Tak sekedar menambatkan hati pada seseorang, kisah cinta yang bahkan mampu menitahnya menuju jannah.
Juna, harus menerima sebuah tulah karena rasa bencinya terhadap adik angkat.
Kisah benci menjadi cinta?
Suatu keadaanlah yang berhasil memutarbalikkan perasaannya.
Bissmillah cinta, tak sekedar melabuhkan hati pada seseorang, kisah benci jadi cinta yang mampu memapahnya hingga ke surga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Waktu terus bergulir, hingga pada saatnya Yura harus benar-benar menguatkan hati mendengar pria idamannya mengucap ijab qobul untuk wanita lain. Berulang kali dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa akan ada pria yang lebih baik dari Maliq yang Allah siapkan.
Menarik napas panjang, wanita yang sedang menginap di rumah kakak iparnya terus menatap wajah melalui pantulan kaca rias. Mendadak ingatannya jatuh pada ucapan Jazil malam itu.
Mama sempat beberapa kali memergoki Malik mencuri pandang ke wajahmu.
Detik itu juga Yura meraih cadar dengan warna senada seperti gaunnya.
Pakaian couple yang sudah Jazil pilihkan khusus untuk Juna dan juga Yura.
Karena Jazil tidak menghadiri pernikahan anak sahabatnya, Yura akan berlindung di balik cadar dan kakak iparnya.
Akan ada Nukha dan Naura juga yang bisa mengalihkan pikirannya dari pemandangan sepasang pengantin nanti.
"Anty!" Yura menoleh ke belakang mendengar suara Naura.
"Naura!"
Anak berusia lima tahun itu tercenung melihat penampilan Yura yang sebagian wajahnya tertutup kain.
"Anti wajahnya di tutup? Kenapa?" Tanyanya, sambil melangkah menghampiri Yura.
Dari balik cadar Yura tersenyum.
"Kan mau ketemu banyak orang, jadi boleh di tutup"
"Tapi bunda enggak"
"Bunda kan sudah menikah, jadi boleh kalau nggak tutup muka, kalau anty kan belum menikah"
"Menikah itu yang kayak anty Zizah nanti kan, yang sama laki-laki?"
"Hmm" Yura mengangguk.
"Terus kapan anty nikah?"
"Nanti kalau ada laki-laki baik hati yang kayak ayah Angga"
"Anty mau nikah sama laki-laki yang kaya ayah?" Tanya Naura lagi.
"Iya"
"Nikah sama om Juna aja, kan baik hati kayak ayah"
"Ya nggak boleh nikah sama om Juna. Om Juna kan kakaknya anty"
"Oh nggak boleh, ya?"
"Iya"
"Jadi nanti Naura nggak boleh nikah sama mas Nukha? Mas Nukha kan kakaknya Nau"
"Benar, sayang. Tapi Nau nikahnya masih lama-lama. Sekarang jadi anak kecil dulu. Puas-puasin bermainnya, sama sekolah sampai jadi dokter kayak om Juna"
"Okay, anty"
"Kita let's go yuk, anty sudah siap"
"Ayo, bunda juga sudah siap. Om Juna juga sudah datang"
"Oh ya?"
"Iya"
"Ayo"
Yura menggandeng tangan Naura. Keduanya melangkah kompak keluar dari kamar tamu yang Yura tempati.
Ketika langkahnya sampai di ruang tengah, Juna terhenyak melihat penampilan Yura. Pria itu terus mengarahkan sepasang netranya tepat di wajah Yura tanpa berkedip.
"Loh, Ra. Pakai cadar?" Tanya Tita yang juga sedikit kaget.
"Kata anty mau ketemu banyak orang, bun. Jadi di tutupin" Jawab Naura untuk Yura.
"Wah, bagus dong"
"Kan anty belum menikah, jadinya di tutup"
Tita tersenyum, sebelum kemudian kembali bersuara. "Sudah siap kan, Ra"
"Sudah mbak" Yura mengangguk lalu beralih menatap Juna.
"Om Rezky sama anty Dini gimana, om Jun?"
"Ketemu di lokasi katanya"
"Okay, ayo berangkat"
Sejujurnya Yura tak ingin datang, tapi mengingat ini adalah pernikahan sahabatnya, rasanya kurang tepat jika dia tak menghadirinya.
Meski hatinya hancur, tapi sebisa mungkin Yura harus menyembunyikannya dari Azizah. Sementara Juna tahu seperti apa perasaan Yura untuk Malik yang sebenarnya.
Beruntung Yura menutupi wajahnya menggunakan cadar, jadi Juna tak tahu seperti apa sedih dan kecewa yang tergambar di raut wajah Yura.
"Kamu duduk di depan Ra, biar embak yang duduk di belakang sama anak-anak"
"Iya, mbak" Sahut Yura, bersamaan dengan suata mobil karena Juna menekan remot kunci mobilnya.
Selang satu menit, mereka sudah duduk di posisinya masing-masing. Juna langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Di dalam perjalanan, Yura tak mengatakan sepatah katapun, Ia sibuk menata hatinya yang berserakan kemana-mana. Pikirannya bahkan tak fokus karena terlalu larut dalam situasi yang sebentar lagi akan terasa menegangkan.
Ah, seandainya bisa, Yura pasti akan menghilang untuk sesaat.
Sayangnya pernikahan itu tak bisa ia hindari barang sedetik.
Juna yang duduk di sampingnya berulang kali melirik ke arah kiri.
"Gimana sidang skripsinya, Ra?" Tanya Tita memecah keheningan.
Tak ada jawaban dari Yura. Dan Juna tahu kalau wanita di sampingnya sedang tidak bisa berkonsentrasi.
"Ra, mbak Tita tanya tuh"
"Hah" Yura menoleh.
"Di tanya sama mbak Tita"
"Iya, mbak. Kenapa?" Yura lantas sedikit menoleh ke belakang.
"Sidangnya gimana?"
"Sudah lulus, mbak. Alhamdulillah nilai juga memuaskan"
"Selamat, ya. Kapan wisuda?"
"Bulan depan, mbak"
Tita mengangguk paham.
"Mau kerja di mana?" Dia kembali bertanya.
"Belum tahu, mbak"
"Coba deh, kamu ngelamar di pertamina persero, kebetulan lagi ada lowongan, kayaknya sesuai juga sama jurusan kamu"
"Serius mbak"
"Kalau mau, langsung kirim surat lamaran melalui email. Nanti mbak kirimin linknya, kalau masuk seleksi, insya Allah mbak sendiri yang akan tes wawancara"
"Okay, mbak"
Tahu-tahu mobil telah sampai di lokasi pernikahan.
Aula ponpes yang sudah di hias sedemikian indah. Memang tidak menyewa gedung pernikahan, sebab aula ponpes saja cukup besar untuk menampung para tamu undangan yang jumlahnya mungkin lebih dari seribu orang.
Sebelum turun dari mobil, Yura kembali menormalkan perasaan. Berusaha agar tak terlalu hanyut dalam euforia patah hatinya.
Pelan, ia melangkah memasuki area gedung, dan Jantung Yura seketika berontak apalagi saat sepasang matanya mendapati Maliq yang sudah duduk di kursi tempat untuk mengucap ijab dan qobul.
Tubuhnya melemah bak tak bertulang.
"Kamu cantik, baik, sholehah, pasti sudah ada pria baik dari yang terbaik buat ganti'in pria macam Malik" Lirih Juna, otomatis memantik Yura memindai wajah pria yang tiba-tiba duduk di sampingnya.
"Akan datang di waktu yang tepat" Tambah Juna tersenyum tulus.
Yura tak menyahut. Ia semakin di buat bingung dengan sikap Juna.
Ini pertama kalinya dia memuji Yura.
Bersambung.
ereks luar biasa..dan tlng singkirkn pelakory..jangan trs di uji antara yura jg juna..jd kpn mereka bisa bahagia.
.
keren juna, jawabanmu gentle berani menolak dan teruslah menjadi suami yang jadi pengayom dan pengayem
sakinah mawaddah warrohmah
semoga episode selanjutnya kak author kasih yura hamil kembar
lanjut kak