Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Belajar menjahit
Sejak hari itu Abian menjadi lebih sering datang ke rumah orang tuanya untuk menemui Shakila. Karena orang tua Zahra akan menginap lama, Abian tidak bisa melakukan apa-apa selain membagi waktunya untuk menemui Shakila di rumah orang tuanya.
"Kemana mba Shakila? kenapa tidak ada di kamarnya?" tanya Abian pada Adam yang saat itu sedang berada di ruang keluarga menonton siaran berita.
Abian masih sangat sensitif terhadap Adam gara-gara wallpaper handphone Shakila waktu itu. Bisa dilihat dari bagaimana Abian bicara dengan Adam.
Adam melirik sekilas Abian sebelum mejawab pertanyaan mas nya, "mba Shakila sedang di ruang jahit bersama mamah dan Adiba."
"Ruang jahit?" tanya Abian karena seingatnya tidak ada ruang jahit di rumah mereka.
Atau, ruangan jahit ada setelah Abian keluar dari rumah ini? Abian juga tidak tahu.
"Iya, mamah dan Adiba sedang rajin belajar jahit bersama mba Shakila dari minggu kemarin, sekarang mereka ada di ruang jahit," jelas Adam.
Abian baru ingat istrinya pemilik butik pakaian muslim yang pakaiannya diproduksi sendiri. Shakila memiliki kemampuan menjahit, tapi setelah menikah Shakila tidak pernah menjahit lagi karena selalu berada di rumah dan membantu mengurus Khansa.
Butik Shakila masih tetap berjalan, tapi sekarang tidak diurus langsung oleh Shakila. Ada orang yang Shakila percaya untuk mengurus butiknya.
"Dimana ruang jahitnya?" tanya Abian ingin segera bertemu Shakila.
Sudah tiga hari Abian tidak datang menemui Shakila karena sibuk, sekarang Abian sudah sangat merindukan istri keduanya itu. Ia ingin segera melepas rindunya dengan memeluk dan bermanja dengan Shakila.
"Mas tanya bibi saja, nanti biar bibi yang antar mas ke ruang jahit," ucap Adam masih memfokuskan matanya pada televisi di depannya.
Akan terlalu rumit jika Adam menjelaskan dimana tempatnya mengingat rumah mereka luas dan memiliki banyak ruangan. Lebih baik kakaknya diantar langsung oleh pelayan ke ruangan jahit.
Lagipula, Adam sadar mas nya sedang sangat sensitif terhadapnya. Meskipun tidak tahu dimana letak kesalahannya, tapi lebih baik jika mereka tidak saling berurusan sementara waktu.
"Baiklah, mas akan tanya bibi," Abian langsung pergi mencari pelayan yang bisa ditanya dimana ruang jahit tempat Shakila berada.
-
-
"Ternyata menjahit melelahkan juga," keluh Adiba merasa badannya pegal hanya karena belajar menjahit.
Belum juga satu minggu belajar menjahit, tapi rasanya sudah sangat melelahkan. Padahal Adiba dan mamahnya baru belajar sedikit tentang menjahit.
"Itu karena belum terbiasa saja, kalau sudah terbiasa tidak akan melelahkan," ucap Shakila menanggapi Adiba.
"Begitu ya?"
Shakila mengangguk mengiyakan. Ia juga dulu waktu masih belajar menjahit merasa bahwa menjahit itu sangat melelahkan, tapi sekarang menjahit menjadi hal yang menyenangkan baginya.
"Shakila, ini kenapa mesin mamah macet ya?" ucap Annisa saat mesin jahitnya mendadak tidak bisa digunakan.
Sebelumnya mesin jahit Annisa baik-baik saja, tapi entah kenapa sekarang mesin jahitnya mendadak tidak bisa digunakan.
"Coba aku cek dulu -eh?" Shakila dikejutkan oleh tangan yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.
Abian tiba di ruang jahit dengan diantar oleh salah satu pelayan di rumah itu. Dan sekarang tanpa permisi memeluk tubuh Shakila dari belakang.
"Tadi mas mencari kamu ke kamar, ternyata ada disini," ucap Abian sambil meletakkan dagunya di bahu Shakila.
Adiba dan Annisa yang melihat Abian datang saling melemparkan pandangan. Mereka sedang belajar menjahit, tapi malah datang pengganggu.
Abian selalu ingin menguasai Shakila sendirian. Setiap datang ke rumah pasti Abian akan mengajak Shakila berduaan di kamar sehingga Shakila tidak memiliki waktu untuk mengajari Adiba dan Annisa menjahit.
"Mas, jangan peluk-peluk dulu, Shakila mau cek mesin jahit punya mamah," ucap Annisa pada putranya.
Annisa berharap kali ini Abian tidak mengajak Shakila ke kamar dan membiarkan Shakila mengajarinya menjahit.
"Iya, lagian kita lagi girl time ganggu aja sih, mas," ucap Adiba menyahut.
Abian menatap Annisa dan Adiba bergantian tanpa berniat melepaskan pelukannya. Ia sedang sangat merindukan Shakila dan ingin bermanja dengan istrinya sekarang.
"Kalian punya banyak waktu bersama Shakila, sekarang waktunya Shakila menghabiskan waktu bersamaku." Abian tidak mau kalah dan tidak mau melepaskan Shakila dari pelukannya.
Adiba dan Annisa nampak sebal. Abian benar-benar datang diwaktu yang tidak tepat menurut mereka. Seharusnya Abian datang beberapa jam lagi setelah mereka selesai belajar menjahit.
"Aku mau cek mesin jahit mamah dulu, mas," ucap Shakila melepaskan diri dari pelukan Abian kemudian mengecek mesin jahit mertuanya.
Shakila memang memiliki banyak waktu bersama adik ipar dan mamah mertuanya, tapi Ia sudah lebih dulu berjanji untuk mengajari adik ipar dan mamah mertuanya menjahit hari ini.
Shakila tidak enak jika harus mengingkari janjinya hanya karena suaminya datang mengunjunginya. Ia juga merindukan Abian, tapi bertemu Abian sudah cukup untuk mengobati rindunya.
Annisa tersenyum menang karena menantunya lebih memilih membantunya, "kamu ngopi bareng Adam saja sana daripada ganggu waktu kami."
Annisa mengusir Abian karena para perempuan sedang membutuhkan waktu bersama tanpa para laki-laki bersama mereka. Apalagi laki-laki yang terus menempeli istrinya seperti Abian.
"Mas bawa brownies kesukaan kamu loh, sayang," ucap Abian pada Shakila mengabaikan mamahnya.
Rindu Abian terhadap Shakila tidak bisa ditahan. Ia ingin memeluk dan bermanja dengan istrinya tanpa peduli sedang apa istrinya sekarang.
"Aduh, mas. Hari gini mas mau nyogok pakai brownies?" tanya Adiba menggeleng menatap mas nya.
"Kita juga udah makan brownies kok, tadi kak Adam beli brownies untuk kita," tambah Adiba.
Pergerakan Shakila pada mesin jahit mamah mertuanya terhenti saat mendengar Adiba mengatakan itu. Ia khawatir akan berakhir seperti saat suaminya mencemburuinya waktu itu.
"Oh, jadi kamu sudah makan brownies?" tanya Abian menatap Shakila yang sedang membelakanginya saat ini.
Shakila tidak menjawab karena takut jawabannya tidak bisa diterima oleh suaminya, "aku perbaiki mesin mamah dulu, nanti aku makan brownies dari mas."
-
-
"Aku makan brownies dari Adam karena Adam ngasih, tidak enak kalau ditolak," ucap Shakila menjelaskan saat dirinya dan Abian sudah berada di dalam kamar.
"Tidak enak kalau ditolak?" tanya Abian sambil mengangguk-anggukan kepalanya seolah memahami yang istrinya katakan.
"Iya, mas. Tapi aku cuma makan sedikit kok," Shakila mendekati Abian supaya suaminya itu tidak cemburu tentang brownies yang Adam kasih.
Lagipula, Shakila hanya memakan brownies dari adik ipar. Bukan selingkuh dengan adik ipar.
"Mas sudah makan? mau aku masakan makanan?" tawar Shakila sambil memijat bahu Abian.
Abian mendadak salah tingkah karena perlakuan Shakila terhadapnya. Kalau dipikir-pikir ini pertama kalinya Shakila memijat Abian.
"Mas tidak lapar, mas hanya ingin menghabiskan waktu bersama kamu," ucap Abian menatap wajah Shakila dengan senyuman manisnya.
Abian tidak bisa marah jika istrinya memperlakukannya dengan baik seperti itu.
"Baiklah."
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk