Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Tuan! Tuan!" Seorang pengawal berlari memasuki mansion, menghadap Tian yang sedang duduk di ruang tengah menunggu Xavier turun.
"Ada apa? Kuharap kau membawa kabar penting," ucap Tian menatap tajam pengawal bawahan itu.
Ia memasukkan ponsel di saku, menunggu kabar genting yang dibawa orang tersebut.
"Tahanan bunuh diri, Tuan! Aku baru menemukannya saat pergi mengotrol tadi," lapor orang tersebut membuat tubuh Tian menegang seketika.
"Apa?" Ia berdiri spontan, kedua tangannya mengepal kuat.
Secara kebetulan Xavier menuruni tangga dan mendengar laporan tersebut. Ia mematung, menatap kamar Lyra dengan perasaan yang sulit diartikan.
"Seseorang akan membereskan orang ini untuk kita."
Kalimat Lyra sebelum meninggalkan halaman belakang mengiang di telinga Xavier. Ia kemudian beralih ke kamar Myra, menduga-duga hal yang tak ingin dia percayai.
"Pastikan saja laki-laki itu, apa kau mengenalnya? Baru datang untuk menghukum ku!"
Kalimat selanjutnya berdengung, tergambar ekspresi wajah Myra yang menegang saat Lyra mengatakan hal tersebut.
Apa sebenarnya yang terjadi? Apakah Myra mengenal laki-laki itu? Dia bergumam, kemudian melanjutkan langkahnya menuju lantai satu.
Tian yang hendak naik, urung di saat melihat Xavier yang turun ke bawah. Tatapan matanya menghujam dingin pada pengawal yang membawa laporan.
"Ada apa?" tanya Xavier dengan tenang.
"Tuan, dia mengatakan orang itu telah bunuh diri," jawab Tian sesuai yang dikatakan pelapor tadi.
"Siapa namamu?" Xavier bertanya pada pengawal tersebut.
"Lyan, Tuan."
"Apa kau bertugas malam ini?" Dia kembali bertanya lagi.
"Benar, Tuan. Saat pergantian jaga aku memeriksa sebentar ke dalam, dan menemukan laki-laki itu sudah tidak bernyawa," jawabnya dengan kepala tertunduk.
Xavier menelisik gerak-gerik lelaki bernama Lyan itu. Dia merasa asing, tapi itu bukanlah masalah karena pengawalnya diseleksi langsung oleh Tian.
"Baiklah, kita pergi ke sana!" Xavier berjalan memimpin, menuju ruang bawah tanah di mana penjara itu berada.
Lyra tersenyum melihat kepergian kepergian mereka dari balkon kamar. Kondisi tubuhnya sedikit lebih baik dari pada sebelumnya.
"Nira, besok pergilah ke toko ramuan tradisional. Belikan untukku beberapa bahan obat," ucap Lyra tanpa melepaskan pandangan dari rombongan Xavier yang berjalan menuju halaman belakang.
"Baik, Nona."
Lyra menengadah, menatap rincik hujan yang berjatuhan ke bumi. Gerimis masih cukup lebat meski tak sederas tadi. Petir pun sudah tidak terdengar lagi. Cahaya kilat menghilang, menyisakan gerimis kecil yang bertahan lama.
Entah apa yang menarik Xavier untuk menoleh ke belakang. Melihat balkon kamar Lyra, gadis yang tak diinginkannya. Ia tertegun, di bawah terpaan gerimis malam itu, Lyra terlihat berbeda dari biasanya.
Senyum yang terukir di bibir tipisnya, menggugah rasa di dalam hati Xavier. Mengingatkannya pada sosok gadis kecil yang pernah menolong dia saat tersesat dulu.
Kenapa dia mirip sekali dengan Lily? Ah, rasanya tidak mungkin. Lily saat ini sudah berada di sisiku, tak mungkin aku salah orang.
Xavier bergumam, terus memandangi Lyra yang menjulurkan tangan menadah air dari langit.
"Tuan!"
Teguran dari Tian menyadarkan Xavier, dia berbalik dan melanjutkan langkah dengan perasaan yang berkecamuk tak menentu. Sungguh, senyum Lyra begitu mirip dengan gadis kecil itu. Selama ini Xavier tidak pernah menyadari hal tersebut.
Di matanya hanya ada Myra seorang. Dia tidak menginginkan orang lain untuk berada di sisinya sebagai pendamping. Xavier masuk ke dalam penjara memeriksa sel yang mengurung penyusup itu.
"Ketika saya memeriksa, dia sudah seperti itu, Tuan," ucap Lyan menunjukkan keadaan si penyusup.
Kondisinya sungguh sangat mengenaskan. Mata terbelalak lebar, mulut mengeluarkan darah berbau amis. Tubuhnya membiru, nyaris membusuk. Baru hitungan jam saja kondisi jasadnya sudah tidak sedap dipandang.
"Bakar mayatnya!" titah Xavier seraya berbalik pergi meninggalkan penjara bawah tanah.
Tian memerintahkan beberapa orang pengawal agar mempersiapkan segala keperluan untuk membakar mayat tersebut. Ada tempat khusus di sana, sengaja dibangun untuk hal seperti itu.
Xavier menengadah, menatap balkon kamar Lyra berharap gadis itu masih berdiri di sana untuk memastikan perasaannya. Sayang, Lyra sudah tidak terlihat.
Kenapa aku merasa kecewa saat dia tidak di sana? Ada apa denganku?
lyra dan lyrana bkn org yg berda, mereka satu jiwa.