NovelToon NovelToon
AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN

AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Konflik etika / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Angst
Popularitas:269.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Tega kau Mas! Ternyata pengorbanan ku selama ini, kau balas dengan pengkhianatan! Lima tahun penantianku tak berarti apa-apa bagimu!”

Nur Amala meremat potret tunangannya yang sedang mengecup pucuk kepala wanita lain, hatinya hancur bagaikan serpihan kaca.

Sang tunangan tega mendua, padahal hari pernikahan mereka sudah didepan mata.

Dia tak ubahnya seperti 'Habis manis sepah di buang'.

Lima tahun ia setia menemani, dan menanti sang tunangan menyelesaikan studinya sampai menjadi seorang PNS. Begitu berhasil, dia yang dicampakkan.

Bukan hanya itu saja, Nur Amala kembali dihantam kenyataan pahit. Ternyata yang menjadi selingkuhan tunangannya tidak lain ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 03

“Amala, hei! Mala?!” Dhien menepuk pelan pipi sang sahabat, dia terlihat cemas melihat wajah Amala yang pias. Posisi mereka sudah memasuki area dapur yang lebih rendah dari bangunan rumah panggung.

Amala mengerjap, berusaha mempertahankan kesadarannya, agar tetap waras. Apa yang baru saja dia dengar seperti bunyi meriam bambu yang memekakkan gendang telinga.

“Aku tidak apa-apa, Dhien,” bisiknya lirih, rungunya masih mendengar perdebatan panas antara ibu dan bapaknya Yasir Huda. Untung posisi mereka tertutupi dinding kayu, sehingga leluasa menguping tanpa takut ketahuan.

“Ibuk nggak peduli! Demi Tuhan. Ibuk nggak sudi punya menantu tidak berpendidikan seperti Amala. Malu Pak! Ibuk malu! Bapak apa nggak kasihan melihat anak kita! Dia pasti juga enggan memiliki calon istri yang tidak setara!” pekik bi Atun, menggebu-gebu.

“Dia tidak mungkin bisa berbaur dengan teman-teman Yasir, ataupun kolega kita yang derajatnya jauh diatasnya. Selama ini saja hidupnya hanya berkutat di ladang. Berteman pun dengan perempuan nggak jelas! Bapak tahu bukan? Sahabatnya dia yang ditinggal minggat oleh suaminya, pasti perempuan nggak bener, makanya suaminya kabur!”

Cukup! Amala sudah muak mendengar dan menyaksikan manusia arogan dan tidak tahu malu seperti keluarga Yasir ini. Apalagi mereka begitu lancang menghina status Dhien, yang memang benar seorang istri ditinggal kabur suaminya.

“Assalamualaikum, Bibi, Paman!” Amala sengaja bersuara lantang, agar yang lainnya juga dengar, “Boleh Mala bergabung?”

Amala dan Dhien menaiki undakan tangga. Mereka berjalan tenang mendekati beberapa orang yang duduk lesehan di lantai beralaskan karpet. Ternyata sedang ada pertemuan penting.

Semua pasang mata yang ada di ruang tamu luas itu terbelalak tanpa terkecuali. Terlebih orang tuanya Yasir. Namun, bi Atun begitu lihai menyembunyikan rasa terkejut sekaligus gugupnya. Dia menyilangkan tangan di atas dada, gayanya sangat arogan.

“Apa kau mendengar perdebatan kami tadi, Mala?” tanya bi Atun, tatapan matanya begitu sinis.

“Alhamdulillah saya mendengarnya, Bi,” balas Amala, ekspresi wajahnya begitu tenang.

Beberapa orang disana sibuk menelisik wajah serta gesture Amala, mereka dibuat terkesima oleh sikap tenang sekaligus berwibawa anak sulung Mak Syam. Bahkan tanpa sungkan Amala menyalami tangan mereka seraya tersenyum simpul.

“Bibi, Paman, apa kabar?” sapanya lembut sambil menyalami punggung tangan orang tua Yasir.

“Seperti yang kau lihat! Kami baik-baik saja. Tak usah berbasa-basi, kalau kau memang mendengar pembicaraan tadi. Tanpa diperjelas semestinya kau paham!” ketus wanita berpakaian kurung yang memakai perhiasan berlebihan, sudah mirip toko emas berjalan. Dia juga langsung mengelap tangannya pada baju, menganggap sentuhan Amala, layaknya kuman.

Amala menghela napas pelan, dia memindai setiap wajah yang sebelumnya sangat manis bila bertutur kata dengannya. Namun, sekarang raut mereka terlihat berbeda. Kerabat bi Atun ini begitu tunduk, dikarenakan ekonomi keluarga Yasir jauh diatas mereka.

“Dasar manusia-manusia penjilat!” dengus Dhien berbisik, dia juga ikut geram.

Amala mengelus lengan Dhien, berusaha menenangkan. Netra coklat Amala menangkap seonggok barang tergeletak di atas lantai papan, koper baju milik Nirma. Senyumnya pun luntur berganti dengan ekspresi datar.

Amala kembali memandang wajah bi Atun, sosok yang sebelumnya begitu ia hormati. Sedangkan paman Kasim, terus menunduk enggan bertatap.

“Sebelumnya saya ingin menghaturkan kata maaf terlebih dahulu, maaf bila nanti lisan saya tidak terjaga dalam berucap. Harap maklum, karena saya bukanlah gadis berpendidikan, tidak juga berharta. Namun, bukan berarti saya tidak memiliki etika, gini-gini saya dididik oleh seorang ibu hebat,” Mala berhenti sejenak.

“Bi … tak mengapa kalau memang Bibi tidak menyukai saya. Namun, perlu saya ingatkan! Dulu, kalianlah yang tiba-tiba datang melamar, memuji saya setinggi langit, menaruh harapan besar pada hubungan saya bersama Mas Yasir. Meminta saya memperluas rasa sabar selama masa penantian_”

“Lalu, setelah semua yang kalian inginkan saya sanggupi tanpa kata tapi. Pantaskah saya mendapatkan kata-kata tidak manusiawi ini? Pantaskah kalian mencampakkan saya layaknya sampah?”

Amala mengangkat sebelah tangannya, guna menghentikan protes yang hendak dilayangkan oleh ibunya Yasir.

“Kalau Bibi dan Paman memang tidak menginginkan saya. Maka, kembalikan status saya seperti semula dengan cara terhormat sebagaimana dulu kalian meminta saya dengan cara yang sama pula,” Amala menekankan kata terhormat.

“Satu hal lagi, tolong katakan kepada anak kalian yang berpendidikan tinggi itu! Supaya tidak menjadi seorang pengecut. Walaupun keluarga saya miskin, bukan berarti harga diri kami boleh diinjak-injak. Nirma memang anak Yatim, tetapi bukan yatim piatu. Jika kalian menginginkan dia, lakukanlah dengan proses yang benar. Bukannya secara gratisan seperti ini.”

Suasana yang tadi memanas kini berubah senyap serta menegangkan. Seseorang berdecak kagum melihat bagaimana tenangnya Amala dalam menyikapi. Intonasi suaranya tetap terjaga, raut wajahnya tidak menunjukkan emosi apapun selain datar. Dia terlihat begitu anggun sekaligus berkelas.

Bik Atun berusaha menyerang Amala dengan kata-kata beracunnya, tetapi malah dirinya sendiri yang terkena bisa racun. Sampai wanita paruh baya itu kehabisan kata-kata dan berakhir kehilangan muka.

Tak berselang lama, Amala dan juga Dhien keluar dari dalam rumah melalui pintu depan. Dagu Mala terangkat tinggi, pancaran matanya begitu datar. Tepat saat kakinya menginjak tanah, sepasang orang yang sebelumnya begitu berarti dalam hidupnya, terlihat turun dari motor RX-KING.

Tubuh Nirma mendadak kaku, mulutnya terkunci rapat, bola matanya berkaca-kaca, dia begitu takut pada sosok Amala. Selama ini, sang kakak lah yang membiayai kuliahnya.

“Mb_ak, Mala?” cicit Nirma, berusaha menyunggingkan senyum, tetapi bibirnya malah bergetar hebat.

Amala dan Dhien melangkah pasti. Begitu bersisian dengan Nirma dan juga Yasir, Dhien memilih berlalu, meninggalkan sang sahabat menghadapi orang tidak punya rasa malu.

Nirma memilin jemarinya, dia terlihat sangat gugup. Untuk bersuara saja tak sanggup, tenggorokannya terasa tercekat. Buliran bening pun mulai membasahi pipi mulusnya. Sungguh dirinya merasa bersalah sekaligus menyesal. Tidak seharusnya dia menikung saudara kandungnya sendiri.

“Apa yang kau tangisi, Nirma?” Mala bertutur datar, nadanya begitu menusuk. Tidak ada lagi panggilan ‘Dek’ yang tersemat seperti biasanya.

Tubuh Nirma bergetar, dia mendongak menatap wajah datar sang kakak. Hatinya bagaikan ditikam sembilu kala tak lagi mendapati binar hangat pada pancaran mata kakaknya, “Mbak, Maaf.”

“Bolehkah aku tahu! Kata maaf mu itu untuk apa?” Mala tidak memutuskan pandangan mereka, tak pula menganggap Yasir ada.

Nirma tidak kuat lagi, dia mengikis jarak hendak memeluk kakaknya, tetapi hampir saja dirinya tersungkur kala Amala bergeser kesamping, menghindari bersentuhan fisik dengan adiknya sendiri. Beruntung Yasir menahan tubuhnya.

“Kau keterlaluan, Mala!” Yasir mendesis geram, tangannya masih melingkari pinggang Nirma.

Amala tetap bergeming, pandangannya lurus kedepan. Mengabaikan beberapa pasang mata yang ikut menonton dibalik tirai tipis jendela rumah.

“Aku tunggu kedatanganmu di rumah! Jangan khawatir, pintu rumah kita masih terbuka lebar untukmu! Itupun kalau kau masih menganggap kami sebagai anggota keluargamu.”

“Dan engkau, Yasir ….”

.

.

Bersambung.

Harap bersabar membaca setiap Bab- nya ya, agar bisa menyelami alur ceritanya 🙏😊

Terima kasih banyak semuanya 🌹

1
Purnama Pasedu
tia,,,,tia,,,emang y ni ibu muda rammeee
Fatmawatiiska Fatmawatiiska
semangat kk,aku nungguin lho, cap cup cup,sama misua aja kk🤣🤣🤣,dable up ya🙏🏻🙏🏻
BigDeal
pake helm rani, malu.
Sugiharti Rusli
si Tia sama Dhien memang kompak yah dan biang usil kali mereka😅😅😅
BigDeal
ngaku² 🤣
BigDeal
tia, tos dulu kita.
Lala Kusumah
pastinya malu tuh si Rani 😂😂🤭
BigDeal
mode penjilat ON
BigDeal
HUAHAHAHHAHA
BigDeal
bagus dhien ang ang ang ang 🤣
BigDeal
ketimbang elu, ngembat milik kakak sendiri lalu tinggal di daerah yg sama.
BigDeal
ngapa? kau nak rampas juga? pernah kena sebat pakai ekor pari kau nirma? sini,
BigDeal
yaiyalah wong di ucapin kakaknya bener semua 🤣
Ponikem Pemalang
lanjut thour....
Nisa Ramadani
wkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk
bu bidan mati kutu
charis@ŕŕa
jangan bergantung dong lanjut gemes q
Ciebungsu Bungadesa Ygtrsendiri
lanjuuuuuuut othor lanjuuuuuuut 😆😆😆😅
Cublik: Tak mencari wangsit dulu, Kak😆
total 1 replies
Ciebungsu Bungadesa Ygtrsendiri
dengan amal gitu dek tia biar bidan rani langsung kejang kejang 😆😆
Cublik: Macam orang kesurupan 😆😆
total 1 replies
Dewi Eka
Aduh thor bikin penasaran sih
Cublik: Biar kangen selalu dengan Amala dan Bang Agam Kak ✌️😁🥰
total 1 replies
Irma
hhmmm di gantung
Cublik: Biar kangen terus Kakak nya 🙏✌️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!