Fanya dipertemukan oleh dua laki-laki yang lebih muda darinya,benar-benar membuat hidupnya begitu berliku.Perjalanan asmara yang rumit tak lepas dari ketiganya.Bagaimana kisah selanjutnya?
Meski Lo mutusin buat pisah,satu hal yang harus Lo tau,gue kan tetap nunggu Lo.Sama seperti dulu,gue gak akan dengan mudah melepas Lo gitu aja,Fanya.Sekalipun nanti Lo bersama orang lain,gue akan pastiin pada akhirnya Lo akan tetap kembali bersama gue.Ingat ini Fanya,takdir Lo cuma buat gue,bukan untuk orang lain - Baskara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
delapan
Mobil Fanya sudah terparkir di apartemen.Seminggu yang lalu ia meminta ayahnya untuk membelikannya apartemen, alasannya adalah supaya ia bisa mandiri seperti kakaknya.Meski ia meminta untuk di belikan apartemen,tapi ia masih tau diri.Berbeda dengan apartemen Baskara maupun Sagita,ia membeli apartemen yang sederhana dan juga terjangkau.
Ia melihat jam di ponselnya,sudah menunjukkan pukul 7 malam.Malam ini Fanya sudah minta izin pada kedua orang tuanya untuk menginap di apartemen, alasannya karena ada kerja kelompok sampai malam.Padahal itu hanya alasannya saja,ia memang ingin menyendiri saja.Aku masih punya banyak hal untuk dipikirkan.Ternyata sudah lewat 2 Minggu pun dirinya masih merasa galau.
"Gue kira Lo ada di rumah.Ternyata ada di sini",ucap seseorang dari belakang.
"Baskara?",ucap Fanya terkejut.Kenapa laki-laki itu bisa ada di sini? Tak ada yang tahu alamat apartemennya kecuali orang tuanya.
"Kenapa bisa tau gue di sini?",tanya Fanya lagi.
"Tadi gue ke rumah Lo,ibu Lo ngasih alamat ini ke gue."
Fanya menghela napasnya,kenapa ibunya harus memberi tahu alamat ini pada Baskara? Padahal niatnya ia ingin menyendiri,kalau begini tidak mungkin ia sendiri kan?
Baskara berjalan mendekat ke arahnya.Fanya pun terpaku.
"Darimana aja jam segini baru pulang?",tanya Baskara.
"Ngumpul sama temen kampus ",jawab Fanya.
"Oh.Nya.Ada yang mau gue omongin."
Fanya terdiam,sungguh saat ini ia tidak ingin bertemu siapapun.Apalagi setelah mendengar pendapat dari teman-temannya mengenai Baskara dan Al.
"Sebentar aja",ujar Baskara memohon.
Fanya akhirnya mengalah karena tidak tega melihat Baskara yang memohon-mohon.Ia mengajak Baskara masuk ke apartemennya.Laki-laki itu berjalan di sebelahnya sembari menenteng helm full face miliknya.Setelah berada di dalam Baskara langsung duduk di sofa sedangkan dirinya masuk ke dalam kamar untuk menyimpan tas.
Di dalam kamar Fanya tidak hanya menyimpan tasnya.Ia juga terdiam sebentar,dirinya butuh waktu untuk berpikir.Fanya berjalan mondar-mandir dalam kamarnya,entah kenapa ia menjadi berdebar tak karuan seperti ini.Setelah berkali-kali mengambil napas dalam, akhirnya ia memberanikan diri untuk keluar kamar.Baskara menatapnya dengan intens ketika dirinya berjalan dan duduk di sampingnya.
"Mau bicara soal apa?",tanyaku memecah keheningan.
"Kenapa dua Minggu ini,gue ngerasa Lo hindarin gue?",tanya Baskara to the point.
"Eh? Gue gak hindarin Lo kok.",ujar Fanya mengelak.
"Engga menghindar,tapi setiap kali gue samperin Lo selalu menjauh.Telepon dari gue gak Lo angkat,pesan gue juga jarang Lo bales.Kalau main ke rumah Lo lebih sering sama Kak Gita atau Rasya."
"Kebetulan aja kali,gue gak ngerasa hindarin Lo tuh."
"Apa gara-gara waktu itu gue cium Lo?"
Fanya sontak menoleh sepenuhnya ke arah Baskara.Ditanya seperti itu secara langsung ia harus jawab apa? Fanya bergerak-gerak tak karuan karena salah tingkah.
"Jadi Lo beneran ngehindar karena itu? Lo marah?"
____
Sejak malam itu Fanya dan Baskara semakin dekat.Kalista,Heri dan Dafa juga tampak ikut berbahagia denganku.Baskara juga sepertinya sudah cerita dengan teman-temannya, pasalnya jika sesekali dia mengantar laki-laki itu ke sekolahnya, teman-temannya selalu tersenyum penuh arti pada mereka.
Mengenai Sagita dan keluarga mereka.Keduanya sepakat untuk bersikap biasa saja dihadapan mereka.Bukan apa,tapi mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama mereka bisa tanpa drama.Mereka sengaja menyembunyikan kedekatan mereka pada keluarga masing-masing karena takut akan ada drama,apalagi perkara umur mereka yang jauh.Fanya tidak mau karena kedekatannya dengan Baskara dalam hal lain akan menimbulkan masalah diantara kedua keluarga ini.
"Lo selesai kelas jam berapa?",tanya Baskara laki-laki itu melepaskan helm dari kepalanya.
"Hari ini sampai jam 2",jawab Fanya.
"Oh.Nanti pulang sekolah bareng gue aja."
Fanya mengangguk.Hari ini ia sengaja tidak membawa mobilnya sendiri karena ingin berangkat bersama Baskara.Ia melambaikan tangannya ketika laki-laki itu melakukan motornya.
Fanya berjalan menuju gedung kuliah,hari ini kebetulan ada kelas pagi jadi dirinya sengaja berangkat bersama dengan Baskara.Andai saja usia laki-laki itu tidak terlalu jauh dengannya,pasti sekarang mereka sedang sama-sama kuliah.
Ia menoleh ketika merasakan ada yang merangkulnya dari belakang.Haris rupanya.Hari ini mereka kebetulan berada di kelas yang sama.
"Oh.Jadi itu tetangga yang Lo maksud.Masih SMA ternyata ya."
"Udah gue bilang,usia dia jauh sama gue",ujar Fanya.
"Tapi gue lihat dari fisik gak keliatan kok kalau dia lebih muda.Cuma mungkin karena dia pakai seragam.Jadi kalian udah pacaran?",tanya Haris.
"Kita gak pacaran",jawab Fanya.
"Oh.Nya.Kalau memang Lo udah mulai menyadari perasaan Lo,jangan ragu buat coba jalanin hubungan sama dia"
___
Fanya menatap gerbang kampus,sudah 10 menit ia menunggu tapi belum juga ada tanda-tanda Baskara datang.
"Nunggu siapa ni?",tanya Kalista sembari duduk di sampingnya,dari belakang Dafa dan Haris juga ikut duduk.
"Baskara",jawab Fanya.
Kalista mengerutkan alisnya."Baskara?pacar lo?"
Belum sempat menjawab Haris sudah terlebih dahulu berbicara.
"Tetangga yang pernah dia ceritain."
"Oh.Gue jadi penasaran gimana si rupa tetangga Lo itu",ucap Kalista.
Tak lama seorang laki-laki dengan pakaian seragam khas SMA datang menghampirinya.
"Kebiasaan banget gue udah nungguin di depan",ujar Baskara.
"Eh?maaf gue gak tahu."
"Gak apa-apa,untuk bapak satpamnya baik dan bolehin gue masuk"
Di sampingnya Kalista memperhatikan Baskara, lalu dia berbisik padanya.
"Tetangga Lo ganteng juga,coba aja kalau gak pake seragam gak akan kelihatan kalau dia lebih muda dari kita",bisik Kalista di telinganya.
Fanya menoleh,ia hanya tersenyum membalas ucapan gadis itu.
"Eh iya.Gue lupa mau ngasih tau.Minggu depan ada festival musik di kampus sebelah,acara buat umum si.Kalian mau ikut? Kebetulan gue ada temen anak kampus sana",kata Dafa.
"Wah.Boleh juga, kayanya seru deh",ujar Kalista semangat.
"Lo mau ikut?",tanya Fanya pada Baskara.
"Eh? Ini kan acara Lo sama temen-temen Lo",kata Baskara.
"Gak apa-apa, lagipula ini buat umum",ujar Dafa.
Baskara menatap Fanya,gadis itu hanya mengangkat kedua bahunya.
"Yaudah deh.Gue ikut",putus Baskara.
"Oke.Berarti gue beli 5 tiket.Lo ikut kan Ris?"
Haris mengangguk sebagai jawaban.
"Sip kalau gitu."
Baskara menoleh ke arah Fanya.
"Mau makan dulu gak?",tanyanya.
"Gak usah nanti aja si apartemen",jawab Fanya.
"Oh.Yaudah."
"Gue sama Baskara duluan ya",pamit Fanya pada teman-temannya.
"Buru-buru amat neng,mau pacaran dulu ya",goda Dafa.
Fanya melotot pada Dafa, bisa-bisanya dia berkata seperti itu di depan Baskara.
Baskara hanya terkekeh mendengar ucapan Dafa.Sedangkan yang lainnya hanya tersenyum penuh arti.
Baskara lalu menariknya menuju motornya yang terparkir tepat samping pos satpam.Ketika Baskara akan menyalakan motornya,dari belakang Al memanggilnya dan berjalan menuju ke arahnya.
"Hai Fanya.Eh Lo adiknya Sagita kan?",tanya Al basa-basi.
"Iya",jawab Baskara datar.
"Hai.Al,ada kelas ya?",tanya Fanya.
"Iya nih.Lo baru selesai?"
"Iya,gue baru aja mau pulang."
"Eh iya,temen gue ajakin gue buat mampir ke resto mamahnya yang baru buka.Lo mau ikut?",tanya Al.
Fanya melirik ke arah Baskara.Bisa ia lihat laki-laki itu menampakkan wajah datar, benar-benar datar bahkan tidak terlihat senyum sama sakali.
"Oh.acaranya kapan?",tanyanya.
"Hari Sabtu besok.Lo ikut ya.Temenin gue",ajak Al lagi.
"Liat nanti ya.Al"
"Oke.Nanti kabarin gue aja ya kalau mau ikut.Nanti gue jemput."
"Iya."
"Yaudah.Gue duluan ya.Nya"
Al melambaikan tangannya pada Fanya dan pergi dari hadapan mereka.
Fanya melirik Baskara lagi.Dia masih diam dan terlihat masih memasang wajah datar.
"Yuk Bas"
Baskara hanya diam saja.Ia mengambil helm dan membantunya memasangkan helm itu tanpa suara.Meskipun wajahnya masih terlihat datar,tapi ia masih masuk memegang tangannya ketika dirinya kesulitan untuk naik ke motornya yang besar itu.Baskara menyalakan mesin motornya dan melakukan motornya meninggalkan kampus.Fanya memeluk badan Baskara, pasalnya laki-laki itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Sesampainya di apartemen Fanya,ia menarik Baskara untuk duduk di sofa.
"Kenapa si mukanya cemberut mulu?",tanya Fanya.
"Pikir aja sendiri ",jawab Baskara datar.
"Gara-gara Al?", tanya Fanya lagi.
Baskara menatapnya datar."Menurut Lo?"
Fanya menghela napasnya."Dia cuma ajak gue ke restu mamah temennya doang,Bas.Kalaupun nanti gue ke sana sama Al, di sana pasti bukan cuma kita berdua yang datang,pasti ada temen-temennya yang lain",ujar Fanya menjelaskan.
"Tapi dia cuma ajak Lo."
"Jadi Lo maunya gue gak ikut?",tanya Fanya.
Baskara menarik kepalanya agar bersandar di dadanya.Ia merasa Baskara mengecup kepalanya.
"Kalau Lo mau pergi.Pergi aja.Tapi jangan lupa kabarin gue",ujar Baskara pelan.
Fanya langsung mengangkat kepalanya dan menatap laki-laki itu.
"Serius?", tanyanya memastikan.Baskara tersenyum kecil lalu mengangguk.
"Kalau gitu jangan cemberut lagi."
Baskara menarik lurus bibirnya,seakan dia sedang tersenyum.Fanya pun terkekeh.
"Tapi ada syaratnya"Ujar Baskara.
Fanya terdiam,semoga saja laki-laki itu tidak meminta hal aneh.
"Syaratnya apa?"
Baskara tak menjawab,dia menatap Fanya lekat.
Laki-laki itu mengangkat tubuhnya,dalam sekali gerakan Fanya sudah duduk di pangkuan Baskara.Aku terbelalak ketika melihat wajahnya berhadapan dengan wajah laki-laki itu.
Perlahan Baskara mengecup bibir Fanya.Ia hanya diam,dirinya masih mencerna apa yang sedang terjadi sekarang.Lama-lama kecupan dibibirnya berubah menjadi lumatan.
Ya Tuhan, jantungnya terasa akan copot.Ia tidak bisa menolak,lantaran tubuhnya benar-benar terasa kaku sekarang.Fanya memekik ketika Baskara mengangkat tubuhnya lalu menjatuhkannya di sofa, laki-laki itu kemudian kembali melumat bibirnya.
Di situasi ini Fanya benar-benar tidak bisa mengendalikan tubuh serta jantungnya yang berdebar semakin kencang .