Tapi saya sedikit takut, ini gak bisa di temenin gitu?”
“Maaf ya Bu Laudya, Saya tidak bisa. kalau gitu saya permisi.” Pamit Nanda.
Laudya mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum masuk. kemudian ia mengetuk pintu ruangan CEO tersebut.
tok tok tok
Ckelk
“Masuk.” Titah Maxim.
Dengan langkah Kaki agak sedikit gemetar, Laudya terus melangkah dan berhenti tepat di hadapan Maxim.
“Kenapa Saat saya datang kamu tidak ada di depan? Bukannya sebelumnya sudah ada info kalau kamu akan menjadi sekretaris saya?” Tanya Maxim.
Laudya menundukkan kepalanya tidak berani menatap Atasannya. “Maaf Pak, Dari semalam saya tidak Pegang Hp. jadi saya tidak tahu dan baru tahu sekarang.” Jawab Laudia.
“Kalau gitu buang saja Hp nya, ngapain kamu punya hp tapi kalau tidak dipergunakan dengan baik.” Ucap Maxim dengan tegas.
Laudya menggigit Bibirnya, ia ingin membalas ucapan nya Maxim. tapi takut salah ucap.
Tanpa Laudya sadari, kalau Sekarang Maxim sudah berada tepat di hadapannya.
“Jangan di gigit Bibirnya.” Bisik Maxim.
Laudya mendongakkan kepalanya betapa terkejutnya ia saat melihat wajah atasannya sudah berada tepat di depan mata.
Laudya mundur kebelakang karena ia tahan kalau dekat-dekat dengan Maxim, apalagi Wangi Parfum menurutnya sangat enak dan nyaman untuk di hirup.
Sementara Maxim, ia merapikan Jas nya dan kembali ke tempat duduknya.
“Mulai hari ini kamu akan menjadi Sekretaris saya, tempat kerja kamu ada di luar ruangan saya. setiap pagi usahakan harus ada kopi susu di meja saya, dan kamu juga harus mencatat apa saja pekerjaan saya setiap harinya.” Ucap Maxim.
“Ngerti?” Tanya Maxim.
“Ngerti Pak.” Jawab Laudya.
“Oh ada lagi, setiap ada pertemuan dengan klien kamu tidak pergi ikut, cukup Nanda saja. tapi kalau pertemuan nya di luar kota atau luar negeri baru kamu harus ikut.”
Laudya hanya bisa mengiyakan setiap perkataan Maxim, setelah itu ia diminta untuk keluar dan mulai bekerja.
Laudya sudah duduk di tempat kerjanya, Nanda sudah memberikan arahan dan beberapa berkas yang harus ia pelajari dan kerjakan.
“Semoga kedepannya berjalan dengan lancar.” guman Laudya
dreet dreet
Laudya mengangkat panggilan telepon yang ada di atas meja kerjanya, dimana disana sudah disiapkan.
Belum sempat bicara Laudia sudah mendengar suara Maxim dan memintanya untuk masuk ke dalam ruangannya.
“Baru beberapa menit duduk sudah di panggil lagi, Semangat!”
Laudya kembali masuk ke dalam ruangan
Maxim. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?”
“Saya hampir lupa, ada satu lagi yang harus sering kamu lakukan. Setiap beberapa menit lagi masuk Jam Makan siang, kamu harus menyiapkan nya untuk saya.”
“Siap Pak, Apakah masih ada yang harus saya lakukan selain itu?” Tanya Laudya.
“Untuk sekarang tidak ada, nanti akan saya hubungi kamu lagi kalau saya ada perlu.” Jawab Maxim.
Karena sudah tidak ada yang mau bicarakan, Laudya berpamitan untuk kembali ke tempat kerjanya.
Setelah Laudia keluar, Maxim mengetuk-ngetuk meja nya menggunakan jarinya.
“Baru hari pertama, dan hari-hari selanjutnya kamu harus menjadi milik saya, Cantik.” Ucap Maxim Dengan senyum smirknya. Sebenarnya sudah lama Maxim menargetkan Laudia untuk menjadi miliknya, bahkan saat Laudia mengikuti wawancara dengan pihak perusahaan.
Dan selama ini ia hanya bisa memantau dari jauh, dan menurutnya Sekarang sudah waktunya ia mendekat.
Bahkan orang tuanya saja sudah mengetahuinya, karena ia tidak sengaja keceplosan saat orang tuanya membahas soal perjodohan, Dan Maxim keceplosan kalau dirinya sedang memantau seorang gadis. Beruntungnya Orang tua Maxim tidak menargetkan harus memiliki Menantu dari kalangan Atas, dan saat sudah mengetahui, Papi nya Maxim langsung meminta orang suruhannya untuk mencari tahu latar belakang Laudya.
Soal dari kalangan atas atau bawah memang tidak di permasalahkan, tapi yang mereka inginkan adalah Calon Menantunya itu berasal dari keluarga yang baik-baik dan tidak memiliki riwayat kejahatan.
.
Di jam Makan siang, Laudya sedang menata Makan yang sempat ia beli dari kantin. tadi saat Laudia bertanya kepada Maxim ingin Makan siang dengan apa, Maxim menjawab terserah dan boleh membeli di kantin juga.
“Pak Makanannya sudah saya tata, kalau gitu saya pamit keluar. karena sudah ditunggu oleh teman-teman saya.”
“Mau ngapain?” Tanya Maxim.
Dengan Perasaan sabar Laudya menjawab,
“Mau makan siang, Pak.”
“Disini aja sama saya, sepertinya saya tidak akan Habis kalau Makan sendiri.”
“Emmm, Bapak bisa Makan siang dengan Pak Nanda.” Ucap Laudya dengan hati-hati.
“Dia sudah pergi keluar, katanya mau ketemu tunangan nya. Cepat duduk dan Makan.”
Karena tidak ingin membuat Maxim marah, Laudya menuruti nya dan ia juga mengabari kedua Temannya kalau dirinya tidak bisa makan siang bersama Mereka.