NovelToon NovelToon
Adik Angkat Tersayang

Adik Angkat Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / EXO / Trauma masa lalu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Chinchillasaurus27

Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .

Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.

Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Senam

Si Gaby tiba-tiba masuk kamar tempat gue dirawat disusul dengan Sean yang ada dibelakangnya. Yang gue bingung tuh baru dateng mukanya udah bete gitu. Dia kemudian duduk di samping gue yang lagi rebahan di ranjang. Langsung aja gue tanyain.

"Kenapa dek?"

Dia gak jawab, bibirnya sekarang dicemberutin kayak bebek sama kedua tangannya dilipet diatas.

Lah, ini si Gaby kenapa sih??

Gue lihat wajah Sean sebentar, eh ternyata sama aja lagi cemberut juga.

"Eh Se! Adek gue abis lu apain?" tanya gue pada Sean yang lagi duduk diantara Ken dan Bimo. Jadi mereka bertiga dari pagi ke sini. Kalo Ken lagi cuti, si Bimo sama Sean sengaja bolos kerja.

"Eh bang. Harusnya gue dong yang lo tanyain. Abis diapain gue sama adek lo tuh." ucap Sean.

Gue tiba-tiba salfok sama wajah Bimo terlihat berpikir sebentar. "Emang kalian abis ngapain sih?" ucap Bimo sambil tersenyum.

Gue tau nih maksud omongannya. Emang dasar otaknya jorok.

Si Ken malah auto ngakak.

Gue cuma menghela napas panjang. Kemudian mengajak ngobrol Gaby.

"By lo mau tau berita bagus gak?"

"Apa?" tanyanya sambil masih cemberut.

"Nanti malem aku udah dibolehin pulang loh."

"Oh ya?!" Gaby mendadak semangat.

Gue mengangguk cepat.

Wajah Gaby langsung berubah menjadi ceria, dia udah gak bete lagi. Gue lalu menyuruhnya buat merapikan barang-barang kita lalu memasukkannya ke dalam ransel.

Malam hari...

Sekarang kita udah sampai rumah. Rumah masih sepi karena yang lain belum pulang dari luar kota. Gaby nganterin ke kamar gue sambil bawa ransel.

Si Sean yang kita tebengi mobilnya enggak mampir, dia langsung pulang karena mamanya udah nyariin.

"By gue mandi dulu ya." ucap gue karena badan gue udah lengket banget rasanya.

Gaby yang lagi mengeluarkan baju-baju gue dari dalam ransel itupun mengangguk.

"Chan ada telfon!!" teriak Gaby

"Angkat aja!!" teriak gue yang udah terlanjur masuk ke dalam kamar mandi.

"Siapa yang nelfon?" tanya gue ketika baru aja selesai mandi. Gue keluar masih dengan handuk yang melilit pinggang gue.

"Silvy My Love." jawab Gaby yang sekarang lagi tiduran di ranjang gue. Dia udah selesai ngeluarin baju-bajunya.

Gue mengambil ponsel yang ada disebelah Gaby. "Bilang apa dia?"

"Enggak ada. Orang mau diangkat udah mati duluan."

Tiba-tiba bel rumah bunyi, menandakan ada yang datang. Gaby langsung aja keluar kamar buat bukain pintu.

"Mungkin mama pulang." batin gue.

Gue kemudian membuka lemari pakaian buat ngambil baju yang mau gue pakai.

Saat gue mau pakai baju tiba-tiba ada yang meluk gue dari belakang. Gue kaget dong, mana gue lagi telanjang gini.

"Yang lagi pengen."

Sial! Ini pasti Silvy.

Gue mencoba melepaskan pelukan dia. Tapi gak bisa, Silvy malah mengeratkannya.

"Apasih, jangan aneh-aneh." ucap gue sambil memberontak.

"Kangen banget ini loh." rengek Silvy.

"LEPAS!!"

Silvy auto melepaskan pelukannya. Gue langsung mengambil handuk gue yang ada di ranjang lalu melilitkannya kembali ke pinggang gue.

Gue membalikkan badan buat ngelihat Silvy.

"Jangan gila dong. Ini dirumah." Gue mulai marah sekarang.

Dia cuma diem sambil menatap gue dengan tatapan kecewa.

"Kalo adek gue lihat gimana ha?" ucap gue.

Gue bergegas memakai baju yang udah mau gue pakai dari tadi. Si Silvy masih berdiri sambil ngelihatin gue terus. Hingga akhirnya dia bersuara.

"Aku jauh-jauh ke sini malah kamu marah-marahin."

Gue gak peduli, masih melanjutkan aktifitas gue.

"Kok sekarang kamu kayak gini?" ucap dia lagi.

"Yaudah aku pulang aja." Silvy mulai melangkahkan kakinya keluar. Gue langsung memegang tangan kanannya. Sontak Silvy memberhentikan langkah kakinya.

"Aku minta maaf ya. Tapi kamu keterlaluan yang." ucap gue.

Silvy kemudian membalik tubuhnya sekarang dia natap mata gue lekat-lekat.

"Salah ya kalo aku kangen?" ucapnya dengan ekspresi sedih.

Gue cuma bisa menghela napas panjang. Kalo udah gini gue gak bisa berkata apa-apa lagi.

Gue gak mau kalo dia sedih. Gue gak bisa lihat dia sedih.

Silvy mulai menitihkan air mata, gue langsung menariknya kedalam pelukan. Kemudian mengangkat tubuhnya ke atas ranjang.

Gue mencoba menuruti keinginan dia.

Silvy yang lagi dibawah gue kemudian menarik tengkuk gue. Dia mencium bibir gue. Gue langsung membalas ciumannya lebih dalam.

Silvy kemudian merubah posisinya, sekarang dia berada diatas menduduki perut gue. Dia mulai melucuti pakaiannya sendiri satu demi satu. Dia kemudian beralih ke pakaian gue. Dia melepaskan kaos yang belum ada 10 menit gue pakai. Lalu berlanjut ke celana gue. Tidak lupa dia mengambil pengaman yang ada didalam tasnya kemudian memakaikannya di punya gue.

Tapi sebelum itu semua, gue suruh Silvy buat make sure bahwa pintu kamar udah bener-bener terkunci.

Kita berdua gelap mata, membiarkan nafsu yang sudah mendidih di ubun-ubun ini menyelesaikan tugasnya.

Beberapa saat pun berlalu.

Gue membuka mata melihat Silvy yang masih terlelap. Dia kelihatan sangat kelelahan. Kira-kira satu jam yang lalu kita melakukannya. Kita sudah beberapa kali melakukannya sebelumnya. Tetapi ini kali pertamanya kita melakukannya di kamar gue. Gue sebenarnya menyesal, gue sudah berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Namun tetap tidak bisa. Gue tidak bisa menahan nafsu bejat gue. Gue payah.

Tapi gue janji, gue akan lamar Silvy ketika dia wisuda nanti. Gue akan tanggung jawab.

Silvy tidak mau lepas dari tubuh gue. Sama seperti biasa dia memeluk tubuh gue yang ada dibawahnya. Dia tidak akan melepas pelukannya sampai dia terbangun nanti.

Selimut gue naikkan hingga menutupi punggungnya. Gue biarkan dia tidur dengan posisi seperti ini dulu.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar gue. Gue kaget tapi tidak beranjak sama sekali.

"Kak ayo makan. Kak Silvy juga. Aku udah buatin mie." suara Gaby dari balik pintu.

Gue bingung harus apa. Gue takut kalo dia tau kelakuan kakaknya seperti ini.

"Kak?"

"Hah??? I-Iya kakak kesitu sekarang." sahut gue.

Gue mendengar langkah kaki Gaby mulai menghilang. Sepertinya dia sudah menuju meja makan duluan.

Silvy akhirnya pulang ke rumahnya setelah makan malam. Gue sama Gaby mengantar dia ke depan pintu.

"Byee Kak Silvy!" seru Gaby sambil melambaikan tangannya ke arah mobil Silvy yang sudah keluar gerbang.

Gaby kemudian menutup gerbangnya lalu kembali ke dalam rumah.

Kita berdua kini melangkahkan kaki menuju lantai atas buat ke kamar masing-masing. Udah malem, saatnya untuk tidur.

"By... " panggil gue. Sontak Gaby menatap mata gue.

"Gue boleh gak tidur di kamar lo?" tanya gue agak sedikit canggung.

"Emangnya ada apa di kamar lo?" tanya dia.

"Emmm bau keringet." jawab gue.

"Ooh, boleh deh kalo gitu." ucapnya kemudian membukakan pintu kamarnya.

Gaby kemudian menyuruh gue buat masuk. Gaby lalu menutup pintunya.

Sekarang gue udah ada dikamarnya. Kamar bercat pink khas anak perempuan. Gue kemudian mendudukkan badan gue di ranjangnya. Gaby masih masuk kamar mandinya, mungkin dia pipis dulu. Kemudian gue lihat dia keluar. Dia kemudian mengambil boneka beruang tedy yang ada di sebelah gue.

"Uluh uluh sayangnya mama. Mama kangen nak. Sini peyuk duyuu." Gaby memeluk bonekanya itu.

"Mulai deh." batin gue.

"Maaf ya Teby mama baru pulang. Jangan nangis dong anak ganteng." ucap Gaby sambil mengelus-elus bonekanya.

Gue cuma diem sambil ngelihatin pemandangan biasa ini.

"Teby kalo gue buang gimana ya?" tanya gue.

"Kita marahan seumur hidup!" jawab Gaby sambil memasang muka marah ke arah gue.

Sontak gue langsung ketawa.

Gak lah mana tega gue buang bonekanya. Jelek-jelek gitu udah dianggep anak kesayangan sama Gaby. Si Teby inilah yang menemani masa kecil Gaby. Bisa dibilang dia saksi bisu tentang kehidupan Gaby di masa lalu.

"Ayok tidur udah jam 10." ajak gue, lalu merebahkan tubuh gue ke ranjangnya.

Gaby kemudian ikut merebahkan tubuhnya, tidak lupa masih membawa Teby nya itu.

"Kak, Mama kok belum pulang-pulang ya?" tanyanya tanpa menatap gue sama sekali. Sekarang tubuhnya lagi meringkuk meluk bonekanya, gue dipunggungin.

"Emmm mungkin besok dek."

"Perginya sama Kak Yura juga ya?" tanya dia lagi.

"Kayaknya iya."

"Kok aku gak diajakin ya?"

"Kan kamu sekolah."

"Tapi aku pengen ikut."

"Mama gak ngijinin."

Sudah tak terdengar lagi pertanyaan dari Gaby. Kayaknya dia sudah tertidur. Gue coba beranjak untuk melihatnya, ternyata benar dia sudah merem.

Gue tarik selimut yang ada dibawah kaki kita berdua. Lalu menyelimuti tubuh kecil adek gue ini.

Gue cium puncak kepalanya sebentar.

"Mimpi indah dek." bisik gue.

...***...

Pagi ini gue sama Gaby sarapan telor ceplok. Kali ini gue yang masak. Gaby request yang telornya mateng banget kesukaan dia. Karena kalo yang setengah mateng bikin muntah katanya. Dia tuh gak suka sesuatu yang kental-kental berlendir gitu.

Saat lagi sarapan tiba-tiba bel rumah bunyi. Siapa ya? Kalo si Ken gak mungkin, dia biasanya langsung nerobos masuk ke dalam rumah. Langsung aja gue yang bukain, karena kalo mau nyuruh Gaby yang bukain kasihan, sarapannya belum selesai.

Waktu gue buka pintu, gue kaget sama sosok yang didepan gue. Ini siapa kok asing, kayaknya belum pernah ketemu deh.

"Permisi, Gaby nya ada?" tanya anak laki-laki di depan gue.

"Ada didalem. Kamu siapa ya?" tanya gue menyelidik.

"Saya Jevin. Temennya Gaby." ucap anak itu. Lalu gue lihat kendaraan yang terparkir di halaman.

Ohh ini yang klx itu...

"By! Ada temenmu nih!" panggil gue pada Gaby.

Tak lama Gaby langsung keluar. Dia kelihatannya juga kaget.

"Lohh Jeje?" Gaby melongo. Si anak laki-laki itu cuma tersenyum.

Sok manis lo!

"Ayok bareng gue By." ajak anak laki-laki itu.

Gaby kemudian melihat ke arah gue. Gue cuma menaikkan kedua alis gue. Gaby lalu menarik lengan gue. Dia ngajak gue buat masuk ke dalam rumah.

"Kak aku bareng dia aja ya?" tanya Gaby meminta ijin ke gue. Dia ngomongnya sambil bisik-bisik, mungkin biar anak laki-laki diluar gak dengar.

"Terus nasib Ken gimana dong?"

Gaby terlihat berpikir sebentar, matanya kemudian melirik jam yang menempel di dinding.

"Kakak kasih tau kak Ken kalo gak jadi, lagian dia pasti masih ada dirumah kok sekarang." ucap Gaby. Gue cuma diem.

"Ya kak?" tanya dia memastikan.

Gue akhirnya mengangguk. Tapi tapi..

"Eh kamu kan gak punya helm." Gue langsung menahan lengannya, biar dia gak kabur.

"Ada kok." ucap dia lalu pergi menghampiri anak laki-laki yang ada diluar tadi.

Lah? Sejak kapan Gaby punya helm?

"Maaf ya lama. Ayok Je berangkat." kata Gaby pada anak laki-laki ini.

"Kak aku berangkat dulu!" pamit Gaby tanpa salim sama gue. Iya woii TANPA SALIM!!

Gue cuma nyender di pintu sambil ngeliatin mereka. Si anak laki-laki bermotor klx ini kemudian memberi Gaby sebuah helm. Lalu menyuruh untuk memakainya.

What??

"Haha... Kayak kang ojek online aja nyediain helm." batin gue.

Gaby kemudian naik ke atas motor.

"Apa-apaan pake pegangan segala njir."

Gue mengamati mereka terus sampai motor klx itu keluar dari gerbang. Gue kemudian masuk ke dalam rumah.

"Halah masih gantengan gue jauhh!" ucap gue pada diri sendiri.

Gue bosen banget dirumah. Harusnya gue masuk kerja aja, tapi sama Gaby belum dibolehin. Seharian gue cuma main ps di ruang tv. Silvy juga gak main ke sini.

"Ah goblok!" teriak gue yang kesel karena kalah terus dari tadi. Gue matiin aja ps nya.

Lalu gue naik ke atas buat ke kamar. Gue ambil gitar lalu duduk di dekat jendela. Gue mainin gitar gue.

"Gaby kok belum pulang-pulang ya. Mana mau hujan lagi." batin gue sambil ngelihat langit yang mulai mendung.

Tiba-tiba gue mendengar suara knalpot khas motor. Tapi suaranya gak cuma satu tapi bersahut-sahutan. Gue mencoba melihat ke arah bawah. Ternyata masuklah beberapa motor anak-anak SMA di halaman rumah gue. Lalu mereka langsung parkir.

"Geng motor? Kok masuk sini sih?"

Gue terheran-heran.

Saat gue mau turun, tiba-tiba gue lihat motor klx yang terakhir masuk gerbang. Itu Gaby sudah pulang sama anak laki-laki tadi. Tapi kenapa dia bawa geng motor ke rumah?

Gue akhirnya turun buat tanya Gaby.

"Kak aku pulangggg!" teriak Gaby dari bawah tangga.

"Mereka siapa? Kok dibawa kesini?" tanya gue sambil nunjuk geng motor yang ada di depan pintu masuk.

"Temen-temen aku mau kerja kelompok. Boleh ya? Aku kemarin lupa mau minta ijin ke kakak."

Gue masih diem karena heran.

"Gaesss ayo masuk!!!" suruh Gaby. Kemudian beberapa anak laki-laki masuk ke dalam rumah sampek ruang tamu gue penuh. Gue hitung anak laki-lakinya 6 orang. Gaby kemudian menyuruh mereka semua buat duduk sofa.

Gue cuma ngelihatin mereka dari kejauhan. Gaby lalu mengambil air putih yang ada di dalam kulkas dan menuangnya ke 7 gelas. Selesai menyiapkan air putih, Gaby lalu mengantarkannya ke ruang tamu. Gue masih berdiri di bawah tangga. Masih melihat anak-anak banyak itu.

"Kok temen-temen Gaby bentukannya kayak gitu yah?" batin gue heran.

Tiba-tiba Gaby menghampiri gue yang lagi melamun. Dia menyenggol lengan gue dengan sikunya.

"Apa?" tanya gue pada Gaby.

"Aku boleh gak pinjem speaker kamu yang biasanya kamu pakek Kak."

"Boleh. Emang mau dibuat apasih?"

"Udah nanti juga tauk. Ayok ambilin." Gaby langsung menggelandang tangan gue menuju kamar.

Gue angkatin speaker gue yang lumayan gede itu, lalu menaruhnya ke ruang tamu tempat temen-temennya Gaby berada.

"Eh dikamar gue aja deh, disini sempit." ucap Gaby, seketika gue auto melotot.

Yang bener aja, masa keenam temen cowoknya diajakin ke kamar, ya jelas gue gak bolehin dong.

Gue kemudian menyikut lengan Gaby yang ada disebelah gue. Gaby auto menoleh.

"Di ruang tv aja." suruh gue.

"Masih sempit." Gaby ngeyel.

"Tapi gak boleh di kamar."

"Di kamar lo aja kalo gitu."

"Enggak!" teriak gue. Sontak anak-anak itu natap gue.

Bodoamatlah gue gak malu.

Si Gaby sekarang mulai kesel. Dia melipat kedua tangannya diatas dada sambil natap sinis ke gue.

"Lu mau ngapain sih By cari tempat yang luas? Mau tawuran ha?" batin gue.

"Yaudah dihalaman depan aja." ucap Gaby sambil mencoba mengangkat speakernya. Gak bisa kan, udah dibilang berat kok. Lalu gue bantu angkatin aja demi adek gue yang tercinta ini.

Gue udah angkatin ke halaman depan, udah mendung sih bentar lagi hujan. Tapi mau gimana lagi Gaby maksa buat di halaman aja katanya. Ya gue turutin, asal nanti kalo speakernya rusak karena kehujanan, anak-anak itu termasuk Gaby harus beliin yang baru.

"Eh mau kemana?" tanya Gaby yang memberhentikan langkah gue. Padahal gue udah mau balik ke kamar lagi.

"Gimana cara makenya? Lubang nya yang mana nih?" tanya Gaby sambil clingak-clinguk nyari lubang buat masukin kabelnya.

Langsung aja gue ajarin.

Selesai ngajarinnya gue lalu balik ke kamar. Gue masih heran emang mereka tuh mau ngapain? Mau dangdutan ya?

Gue sekarang udah sampek ke kamar. Gue kembali ngambil gitar yang tadi gue taruh di ranjang.

Belum sempet gue ngegenjreng gitar gue. Tiba-tiba...

SAKITNYA TUH DISINI DIDALAM HATIKU

SAKITNYA TUH DISINI MELIHAT KAU SELINGKUH

SAKITNYA TUH DISINI

PAS KENA HATIKU

SAKITNYA TUH DISINI

KAU MENDUAKAN AKU

TET TERET TERET TERET TET TET

Gilaaaa... Keras banget suaranya, sampek kaca jendela kamar gue geter semua.

"Apaansih woy!!!" teriak gue sambil ngelihat ke luar jendela.

"KECILIN WOYYY!!!" teriak gue lagi.

Duh si Gaby kalo tetangga kebisingan gimana cobak.

"Tombolnya yang mana??!!!" tanya Gaby dari bawah. Temen-temennya pada nutup kuping. Si anak klx clingak-clinguk nyari tombol volume nya di speaker.

"KANAN!!! SEBELAH KANAN!!!" teriak gue ngasih tahu. Tangan gue juga ikut ngarahin ke arah kanan.

Akhirnya volume nya udah berhasil dikecilin.

"Ah masa gitu aja pada gak ngerti sih?" batin gue masih sambil ngelihatin mereka dari atas.

Ternyata mereka berenam itu lagi latihan senam gais. Gue ngakak lihat mereka senam, mana gerakannya kayak senam lansia di taman kalo hari minggu pagi. Konyol banget sih.

Itu si Gaby ngapain di depan kayak instruktur tuh. Woi mana gerakannya salah sendiri. Gue langsung  terpingkal-pingkal ngeliat tingkahnya Gaby.

"JANGAN LIHAT WOYYYY!!!" teriak Gaby dari bawah.

Ternyata gue ketahuan, langsung aja gue tutup jendelanya.

"Udah ah capek ngetawain Gaby. Gua mau mandi aja ahh."

~tbc...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!