NovelToon NovelToon
Hot Duda Dan Baby Sitter

Hot Duda Dan Baby Sitter

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rhtlun_

Di tengah hujan deras yang mengguyur jalanan kota, Kinanti menemukan seorang anak kecil yang tersesat. Dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan, anak itu tampak sangat membutuhkan bantuan. Tak lama kemudian, ayah dari anak itu muncul dan berterima kasih atas pertolongan yang ia berikan.

Meskipun pertemuan itu sederhana, tidak ada yang tahu bahwa itu adalah awal dari sebuah kisah yang akan mengubah hidup mereka berdua. Sebuah pertemuan yang membawa cinta dan harapan baru, yang muncul di tengah kesulitan yang mereka hadapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rhtlun_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 16

Pagi ini, suasana rumah Julian sempat terasa hangat dan menyenangkan. Hari libur di kantornya membuat David, asistennya, datang berkunjung untuk menikmati waktu santai bersama Julian.

Di meja makan, Kinanti mengajak Kenzo untuk sarapan. "Ayo, Kenzo, kita sarapan dulu." Katanya lembut. Melihat David, Kinanti menambahkan, "Pak David, ayo bergabung sarapan dengan kami."

David tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Nona Kinanti."

Julian pun duduk di meja, menikmati suasana santai pagi itu. Bi Inah sibuk di dapur, membantu menyiapkan hidangan.

Namun, ketenangan itu terganggu ketika pintu depan diketuk dengan keras. Bi Inah membuka pintu, dan Hanah berdiri di sana dengan wajah marah. Tanpa menunggu undangan, Hanah masuk ke dalam rumah dengan langkah tegas.

"Julian, kita harus bicara!" Serunya dengan nada tinggi.

Julian yang sedang menikmati sarapan hanya bisa menghela napas panjang. "Hanah, kenapa kamu datang pagi-pagi begini?" Tanyanya dengan nada lelah.

Hanah menatap Julian dengan mata yang berkobar marah. "Karena kamu terus menolak aku! Julian, aku hanya ingin kamu memberikan aku kesempatan!"

Julian berdiri dari kursinya, menatap Hanah dengan tegas. "Hanah, aku sudah berkali-kali bilang, aku tidak tertarik. Tolong hargai keputusan itu."

Namun, Hanah tidak menyerah. Dia beralih ke Kenzo yang sedang duduk di dekat Kinanti. Dengan senyum dibuat-buat, dia berkata, "Kenzo, apa kabar sayang?"

Kenzo hanya diam, wajahnya tidak menunjukkan ketertarikan. Ia malah lebih memilih bermain dengan Kinanti. Hanah, yang merasa diremehkan, semakin marah.

Kinanti mencoba menenangkan situasi. "Maaf, Nona Hanah. Mungkin lebih baik jika—"

Namun, Hanah memotong ucapan Kinanti dengan nada tajam. "Diam, Kinanti! Ini urusan antara aku dan Julian. Kamu tidak punya hak untuk ikut campur!"

Julian maju dan berdiri di antara Hanah dan Kinanti. "Hanah, cukup. Kamu sudah melewati batas. Aku minta kamu pulang sekarang."

Hanah menolak untuk pergi. "Tidak! Aku tidak akan pergi sampai kamu setuju untuk memberiku kesempatan!" Dia menghentakkan kakinya dengan keras, menunjukkan bahwa dia tidak akan menyerah dengan mudah.

Julian mendesah, mencoba menahan amarah. "Hanah, kamu membuat suasana menjadi tidak nyaman. Ini rumahku, dan aku berhak meminta kamu pergi."

Hanah masih bersikeras, "Aku tidak peduli! Aku berhak mendapatkan penjelasan. Aku mencintaimu, Julian!"

David, yang menyaksikan semua itu, mencoba menengahi. "Nona Hanah, mungkin lebih baik jika Anda pulang dan berbicara dengan Tuan Julian di lain waktu."

Hanah menatap David dengan tatapan tajam, "Kamu diam saja! Ini bukan urusanmu!"

Melihat situasi semakin memanas, Julian mendekati Hanah dan berkata dengan tegas, "Ini sudah cukup, Hanah. Jika kamu tidak pergi sekarang, aku akan memanggil keamanan."

Hanah terdiam sejenak, wajahnya berubah dari marah menjadi terluka. Namun, dia tetap berusaha mempertahankan harga dirinya. "Baik, aku akan pergi. Tapi ini belum selesai, Julian."

Hanah berbalik dan pergi dengan langkah berat, meninggalkan suasana tegang di rumah Julian. Setelah pintu tertutup, semua orang di ruangan itu menghela napas lega.

Kinanti menatap Julian dengan cemas. "Maaf, Tuan Julian, kalau saya menambah masalah."

Julian tersenyum tipis, "Bukan salahmu, Kinanti. Hanah memang sulit dihadapi."

David, yang masih terkejut dengan kejadian itu, menggelengkan kepala. "Tuan Julian, Anda pasti lelah menghadapi itu setiap hari."

Julian tertawa kecil, "Ya, tapi aku punya kalian untuk membantu. Ayo, kita selesaikan sarapan."

Kenzo kembali melanjutkan makan dengan senyum di wajahnya, dan Kinanti mengelus kepala anak itu dengan lembut.

Meskipun pagi itu sempat diwarnai ketegangan, akhirnya mereka bisa kembali menikmati waktu bersama dengan perasaan lega setelah Hanah pergi.

Tak disangka-sangka, Marta dan Adam, orang tua Julian, pulang lebih awal dari perjalanan mereka. Saat mereka memasuki rumah, kehadiran David yang sedang berbincang santai dengan Julian di ruang tamu membuat mereka terkejut.

"David?" Marta menyapa dengan nada terkejut. "Kenapa kamu ada di sini? Bukankah ini hari kerja?"

David segera bangkit dari tempat duduknya dan menjawab dengan sopan, "Selamat siang, Bu Marta, Pak Adam. Hari ini kantor libur, jadi saya memutuskan untuk berkunjung ke sini."

Marta mengangguk, meski masih tampak kebingungan. "Oh, begitu. Kami tidak menyangka akan melihatmu di sini."

Julian berdiri, menyambut orang tuanya dengan senyuman yang sedikit tegang. "Mama, Papa, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."

Marta menatap putranya dengan tatapan penuh tanya. "Apa itu, Julian?"

Julian mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku mohon, berhentilah menjodohkanku dengan Hanah."

Ekspresi Marta berubah menjadi keras, matanya menyipit. "Apa maksudmu, Julian? Hanah adalah wanita yang baik dan cocok untukmu. Mengapa kamu ingin menghentikan hubungan ini?"

"Aku tahu Hanah wanita baik, Ma," Julian menjawab dengan nada tegas. "Tapi dia tidak mencintaiku, dia hanya terobsesi denganku. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan yang didasarkan pada obsesi, bukan cinta."

Marta menghela napas panjang, terlihat tidak setuju. "Julian, mungkin kamu salah paham. Hanah mencintaimu. Dia hanya ingin menjadi bagian dari hidupmu."

"Ma, aku tidak salah paham," Julian melanjutkan dengan suara yang sedikit meninggi.

"Hanah tadi datang ke sini dan membuat keributan. Dia mencoba bersikap baik kepada Kenzo, tapi jelas sekali dia hanya ingin menarik perhatianku. Aku tidak bisa hidup dengan seseorang yang memaksakan dirinya seperti itu."

Marta menatap Julian dengan tatapan tajam. "Kamu selalu mencari alasan, Julian. Hanah adalah pilihan yang baik, dan aku hanya ingin yang terbaik untukmu."

Adam, yang selama ini diam, akhirnya angkat bicara. "Marta, mungkin kita harus mendengarkan Julian. Jika dia merasa Hanah bukan yang terbaik untuknya, kita tidak bisa memaksanya."

Marta berbalik menatap suaminya dengan pandangan kecewa, lalu kembali melihat Julian. "Kamu terlalu keras kepala, Julian. Kamu selalu menolak setiap wanita yang kami pilihkan untukmu. Hanah adalah pilihan yang tepat, dan kamu hanya perlu memberinya kesempatan."

Julian menggelengkan kepala, menahan rasa frustrasi yang mulai memuncak. "Ma, kebahagiaan tidak bisa dipaksakan. Aku tahu apa yang aku rasakan, dan aku tidak bisa memaksakan diri untuk mencintai seseorang yang tidak kucintai."

Marta mendesah dengan kesal, lalu akhirnya mengangguk dengan enggan. "Baiklah, Julian. Tapi jangan buat kami menyesal dengan keputusanmu."

Julian tersenyum kecil, meski ada sedikit rasa bersalah di dalam hatinya. "Terima kasih, Ma. Aku tidak akan mengecewakan kalian."

David, yang menyaksikan percakapan itu dari samping, merasa lega melihat adanya sedikit pengertian di antara mereka. Setelah itu, suasana kembali sedikit lebih tenang, meskipun ketegangan dari percakapan tadi masih terasa di udara.

Marta dan Adam akhirnya meninggalkan Julian dan David untuk beristirahat. Julian duduk kembali di sofa, menghela napas panjang. David menepuk bahu Julian dengan pelan, memberikan dukungan tanpa kata.

"Terima kasih." Julian berkata dengan suara rendah.

"Selalu, Tuan Julian," David menjawab dengan senyum tipis.

"Saya tahu Anda hanya ingin yang terbaik untuk keluarga Anda."

Julian mengangguk pelan, matanya menatap kosong ke arah depan. Ia tahu perjalanannya untuk mendapatkan pemahaman dari orang tuanya masih panjang, tapi setidaknya hari ini ia telah berusaha untuk menyampaikan perasaannya dengan jujur.

1
Ds Phone
ada kebahagian untuk nya
Ds Phone
semagat tu
selviana engol
ceritanya sangat seru
selviana engol
ceritanya sangat seru
Fitriadesy 99.df
cerita nya bagus
Ds Phone
perumpuan tu mesti paksa dia
Ds Phone
emak nya sombong tak bertempat
Ds Phone
ada rasa suka
Ds Phone
meraka suka sekali
Ds Phone
apa kah dia akan kembali
Ds Phone
ya semua nya tak bolih pasaka kalau hati tak suka
Ds Phone
lama lama akan rapat
Ds Phone
kebahagian yang dia fapat
Ds Phone
orang tak tahu malu macam tu kah
Ds Phone
dia ada bakat terpendam
Ds Phone
bunga bunga cinta
Ds Phone
dia pandai melayan anak anak
Ds Phone
dia dah jatuh cinta lah tu
Ds Phone
kebahagian anak lebih penting
Ds Phone
tentu ada masalah besar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!