Bagaimana jika dua orang yang pernah terlibat perasaan satu sama lain di masa lalu kini harus tinggal satu atap? Akankah cinta yang dulu pernah ada akan bersemi kembali? Atau justru hanya menyisakan luka dan kebencian diantara mereka berdua?
🌻🌻🌻
Setelah menghabiskan waktu enam tahun di negeri orang untuk kuliah dan bekerja, pada akhirnya Adelia memutuskan untuk kembali ke tanah air. Namun, untuk menghindari masa lalunya yang ia pikir sudah memiliki istri dan anak, ia memilih kota B sebagai pelarian.
Siapa sangka, di sana ia justru bertemu dengan pria yang paling ia hindari tersebut.
Varel, pria yang pernah mengisi hati Adelia di masa lalu, ternyata telah menetap di kota yang sama untuk beberapa tahun lamanya. Ditinggal pas sayang-sayange waktu itu membuat dunia Varel terasa jungkir balik kurang lebih dua tahun, hingga ia memutuskan untuk menepi dari orang-orang yang selalu mengingatkannya akan cinta masa lalunya dan memilih kota B sebagai pelariannya.
Dan yang paling mengejutkan adalah, Varel dan Adel ternyata menyewa rumah yang sama akibat miss komunikasi dari pemilik rumah. Sifat keras kepala yang dulu, masih melekat pada diri mereka hingga tak ada yang mau mengalah untuk pergi dari rumah tersebut.
"Pokoknya aku mau tetap tinggal di sini, titik!" ucap Adel kekeh.
"Aku juga! Titik titik titik!" Varel tak mau kalah.
Saat itu Adelia tahu jika ternyata Varel belum menikah dan dengan GeErnya dia berpikir jika pria itu masih menunggunya. Namun, ternyata ia salah. Kini semua tak lagi sama, dimana Varel ternyata sudah memiliki kekasih dan mereka akan segera menikah.
"Baguslah, setidaknya aku tidak perlu terlalu merasa bersalah karena dulu telah egois meninggalkannya," Adel mencoba menghibur hatinya yang ternyata sakit saat mendengar kenyataan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Aku terlalu sibuk, jadi tidak ada waktu untuk memasak!" Jawab Adel.
"Lihatlah Sel, wanita ini terlalu berambisi, dia egois, kau harus hati-hati jika ingin dekat dengan wanita seperti dia, bisa-bisa dia meninggalkanmu demi ambisinya," ucap Varel.
"Ah tidak bisa masak juga tidak apa-apa. Tidak masalah, iya kan, Del? Manjain pasangan kan nggak melulu harus dengan makanan. Bukan tipe Varel juga tidak masalah, kan? Malah bagus, aku jadi nggak ada saingan, hahahaha. Udah kalian ini, bukannya saling kangen-kangenan karena lama nggak ketemu malah begini, masa sauadara begitu," ucap Rasel mencairkan suasana.
Varel dan Adel menatap Rasel bersamaan, siapa juga yng mau jadi saudara, pikir mereka.
"Aku udah kenyang, kalian lanjutkan saja makannya," ucap Adel. Ia memilih pergi dari sana dari pada suasana semakin canggung.
" Kamu sih Rel, jutek amat. Kenapa sih?"
"Aku juga udah kenyang!" Varel bangkit dari duduknya. Ia juga memilih meninggalkan meja makan.
"Ya elah, kalian ini kenapa sih? Woi! Udah kayak musuh bebuyutan aja! Ah aku malah curiga, jangan-jangan kalian musuh dalam selimut! Di luar perang dingin, tapi di balik selimut.... Perang panas! Uh ah uh ah!"
Varel dan Adel sama-sama menghentikan langkah mereka lalu saling melempar pandangan canggung.
"Ya ampun Sel, mulutmu minta di ruqiyah emang! Udah kalau sudah kenyang, buruan balik, gue mau istirahat!" ucap Varel.
Di kamar, Adel tak bisa langsung memejamkan matanya. Ia terus kepikiran soal Varel yang ternyata belum menikah. Ia jadi kembali teringat momen-momen menyenangkan saat mereka dekat dulu. Namun, detik kemudian wajahnya kembali murung mengingat sikap Varel terhadapnya, "Apa aku terlalu menyakiti hatimu di masa lampau?" gumamnya. Nmun tidak di pungkiri jika hatinya juga merasa sedikit senang karena pria yang sampai saat ini masih menempati ruang utama di hatinya itu belum berkeluarga seperti dalam pikirannya selama ini.
🌻🌻🌻
Keesokan harinya...
Hari ini, Adelia tidak ada jadawal kemanapun, ia akan menghabiskan waktunya untuk mempersiapkan pembukaan butiknya di rumah. Mulai dari menyelasaikan beberapa desain gaun pengantin yang belum selesai sampai mencari-cari desain interior untuk butiknya melalui web.
Varel yang juga tak ada jadwal di hari minggu ini berulang kali menengok ke lantai atas, hampir seharian ini ia tak melihat batang hidung Adelia keluar dari kamarnya.
"Apa yang dia lakukan di kamar?" batinnya bertanya. Tak mau ambil pusing, iapun kembali ke dalam kamar untuk mengambil kunci mobilnya.
Sekitar lima belas menit, Varel sampai di sebuah apartemen mewah.
"Molly, apa kau merindukanku?" Baru saja masuk ke dalam apartemen tersebut, Varel sudah di sambut oleh seekor kucing yang lucu dan menggemaskan. Kucing bernama Molly tersebut langsung berlari ke arahnya saat Varel membuka pintu.
"Baiklah, aku datang untuk menjemputmu karena sepertinya mommimu akan sedikit lama di rumah neneknya," ucap Varel membopong kucing milik Andini tersebut masuk.
Biasanya Varel datang hanya untuk memberi makan kucing tersebut, namun karena Andini bilang ia akan lebih lama lagi di rumah sang nenek, Varel memutuskn untuk sementara Molly akan tinggal di rumahnya biar dia tidak perlu repot harus bolak balik ke apartemen Andini.
Varel memberi makan Molly, "Makan yang banyak, biar cepet gede!" Varel mengusap kepala Molly.
Setelah itu, ia membersihkan apartemen Andini yang sedikit berantakan akibat ulah molly, "Apa kau kesepian, Molly? Sampai membuat kekacauan seperti ini," ucap Varel, kucing itu hanya mengeong seolah mengiyakan pertanyaan Varel lalu melanjutkan makannya.
Selesai membereskan kekacauan yang di buat Molly, tak lupa Varel juga membersihkan kotoran Molly, "Apa kau tidak bisa pup di toilet Molly?" lagi-lagi kucing berbulu lembut tersebut mengeong.
Saat hendak naik ke lantai atas, Varel berhenti sebentar saat melihat foto Andini dan juga ibunya yang terpasang di dinding. Entah apa yang pria itu pikirkan, yang jelas raut wajahnya kini berubah sedikit sendu.
🌻🌻🌻
Tidak terasa hari sudah mulai sore saat Adel melihat jam di ponselnya, "Ya ampun udah sore ternyata, pantas udah lapar mana belum nemu ini desain yang cocok untuk butik nanti," gumamnya.
"Kayaknya perlu bantuan kak Gema juga deh buat desain interiornya. Dia kan pasti ada kenalan banyak, iya deh aku hubungi dia aja," Adel pun langsung menelepon Gema.
Pria yang sedang ngegym tersebut menghentikan aktivitasnya saat ponselnya berdering. Gema mengambil handuk kecil lalu mengelap keringatnya, ia tersenyum saat melihat nama pemanggil di layar ponselnya.
" Halo... "
Di seberang sana, Adel langsung bicara ke intinya kenapa dia menelepon pria tersebut.
"Saya ada beberapa rekomendasi teman yang mungkin kamu cocok. Bagaimana kalau saya ke sana saja, biar nanti lebih jelas," ucap Gema.
"Nggak apa-apa sih kalau kak Gema nggak sibuk,". Sahut Adel.
"Enggak kok, lima belas menit lagi saya sampai!" sahut Gema cepat. Gema langsung menutup panggilan dan bersiap.
Dan tidak sampai lima belas menit, Gema telah sampai di rumah Adel.
"Em, kita bicara di luar aja nggak apa-apa ya kak? Soalnya aku sendiri di rumah, nggak enak kalau ngobrolnya di dalam," ucap Adel dan Gema langsung setuju.
"Aku penginnya yang bisa cepat, kak. Tadi aku udah coba hubungi beberapa dari iklan di web, tapi mereka pada penuh projectnya, harus nunggu dulu. Padahal penginnya secepatnya biar bisa cepat buka butiknya," ucap Adel setelah mereka sedikit mengobrol tentang desain seperti apa yng adel inginkan untuk butiknya.
"Oke, coba saya hubungi teman saya, ya? Mungkin perusahaannya bisa,"Gema langsung menelepon temannya.
Adel hanya menyimak pria itu bicara dengan temannya di seberang telepon sana.
"Bagaiamana?" tanya Adel penasaran saat Gemas selesai bertelepon.
"Dia bilang bisa, nanti anak buahnya akan menyurvei tempatnya terlebih dahulu. Kamu tinggal bilang mau seperti apa, soal budget, nanti juga bisa di diskusikan," ucap Gema.
"Baiklah, makasih ya, kak," ucap Adel senang. Sangking senangnya ia sampai meraih tangan Gema dan menggenggamnya sebagai ungkapan terima kasih. Membuat hati gema langsung bergetar.
Saat itu juga, Varel yang baru saja kembali dari apartemen Andini melihat apa yang di lakukan oleh Adel dari dalam mobilnya.
Tiiin tin tiiiiinnnn!!!
Varel membunyikan klackson mobilnya dengan sangat keras. Membuat Adel langsung melepas genggaman tangannya pada Gema,
"Genit!" gumam Varel kesal, ia melajukan mobilnya dengan cepat masuk ke halaman.
"Eh maaf, kak Gema, aku terlalu senang soalnya," ucap Adel merasa canggung.
"Tidak apa-apa," sahut Gema tersenyum. Matanya menatap ke arah mobil yang baru saja masuk ke halaman rumah.
"Kamu tidak tinggal sendiri di sini? Itu kakak kamu?" tanya Gema yang melihat Varel keluar dari dalam mobil.
Booom! Varel membanting pintu mobiknya dengan keras. Membuat Gema dan Adel sedikit berjengit karena kaget, "Kakaknya galak kayaknya," batin Gema.
Bahkan si Molly pun langsung mengeong karena terkejut.