Genre : TimeTravel, Action, Adventure
Mo Lian. Seorang Kultivator terkuat di Alam Semesta.
Saat ia hendak naik ke Alam Selestial, Dao menolaknya karena di dalam hatinya terdapat penyesalan besar. Akhirnya pun Dao mengirimkannya kembali ke masa sekolahnya saat berusia 18 tahun.
"Kali ini aku harus berkultivasi secara perlahan sembari membalaskan semua dendam yang ada! Hingga tidak lagi meninggalkan penyesalan maupun rasa bersalah, yang mana dapat membangun iblis hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32 : Kedatangan Keluarga Yun
Mobil mewah asing memasuki kawasan Real Estate Emei. Mobil itu terus melaju ke tempat yang telah diberitahukan tempatnya, beberapa waktu kemudian, mobil berhenti tepat di depan gerbang dari mansion paling besar dan mewah yang ada di Real Estate Emei.
Pintu mobil terbuka, memperlihatkan pria tua berambut putih dengan potongan rapi, mengenakan baju putih lengan pendek dan celana hitam panjang serta sepatu pantofel.
Pria tua itu tidak sendiri, ia temani dengan beberapa pengawal kekar berpakaian hitam rapi dan mengenakan kacamata hitam.
Bukan hanya pengawal, ada pula wanita tua berambut putih berpakaian sederhana seraya menenteng tas. Wanita paruh baya mengenakan kemeja putih dan jas berwarna hitam, atau bisa dikatakan mengenakan pakaian kantoran. Lalu ada lagi wanita muda, yang tak lain ialah Yun Ning, wanita yang ingin berkunjung ke tempat tinggal Mo Lian.
Pria tua itu mengamati kediaman mewah di depannya, kemudian menolehkan kepalanya menatap Yun Ning. "Ning'er. Apakah kau yakin ini tempat tinggal dari penyelamatku?" tanyanya sedikit ragu.
"Menurut yang dikatakan oleh adiknya, ini memang rumahnya." Yun Ning menjawab seraya melihat pesan yang tertulis di handphone-nya.
"Apakah Ayah tahu sesuatu tentang kediaman ini?" Pria paruh baya berambut hitam dengan potongan rapi berjalan menghampiri pria tua.
"Ini adalah Mansion Bai Long milik Keluarga Qin. Dulu aku ingin membelinya dari mereka, tapi mereka tidak ingin menjualnya karena ini adalah milik leluhur mereka."
Yun Ning terdiam sejenak ketika mendengar itu, ia mencari nomor yang terdaftar di dalam kontaknya, kemudian membuat panggilan telepon.
"Halo ..."
"Ada apa?"
"Mo Lian. Aku sudah berada di depan gerbang, bisakah kau keluar."
"Oke." jawab singkat dari balik telepon, kemudian panggilan telepon terputus.
Beberapa menit kemudian setelah panggilan ditutup, terlihat dari dalam kediaman keluar seorang pemuda mengenakan celana pendek selutut, dengan baju kaos berwarna putih.
Pemuda yang tak lain ialah Mo Lian itu membuka pintu gerbang. Ia menatap belasan orang yang berdiri di depannya. "Apakah kalian sudah lama datang?"
Yun Ning berlari-lari kecil kecil menghampiri Mo Lian, kemudian menggandeng lengannya begitu saja. "Kami baru saja tiba," jawabnya menatap wajah Mo Lian.
Semua orang yang melihat ini tersentak kaget, mereka tidak menyangka jika Yun Ning akan sangat tidak tahu malu dengan menggandeng lengan seorang pria, yang bahkan sebelumnya selalu menolak untuk datang ke acara perkumpulan yang dikhususkan untuk mencari pasangan.
Mo Lian melepaskan tangan Yun Ning yang menggandeng lengannya, ia kembali menatap belasan orang di depannya. "Jadi. Ada keperluan apa kalian kemari?" tanyanya dengan ekspresi datar.
"Perkenalkan, nama saya Yun Hengtian. Istriku Ye Hua Xi, Putraku Yun Henxuan, dan Menantuku Luo Xue Yu." Pria tua itu maju selangkah memperkenalkan dirinya.
Yun Hengtian terdiam sejenak, kemudian melanjutkan perkataannya, "Alasan kami ke sini adalah untuk berterimakasih, namun sebelum itu, apakah benar Anda yang memberikan dua Talisman kepada Cucuku?" tanyanya dengan pandangan penuh tanya.
Mo Lian menganggukkan kepalanya. "Harusnya Anda sudah mengetahuinya dari Yun Ning, tapi jika Anda tidak mempercayainya, aku tidak perlu untuk meyakinkan. Jika hanya itu saja, maka aku akan kembali ke dalam, aku masih ada beberapa urusan yang perlu ku kerjakan," jawabnya menatap Yun Hengtian, kemudian berbalik.
Yun Henxuan dan Luo Xue Yu menatap tajam punggung Mo Lian, mereka berdua merasa tidak dipandang oleh Mo Lian, ini adalah pertama kalinya mereka mendapat perlakuan seperti ini. Sedangkan untuk orang-orang tua, mereka hanya diam tak memperlihatkan reaksi yang berlebihan.
Beberapa pengawal mengepalkan tangannya ketika melihat sikap tidak sopan Mo Lian. Dengan cepat mereka berlari berpencar ke segala arah mengepung Mo Lian dan menyerangnya begitu saja.
Pengawal-pengawal ini bukanlah pengawal yang datang bersama Yun Ning ke Kota Hanzhong, jika ini adalah pengawal yang sebelumnya, tentu saja mereka tidak akan berani menyerang Mo Lian.
Mo Lian menghentikan langkahnya, ia mendongakkan kepalanya menatap beberapa pengawal itu. Ia hanya diam tak bergeming dari tempatnya berdiri, saat pukulan itu hampir mengenai kulit Mo Lian, secara tiba-tiba muncul dinding berwarna biru yang menahan semua pukulan itu.
Tidak berhenti di situ saja, tiba-tiba angin berembus kencang, dedaunan di pohon sekitar beterbangan ke arah Mo Lian dan bergerak bagaikan pisau tajam menyayat seluruh tubuh pengawal yang mengepungnya.
Yun Hengtian tersentak kaget dengan mata terbuka lebar. "I- I- I- Ini. Pe- Pejuang tingkat Wu-Zong. Tidak! Wu-Dan!" ucapnya terbata-bata.
"Berhenti!" Yun Hengtian berteriak untuk menghentikan perbuatan para pengawalnya, ia maju beberapa langkah menghampiri Mo Lian, ketika jaraknya hanya tersisa dua meter, ia menghentikan langkahnya. "Menghadap pada Immortal. Maaf karena sikap lancang Hamba dan sekeluarga sebelumnya," ucapnya membungkukkan badan dengan menangkupkan kedua tangannya ke arah Mo Lian.
Yun Henxuan dan Luo Xue Yu yang sebelumnya kesal terhadap Mo Lian, kini berubah menjadi sedikit ketakutan, kagum, mereka tak tahu harus berbuat apa. Tapi dengan sigap mereka membuat postur tubuh yang sama seperti Yun Hengtian.
Meski tidak tahu apa yang terjadi, namun melihat fenomena aneh yang dilihatnya dan perubahan sikap Ayah serta Ibunya. Yun Ning pun mengikuti gerakan semua orang untuk memberi penghormatan kepada Mo Lian.
Mo Lian mengerutkan keningnya ketika mendengar kata 'Immortal', ia tidak mengerti tentang istilah-istilah tentang Pejuang yang ada di Bumi. Memang di Galaxy Pusat ada sebutan Immortal, tapi untuknya yang sekarang, masih jauh dari kata Immortal, bahkan untuk menembus Ranah Inti Perak saja membutuhkan waktu dan perjuangan.
Yun Hengtian mendongakkan kepalanya, ia menatap wajah Mo Lian, ia hendak mengatakan sesuatu, namun baru saja membuka mulutnya, tiba-tiba terdengar suara mobil yang menghentikannya untuk berbicara.
Dari dalam mobil, keluar seorang wanita muda yang sangat cantik mengenakan pakaian tradisional China berwarna putih. Wanita itu berjalan menghampiri Mo Lian, namun baru beberapa langkah ia berjalan, ia menghentikan langkah kakinya ketika melihat orang yang dikenalnya. "Eh! Paman Yun? Bibi Luo? Apa yang kalian lakukan di rumah Master?"
"Qin Nian? Kenapa kau memanggil Mo Lian dengan sebutan Master?" Yun Ning berjalan menghampiri Qin Nian.
Qin Nian terdiam sejenak, ia menolehkan kepalanya melihat Mo Lian dan Yun Ning secara bergantian. "Kenapa? Karena aku murid dari Master," jawabnya sembari memiringkan kepalanya.
Yun Ning terdiam dengan mulut sedikit terbuka, ia berbalik menolehkan kepalanya menatap Mo Lian dengan mata berbinar penuh harap, ia berharap juga bisa menjadi murid Mo Lian.
Mo Lian mengerti arti dari tatapan itu, ia menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, lagipula kau adalah Bintang Huaxia, apakah kau ingin membuang karirmu dan belajar beladiri?. Terlebih lagi aku sedang tidak ingin menerima murid lagi," jawabnya dengan nada sedikit tinggi.
Mendengar itu, Yun Ning terdiam dengan mata berkaca-kaca, ia kembali berbalik dan memeluk erat Qin Nian dengan wajah dibenamkan di dada Qin Nian. Isak tangis juga bisa di dengar dari Yun Ning ketika sedang memeluk Qin Nian.
Mo Lian hanya diam dan menggelengkan kepalanya ketika melihat tingkah laku dari bintang terkenal di China yang dikenal anggun dan dingin, bahkan sangat jarang untuk menampilkan ekspresi wajahnya di depan kamera. Tapi sekarang, bintang itu menangis seperti anak kecil.
"Jadi. Apa keperluan apa?" Mo Lian menghampiri Qin Nian tanpa memperdulikan tatapan mata dari semua orang. Ia juga tahu arti tatapan mata itu, tatapan meminta untuk menjadi seorang murid.
Qin Nian terdiam sejenak, ia mencoba mengingat-ingat mengapa ia datang kemari. "Dari yang kudengar, sekarang Master sedang libur sekolah selama seminggu. Karena itulah saya datang ke sini untuk mengabarkan jika Pertandingan Beladiri akan diadakan di Kota Chongqing dalam tiga hari mendatang," jawabnya seraya menenangkan Yun Ning.
Yun Hengtian dan lainnya terperangah tak percaya ketika mendengar bahwa Mo Lian, Pejuang ditingkat Wu-Dan masih seorang pelajar di sekolah menengah atas.
"Kota Chongqing? Apakah Keluarga Mo juga turut hadir dalam Pertandingan Beladiri?" tanya Mo Lian pelan, namun penuh penekanan disetiap kata-katanya.
Qin Nian sedikit tersentak ketika Mo Lian menekan perkataannya, seperti seseorang yang ingin membunuh orang. "Tentu. Karena mereka Keluarga Beladiri, tentunya mereka juga hadir, apalagi mereka juga berasal dari Kota Chongqing."
Mo Lian menganggukkan kepalanya. "Bisa kau jelaskan lebih rinci? Sebelum itu, ayo kita masuk ke dalam," ujarnya berbalik masuk.
"Baik, Master." Qin Nian menganggukkan kepalanya, kemudian berjalan memasuki kediaman bersamaan dengan belasan orang lainnya.
...
***
*Bersambung...
rehat dulu author