ALANA SALVATORE 27 tahun, gadis yang memiliki kecantikan paripurna. Alana di kenal sebagai wanita yang sulit karena sering kali bersikap arogan, egois dan maunya sendiri.
Namun ia memiliki karir cemerlang di bidang seni. Alana seorang sutradara yang bertangan dingin. Sudah puluhan film dan iklan yang sukses terlahir dari tangannya. Meskipun Alana sering bertindak semaunya namun masih banyak perusahaan film maupun perusahaan advertising untuk bekerjasama dengan wanita keras kepala itu. Sehingga namanya terus melambung karena prestasi yang ia miliki.
LUCA BARZINI CORLEONE 32 tahun, laki-laki mapan keras kepala dan arogan. Laki-laki dingin itu memiliki segalanya. Terlahir dari keluarga kaya dan memiliki perusahaan berskala besar, saat ini bertunangan dengan adik tiri Alana yang bernama Laura Mancini 24 tahun yang berprofesi sebagai artis terkenal karena keberaniannya dalam berpose bu*il dan beradegan panas di setiap perannya.
Di hari pernikahan Luca dan Laura, ayah Alana meminta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERJEBAK II
Suara berat di telinga Alana mengejutkannya, namun akal sehat Alana tidak berada di pikirannya saat saat ini. "Aku bermimpi..."
"Tubuhmu sangat harum sayang".
Alana tersentak. Mendengar suara asing di telinganya. Laki-laki. Anggaplah Alana sudah tidak waras, bukannya pergi malah ia menikmati sentuhan laki-laki itu.
Tubuh Alana semakin memanas. "Tolong aku, tubuh ku panas... selesaikan segera".
Alana membuka kancing-kancing gaunnya. "Aku membutuhkan mu", lirih nya.
Hingga ia merasakan sakit teramat sangat di pusat tubuhnya. Alana menjerit, kemudian terdiam. Matanya terpejam. Semuanya semakin gelap. Alana tidak menyadari sekitarnya lagi.
*
Sinar sunrise di pagi hari menerobos masuk lewat jendela. Alana mengerjapkan matanya. Perlahan-lahan mata itu terbuka menatap sekitar. Semua berbeda.
Alana tersentak kala merasakan perutnya terasa berat. Alana membelalakkan matanya melihat tubuh pria asing di sampingnya sedang tertidur pulas tertelungkup dengan kepala membelakanginya.
"Ooh", desis Alana. Ia segera menutup mulutnya agar tidak bersuara. Perlahan-lahan Alana memindahkan tangan berotot itu dari perutnya. Cepat-cepat Alana menjauh dari tempat tidur itu.
Ia baru sadar kamarnya berbeda. Dengan menahan sakit di selan*kangannya Alana tertatih-tatih memungut pakaiannya tanpa pikir panjang ia segera memakainya. "Oh Tuhan apa yang sudah aku lakukan. Aku benar-benar bodoh lepas kendali seperti ini", batinnya.
Sesaat Alana berpikir dan melihat sekitar jangan ada jejak yang di tinggalkan nya.
Sambil menahan rasa sakit teramat sangat di intinya, Alana mengambil clutch miliknya. Ia tidak memperhatikan lagi penampilannya yang sangat berantakan bahkan dress nya tidak terkancing seluruhnya, yang ada di pikiran Alana ia harus segera pergi dari sana sebelum laki-laki itu terbangun dan melihatnya.
Perlahan Alana membuka handle pintu jangan sampai bersuara. Bahkan heelsnya pun Alana jinjing di tangan.
Setelah ia berada di luar Alana menatap sekilas nomor kamar itu 214. Alana memijat keningnya menyesali kebodohannya. "Aku masuk kamar yang salah". Dengan tertatih-tatih Alana berjalan menuju kamarnya dan terhenti di depan pintu dengan angka 219.
Cepat-cepat Alana membuka pintu dan melemparkan barang-barangnya. Tanpa berpikir panjang ia menarik paksa dress yang di pakainya hingga robek. Alana tidak perduli dengan rasa sakit yang di rasakan di sekujur tubuhnya. Alana masuk ke kamar mandi dan menangis dibawah derasnya air yang mengucur dari shower. Menangisi kondisinya saat ini. Kotor.
Alana merasakan tubuhnya berbeda, sangat sakit di intinya. Jemari tangannya meraba bagian itu dan melihat darah bercampur lendir di tangannya. "Oh Tuhan apa yang sudah aku lakukan".
Alana berusaha keras mengingat semuanya semalam. Awal ia datang ke club itu. Alana ingat, Laura menghampirinya dan ia memanggil Waitress yang membawa segelas minuman wine. Alana meminum segelas wine putih hingga tandas, kemudian Alana merasakan tubuhnya panas dan tak henti mengerang.
Samar-samar Alana mengingat kejadian semalam. Ia masuk kekamar yang di kiranya kamarnya. Pintu itu tidak terkunci, ia mengingat ucapannya memohon pada laki-laki asing untuk menyentuhnya. Hingga ia tidak tahu apa-apa lagi.
Alana terduduk di lantai kamar mandi. Dan memeluk lututnya sementara air mengucur deras membasahi tubuhnya. Wajah itu terlihat sangat pucat.
*
Di sebuah kamar mewah seorang pria membalikkan tubuhnya hingga terlentang. Ia memijat keningnya. Seutas senyuman menghiasi bibirnya. Ia menatap ke sampingnya. Tidak ada siapapun. "Dimana wanita itu?".
Laki-laki yang nampak kebingungan adalah Luca Barzini Corleone. Ia ingat betul semalam mabuk berat bersama teman-temannya. Hingga ia minta di sediakan ja*ang untuk memuaskannya. Namun rasa ja*ang yang dipesannya sangat nikmat walaupun wanita itu tidak memiliki keahlian dalam memuaskan pelanggan. Tapi rasanya sangat membekas di ingatan Luca.
Luca berdiri dari tempat tidur menatap pakaiannya yang berserakan di lantai. Ke dua mata abu-abu itu menatap ke atas tempat tidur. Matanya menyipit, tangannya menarik selimut tebal yang ada di tempat berukuran king size tersebut.
Seketika kedua matanya menajam menatap bercak merah di seprai berwarna putih itu. "Darah?"
"Jangan katakan ja*ang yang dengan ku semalam masih perawan. Apa maksudnya ini semua?", ucap Luca tak percaya.
Kedua netra abu-abu itu mengambil benda berkilau di bawah bantal. Sebuah anting-anting mutiara berwarna merah muda dengan kilauan berlian di sisi-sisinya.
Luca memperhatikannya tepat di depan wajahnya. Ia tahu anting itu benda yang mahal. "Siapa kau sebenarnya...?"
...***...
PAGI INI 2 BAB DULU YA. LANJUT SIANG NANTI. JANGAN LUPA VOTE LIKE KOMEN KOPI DAN BUNGA 🙏
males jadinya lanjutin baca