Follow IG @thalindalena
Add fb Thalinda Lena
"Tidak mau sekolah kalau Daddy tidak mau melamar Bu Guru!!!" Gadis kecil itu melipat kedua tangan di depan dada, seraya memalingkan wajahnya tidak lupa bibirnya cemberut lima senti meter.
Logan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Pusing menghadapi putri kecilnya kalau sudah tantrum begini. Anaknya pikir melamar Bu Guru seperti membeli cabai di super market?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mia pergi
Logan melangkah gontai menuju mobilnya yang parkir di basment apartemen. Masuk ke dalam mobil ia memukul stir berulang kali dengan perasaan tidak karuan. Mengumpat dan merutuki kebodohannya.
"Kau bodoh Logan! Kau pengecut!!!" Logan beralih memukul kepalanya dan menjambak rambutnya sendiri sampai rontok.
"Arghhh!!" ia berteriak seperti orang gila, lalu membenturkan kepalanya ke stir mobil. Air matanya terus keluar membasahi pipi dan nafasnya terengah, ia menyandarkan punggung ke jok mobil, lalu mengusap wajahnya frustrasi.
Drttt ... Drttt ...
Ponselnya di saku celana bergetar di sertai dering panjang menandakan ada panggilan masuk. Logan merogoh ponselnya.
'Home'
Nama kontak itu tertera di layar ponselnya. Ia segera mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, Bi," jawab Logan begitu ponsel menempel di telinga kanan.
"Tuan Nona kecil kabur dari rumah," seru pelayan dari ujung telepon tersebut.
Logan sangat terkejut mendengar kabar ini. "Aku akan segera pulang!" jawab Logan, menutup telepon, lalu menancap gas mobilnya.
Apa lagi Ya Tuhan? Satu masalah belum selesai kini ia dihadapkan masalah lain. Putrinya kabur dari rumah?
Ya Tuhan, Mia!
Logan menyetir mobilnya sudah seperti pembalap profesional, karena ingin cepat sampai di rumah. Ia sangat mencemaskan putri kesayangannya.
*
*
Keira berdiri di balkon kamar. Menatap keindahan Kota London pada siang hari itu, namun keindahan Kota London tidak mampu mengalihkan pikirannya yang tengah berkecamuk.
"Kenapa harus aku yang mengalami semua ini? Apa salahku ya Tuhan? Sampai engkau memberikan ujian hidup yang sangat berat," gumam Keira di dalam hati.
Keira memejamkan mata bersamaan dengan air matanya menetes membasahi pipinya.
*
*
Logan murka ketika sampai rumah. "Bagaimana bisa orang sebanyak ini tidak bisa becus menjaga anak kecil!" bentak Logan sangat marah, menatap satu persatu pelayan dan penjaga yang berdiri hadapannya.
Tidak ada yang menjawab, mereka semua menundukkan kepala.
"Cari putriku sampai dapat! Jika tidak, kalian akan mendapatkan akibatnya!" teriak Logan.
"Ba-baik, Tuan." Mereka membubarkan diri, lalu segera mencari Mia ke segala arah.
Logan mengecek CCTV dari ponselnya. Terlihat jelas di CCTV tersebut putrinya keluar rumah dengan cara mengendap-ngendap, sampai para pelayan dan penjaga rumah kecolongan.
"Mia, kau di mana sayang?" gumam Logan, sangat cemas. Kemudian dia menghubungi kedua orang tuanya dan juga polisi setempat.
*
*
Lara dan Lio sangat syok mendengar kabar dari Logan bahwa cucu mereka pergi dari rumah.
"Bagaimana bisa Mia pergi dari rumah?" tanya Lara pada putranya.
Logan menggeleng sebagai jawaban. Kepalanya pening karena berbagai masalah yang ia hadapi.
"Polisi sudah membantu mencari Mia, semoga sebentar lagi di temukan," ucap Logan di sela kecemasannya.
"Apa Mia tidak mengatakan sesuatu sebelum pergi?" tanya Lio.
"Tidak, Dad, kalau Mia mengatakan ingin pergi ke mana kita tidak akan sepusing ini!" Lara menyahut ucapan suaminya.
"Ah, benar juga." Lio mengangguk-angguk.
Logan berjalan mondar-mandir, sambil terus berpikir keras. "Aku rasa aku tahu di mana Mia!" ucapan Logan membuat kedua orang tuanya langsung menatapnya.
"Di mana?"
Logan beranjak keluar dari rumah dan menaiki mobilnya. Lara dan Lio menyusul dari balakang, masuk ke mobil Logan dan duduk di jok belakang.
"Kita mau ke mana?" tanya Lara.
"Tidak salah lagi, dia pasti ke Apartemen Keira," jawab Logan, sangat yakin.
"Tunggu apa lagi, ayo, segera ke sana!" seru Lara menepuk pundak putranya agar segera melajukan mobil.