Seorang gadis bernama Amira berusia 20 tahun baru di pecat dari pekerjaannya. Karena rekomendasi dari ibu kosnya akhirnya ia masuk ke yayasan pengasuh milik teman ibu kosnya itu. Tak lama ia pun mendapat majikan yang baik bernama nyonya Sarah. Amira sangat menyukai pekerjaannya itu.
Hampir dua tahun ia bekerja disana dan ia pun bukan hanya mengasuh satu anak namun dua sekaligus karena tak lama setelah Amira diterima menjadi pengasuh nyonya Sarah melahirkan anak keduanya. Perlakuan nyonya Sarah yang baik dan bahkan menganggapnya seperti saudara membuat Amira sangat menghormati dan menyayangi majikannya itu begitu juga dengan kedua anaknya.
Suatu hari saat Amira ikut berlibur bersama keluarga majikannya tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang sangat mencekam. Saat suami nyonya Sarah tiba-tiba harus pergi karena urusan kantor terjadi penyerangan terhadap nyonyanya. Dalam keadaan terluka nyonya Sarah menitipkan kedua anaknya pada Amira. Kini Amira harus berjuang menyelamatkan kedua anak majikannya itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ye Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melawan
Setelah keluar dari toko emas Amira langsung pergi ke toko pakaian untuk membeli pakaian ganti bagi kedua anak majikannya itu walau pun yang berharga murah, tak lupa ia juga membeli barang kebutuhan lain yang diperlukan keduanya. Sedang untuk dirinya sendiri hanya membeli baju bekas karena harganya yang sangat murah untuk menghemat uangnya. Sesudah semua barang yang dibutuhkan ia dapatkan Amira langsung bergegas kembali ketempat ia meninggalkan Anna dan Adit. Hatinya tak tenang meninggalkan keduanya sendiri dan dalam waktu yang lama. Sambil membawa barang belanjaannya Amira menyempatkan diri untuk membeli makanan untuk makan siang mereka.
Karena fokus membeli segala kebutuhannya Amira tak menyadari bahwa sejak ia keluar dari dalam pasar ada dua pasang mata yang selalu mengawasinya. Saat Amira berjalan menuju tempat Anna dan Adit berada ia mulai merasa ada yang mengikutinya. Dengan cepat ia merubah arah tujuannya agar dapat mengetahui siapa yang mengikutinya. Sampai ditempat yang sepi tiba-tiba ada yang menghadang jalanya. Dua orang lelaki yang tidak dikenalnya, tiba-tiba menyalipnya dengan sepeda motor dan menghadangnya.
"Mau apa kalian?" tanya Amira dengan suara bergetar.
"Ha..ha...hei cewek gendut cepat tunjukkan dimana kau sembunyikan dua bocah itu !!" teriak salah satu dari mereka sambil berjalan kearahnya dengan mengeluarkan sebuah pisau lipat dan menodongkannya kearah Amira.
"Aku tidak tahu apa yang kalian maksud..." ucap Amira.
"Gak usah berlagak bodoh...cepat katakan atau pisau ini yang bicara..." Amira terdiam dipandanginya kedua orang itu lalu diletakkannya barang bawaannya kesamping.
"Ternyata nyalimu besar juga..." ucap lelaki yang baru turun dari atas motor dan mengikuti temannya menghampiri Amira.
Dari suara kedua orang itu Amira sadar bahwa mereka orang yang mengejarnya semalam. Dengan cepat Amira memasang kuda-kuda dan saat laki-laki yang memegang pisau itu menyerangnya dengan sigap ia mengelak dan menarik tangan orang itu dan memelintirnya lalu dengan cepat memukul tengkuknya dengan keras sehingga orang itu pun tersungkur ke tanah. Melihat temannya yang tersungkur pria yang satu lagi menerjang Amira dengan melayangkan bogemnya ke muka Amira dan mengenai pipinya. Amira merasakan ngilu pada pipinya dan disudut bibirnya keluar darah. Namun dengan cepat Amira mengusapnya dan segera membalas pria itu dengan tendangan dan pukulan yang bertubi-tubi.
Dalam fikiran Amira ia harus segera membereskan kedua orang itu agar ia dan kedua anak majikannya dapat selamat. Menerima serangan bertubi-tubi dari Amira membuat pria itu kaget tak menyangka gadis tambun yang ada dihadapanya dapat melakukan perlawanan. Sesaat mereka berdua saling serang sedang pria yang tadi tersungkur pun telah bangun dan membantu temannya. Menghadapi dua orang yang menyerangnya tak membuat nyali Amira ciut tapi malah membuatnya semakin gencar melakukan perlawanan hingga pada satu saat ia berhasil merebut pisau salah satu dari mereka dan langsung menancapkannya pada perut salah satu diantara mereka.
Melihat temannya terluka membuat yang lain bertambah geram dan berhasil mendaratkan pukulannya pada tubuh Amira dan membuat gadis itu terpelanting ketanah. Melihat lawannya terlentang ditanah laki-laki itu pun segera menghampiri bermaksud untuk menendang tubuh Amira namun tak di sangka Amira malah menjegal kakinya yang membuat laki-laki itu terjatuh. Kesempatan itu tak disia-siakan Amira ia pun langsung memukul kepala laki-laki itu dengan potongan kayu yang ada disampingnya. Dan akhirnya laki-laki itu pun roboh menyusul temannya.
Setelah kedua lawannya roboh Amira langsung memunguti barang bawaannya tadi dan bergegas pergi dari tempat itu. Sesampainya di rumah tempat ia meninggalkan Anna dan Adit ia langsung mengetuk jendela dan memanggil Anna .
"Anna..." panggilnya.
Tak lama jendela itupun dibuka dari dalam dan terlihat wajah Anna yang tampak cemas.
"Mbak...kenapa lama sekali? dan itu kenapa dengan mukanya?"
"Maaf tadi mbak harus beli baju ganti untuk kita semua dan juga barang keperluan lain jadi agak lama...kalau ini tadi karena buru-buru mbak ga liat kalo didepan ada tiang jadi kejedot deh..." ucapnya sambil meringis.
Adit pun ternyata sudah bangun dan bocah itu terlihat sangat senang melihat Amira dan langsung memeluknya.
"Sudah-sudah ayo sekarang kalian mandi dan ganti baju, setelah itu kita makan kan dari pagi kalian cuma makan pisang.." ucap Amira sambil menggandeng keduanya menuju belakang rumah.
Karena tadi saat memeriksa keadaan ia melihat ada sumur disana. Kedua anak itu sangat senang saat mandi bersama di dekat sumur karna itu pengalaman pertama mereka. Setelah selesai mereka pun makan bersama.
Amira makan sambil menyuapi Adit sedang Anna sudah bisa makan sendiri. Keduanya terlihat makan sangat lahap, maklum dari sejak pagi hanya makan beberapa buah pisang. Melihat ini Amira sangat terenyuh hatinya tak mengira bahwa dua bocah yang biasa hidup berkecukupan dan sangat di manjakan harus mengalami keadaan yang menyedihkan seperti sekarang. Selesai makan Amira pun membereskan semua bekas makan mereka lalu iapun memasukkan baju kotor kedalam plastik agar tak ada jejak mereka dirumah itu. "Anna, Adit...mbak mau bilang mulai sekarang kalian jangan memanggil mbak ya..." ucapnya hati-hati.
"Panggil saja ibu...atau bunda juga boleh" sambungnya.
"Kenapa mbak?" tanya Anna.
"Agar orang lain gak tahu kalo kita bukan keluarga...jadi orang yang mengejar kita akan sulit menemukan kita.." terangnya panjang lebar.
"Dan mulai sekarang Anna pakai jilbab ya ...biar kita samaan..." sambungnya dan dibalas dengan anggukan oleh Anna.
Setelah membereskan semua mereka bertiga langsung pergi dari rumah itu namun sebelumnya Amira memeriksa keadaan terlebih dahulu agar tak kecolongan lagi seperti tadi. Tak jauh dari tempat mereka bersembunyi mereka pun menemukan angkot lalu mereka pun langsung naik kedalamnya setelah memastikan angkot itu melewati terminal. Sesampainya didepan terminal merekapun turun, lalu mereka menuju ke masjid yang ada di depan terminal terlebih dahulu untuk sholat dhuhur. Selesai sholat Amira mengajak kedua anak itu untuk menunggu bus di depan masjid, ia tak mau mengambil resiko diketahui rekan dari pria yang menyerangnya tadi bila mereka masuk ke terminal.
Tak lama sebuah bus antar propinsi keluar dari terminal dan lewat didepan mereka. Amira pun menghentikan bus itu dan mengajak kedua bocah itu untuk naik ke dalam bus. Setelah naik dan mendapatkan tempat duduk Amira mulai bernafas lega. Ia tak ambil pusing kemana tujuan bus itu yang terpenting ia harus keluar dari kota itu. Dalam hati Amira berdo'a agar ia dapat selalu menjaga kedua anak yang sudah dititipkan padanya itu, dan juga agar nyonyanya diberi kesehatan dan keselamatan sehingga mereka dapat berkumpul kembali seperti dulu.
Dua bocah yang tak pernah naik bus itu terlihat sangat gembira sehingga mereka terlupa sejenak dengan tragedi yang menimpa keluarga mereka. Amira hanya berharap kedepannya kedua bocah itu masih akan sering tersenyum walau tak bersama kedua orang tuanya.