Ayundya Nadira adalah seorang istri dan ibu yang bahagia. Pernikahan yang sudah lebih dari 20 tahun mengikat dirinya dengan suami dengan erat.
Pada suatu sore yang biasa, dia menemukan fakta bahwa suaminya memiliki anak dengan wanita lain.
Ternyata banyak kebenaran dibalik perselingkuhan suaminya.
Dengan gelembung kebahagiaan yang pecah, kemana arah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Kebetulan yang Tidak disangka-sangka.
Suara Adel menggema di tempat itu membuat orang-orang langsung memperhatikannya, sementara Sherly sendiri terkesiap dengan apa yang gadis itu katakan.
"Kau mendengarku, 'kan? Aku tidak mau punya ibu tiri, jadi jangan mengganggu ayahku lagi. Ayahku itu milik ibuku, dan bukan milikmu!" teriak Adel dengan mata berkaca-kaca.
Ucapan Adel jelas membuat semua orang tersentak kaget, begitu juga dengan Sherly yang sampai tidak bisa mengeluarkan suaranya.
Wanita yang bersama dengan Sherly tadi bergegas keluar untuk melihat apa yang terjadi, setelah mendengar bisik-bisik dari para karyawan yang bekerja di sana.
"Apa, apa yang kau katakan, Adel? Aku tidak-"
"Kenapa kau menikah dengan ayahku? Kau bisa 'kan, menikah dengan laki-laki lain? Kenapa kau membuat ibu dan ayah bertengkar? Mereka, mereka bahkan mau-"
"Adel!"
Adel tidak bisa melanjutkan ucapannya saat mendengar panggilan sang ibu, sontak dia menolah ke belakang, begitu juga dengan Sherly.
"Ayo kita pulang, Nak! Kenapa kau ke sini?" Ayun menggandeng lengan Adel, tetapi gadis itu langsung menepisnya.
"Tidak mau, aku tidak mau pulang!" bentak Adel, dia lalu berlari ke tempat di mana Sherly berada.
Dengan cepat, Adel memegang tangan Sherly membuat wanita itu terkesiap. "Katakan, kau tidak akan mengganggu ayahku lagi 'kan? Kau tidak akan membuat ayah dan ibuku bertengkar lagi 'kan?" Dia menarik-narik tangan Sherly dengan kuat.
Ayun terpaku melihat apa yang putrinya lakukan. Sungguh dadanya seperti sedang disayat-sayat oleh sebuah pisau, apalagi saat ini banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.
"Kenapa kau diam? Jawab aku!"
"Adel!"
Semua orang kembali tersentak kaget saat mendengar suara baritone seseorang, sontak mereka semua langsung melihat ke arah pintu di mana Evan sudah berdiri di tempat itu.
"Ayah lihat, aku sudah mengatakannya pada wanita ini agar tidak mengaganggu Ayah lagi. Sekarang Ayah dan Ibu tidak akan bertengkar lagi."
Sumpah demi apapun juga, semua orang yang berada di sana benar-benar sangat terguncang saat melihat apa yang terjadi. Apa selama ini ayah dari anak gadis itu berselingkuh dengan pemilik kedai es krim ini? Itulah yang ada dalam pikiran mereka semua, sampai seorang wanita yang merupakan kakak dari Sherly tidak bisa bereaksi apa-apa.
Ayun yang sudah tidak tahan lagi melihat putrinya langsung menghampiri Adel dan memeluknya dengan erat.
"Sudah, Nak. Sudah cukup." Tubuh Ayun bergetar saat memeluk Adel. Dia terisak dengan pilu membuat semua orang menjadi iba.
Sherly hanya diam seperti patung karena benar-benar syok dengan apa yang terjadi saat ini, sementara orang-orang mulai berbisik-bisik dan mencibirnya.
Para karyawan bergegas minta maaf dan meminta orang-orang untuk pergi dari tempat itu, sebelum keadaan semakin memanas.
"Dasar pelakor. Apa dia tidak kasihan dengan anak itu, bisa-bisanya merebut milik orang lain,"
"Iya benar. Wajahnya aja yang cantik, tapi hatinya busuk. Tega sekali dia merebuat suami orang lain? Lihat, anak itu menderita karena ulah ayahnya dan pelakor itu."
Ucapan demi ucapan orang-orang layangkan untuk Sherly, membuat wanita itu memalingkan wajahnya dengan terisak.
Evan yang baru saja datang dan langsung disuguhi pemandangan seperti itu benar-benar murka, dia yakin jika Ayun lah yang menyuruh Adel untuk datang menemui Sherly.
"Kalian berdua, cepat ikut pulang bersamaku!" ucap Evan dengan tajam, dia lalu melirik ke arah Sherly yang juga meliriknya dengan sendu.
Ayun segera mengajak Adel untuk pulang bersamanya tanpa memperdulikan ucapan Evan, dia merangkul sang putri yang masih berusaha untuk memberontak.
"Tunggu!"
Langkah Ayun terhenti saat mendengar suara seseorang, begitu juga dengan Evan. Mereka lalu berbalik dan melihat siapa yang sedang bicara.
"Nindi?" Ayun membulatkan matanya saat melihat wanita yang sangat dia kenali, membuat Evan dan juga Sherly menatap dengan bingung.
Nindi menatap Ayun dengan sendu, dia lalu melihat ke arah Sherly yang juga sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Ka-kakak mengenalnya?" tanya Sherly dengan lirih.
Nindi menatap adik tirinya dengan nyalang. Ya, Nindi dan Sherly adalah saudara tiri. Pada saat Nindi berusia 10 tahun, ibunya meninggal dunia membuat dia dan sang ayah tinggal berdua. Lalu, 3 tahun kemudian. Ayahnya menikahi ibu Sherly lalu mereka tinggal bersama sebagai satu keluarga.
"Sherly kau, kau menikahi suami orang?" tanya Nindi dengan tidak percaya. Selama ini dia tinggal di luar negeri, itu sebabnya dia tidak tahu persis adiknya menikah dengan siapa.
"I-itu, aku, aku-"
Plak.
Semua orang terlonjak kaget saat sebuah tamparan melayang tepat ke pipi Sherly, membuat wanita itu menatap sang kakak dengan nanar.
Ayun yang melihat semua itu jelas merasa sangat terkejut. Dia tidak menyangka jika wanita yang dia temui masih satu keluarga dengan Sherly, bahkan saat ini Nindi sedang menampar wanita itu.
Bukan hanya Ayun saja yang terkejut, Evan bahkan sudah hampir berlari saat melihat tamparan itu. Jelas dia sudah mengenal semua keluarga Sherly, tetapi tidak dekat karena takut mereka mengetahui jika dia punya anak dan istri.
"Kakak benar-benar tidak menyangka kau sanggup melakukan hal serendah ini, Sherly. Kau, kau sudah membohongi kami semua?" Nindi menatap Sherly dengan getir. Bagaimana mungkin adiknya itu tega menghancurkan rumah tangga orang lain? Mereka bahkan sampai punya anak.
Sherly menundukkan kepalanya dan tidak bisa menjawab apa yang kakaknya katakan. Sungguh jiwanya sangat terguncang dengan apa yang terjadi saat ini, bagaimana mungkin keributan ini terjadi di depan mata kakakknya sendiri?
"Be-begini Kak, Sherly tidak-"
"Lebih baik kau diam, Evan. Apa kau pikir kau punya hak untuk bicara padaku?"
Deg.
Evan langsung menutup mulutnya saat mendengar ucapan Nindi, sementara Ayun hanya terpaku di tempatnya karena tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Nindi menarik napas panjang sambil memegangi dadanya yang terasa sangat sakit, sungguh semua ini benar-benar terasa menggores hatinya.
"Kita akan bicara di rumah papa, Sherly."
•
•
•
Tbc.