Kirana, wanita berusia 30 an pernah merasa hidupnya sempurna. Menikah dengan pria yang dicintainya bernama Arga, dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Naya.
Ia percaya kebahagiaan itu abadi. Namun, segalanya berubah dalam sekejap ketika Arga meninggal dalam kecelakaan tragis.
Ditinggalkan tanpa pasangan hidup, Kirana harus menghadapi kenyataan pahit, keluarga suaminya yang selama ini dingin dan tidak menyukainya, kini secara terang-terangan mengusirnya dari rumah yang dulu ia sebut "rumah tangga".
Dengan hati hancur dan tanpa dukungan, Kirana memutuskan untuk bangkit demi Naya. Sekuat apa perjuangan Kirana?
Yuk kita simak ceritanya di novel yang berjudul 'Single mom'
Jangan lupa like, subcribe dan vote nya ya... 💟
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 17 - Satu tim
Ep. 17 - Satu tim
🌺SINGLE MOM🌺
Dapur rumah Kirana pagi itu penuh kesibukan seperti biasa. Aroma masakan yang menggugah selera memenuhi udara, sementara panci dan wajan beradu di atas kompor.
Namun di sudut dapur, dua karyawan perempuan, Sinta dan Lila, sedang sibuk menyusun kotak makanan sambil berbincang pelan.
"Sinta, kamu pernah nggak sih lihat suaminya Bu Kirana?," tanya Lila yang memulai pembicaraan.
“Nggak pernah. Aku cuma lihat foto di ruang tamu itu. Kalau nggak salah, yang di foto sama Naya itu suaminya, kan?,” jawab Sinta seraya menggeleng.
“Iya, aku juga penasaran. Di foto aja ganteng banget, apalagi kalau lihat aslinya, pasti karismatik banget! He he...,” ujar Lila sambil tersenyum kecil.
“😁😁 Iya, bener. Tapi kok dia nggak pernah muncul ya? Mungkin sering kerja di luar kota?,” balas Sinta.
Saking asyiknya mengobrol, mereka tidak menyadari jika Kirana baru saja masuk ke dapur untuk memeriksa persiapan mereka. Ia berhenti sejenak dan mendengar percakapan itu.
Wajahnya berubah lembut namun ada gurat kesedihan yang muncul sesaat.
“Aku tidak pernah cerita ini, ya?,” kata Kirana tiba-tiba hingga membuat kedua perempuan itu terkejut dan segera berusaha terlihat sibuk.
“Maaf, Bu Kirana. Kami nggak bermaksud apa-apa…” ucap Sinta tergagap dengan wajah yang memerah.
Kirana pun tersenyum, meskipun senyum itu terasa berat. “Tidak apa-apa. Wajar kalau kalian penasaran," ucap Kirana. “Suamiku sudah meninggal sepuluh bulan yang lalu. Jadi, kalian memang tidak akan pernah bertemu dengannya," lanjutnya.
Sinta dan Lila pun membisu dan wajah mereka berubah pucat. “Kami benar-benar nggak tahu, Bu… Maaf ya, Bu,” ujar Lila pelan.
Kirana hanya mengangguk kecil lalu menjawab, “Tidak apa-apa. Aku sudah belajar menerima. Aku punya Naya, dan sekarang aku punya kalian. Itu sudah lebih dari cukup.”
Kirana lalu melanjutkan pekerjaannya dan memeriksa makanan yang hampir selesai, sementara Sinta dan Lila saling pandang dengan rasa bersalah.
Beberapa saat kemudian, Riko dan Bagas bergabung ke dapur untuk mengambil pesanan yang harus diantar. Mereka melihat raut wajah Sinta dan Lila yang berbeda dari biasanya.
“Ada apa kalian berdua? Kayaknya habis dimarahi Bu Kirana ya?,” goda Riko sambil membawa kotak makanan.
“Bukan marah, cuma... Tadi kita ngomongin suaminya Bu Kirana, dan ternyata beliau sudah meninggal," jawab Sinta.
Bagas terperangah, lalu berkata, “Wah... Pantas saja Bu Kirana itu kelihatan kuat. Dia berjuang sendiri selama ini, apalagi dengan anak kecil. Aku salut banget.”
Riko pun mengangguk setuju. “Benar. Dia nggak pernah mengeluh atau menunjukkan kesedihannya di depan kita. Malah selalu senyum. Luar biasa.”
Setelah memuji dan mengagumi Kirana, mereka pun kembali bekerja, tapi ada rasa hormat dari mereka yang semakin besar terhadap Kirana.
**
Saat malam tiba, setelah semua pekerjaan selesai, Kirana duduk sendirian di ruang tamunya. Ia menatap foto keluarga kecilnya di dinding, yang diambil saat Naya masih bayi.
“Mas Arga, lihatlah. Aku masih di sini, berjuang untuk Naya, untuk hidup kita. Aku tahu kamu bangga padaku, kan?,” bisik nya dengan air mata yang mengalir pelan di pipinya.
Tiba-tiba, Naya muncul dari kamar dengan boneka di tangannya. “Ibu, kenapa nangis?,” tanyanya polos.
Kirana segera menghapus air matanya cepat-cepat dan tersenyum. “Nggak, sayang. Ibu cuma kangen sama Ayah.”
Naya pun mendekat dan duduk di pangkuan Kirana lalu membalas perkataan ibunya itu, “Ibu, aku juga kangen Ayah. Tapi Ibu kan selalu bilang, Ayah ada di hati kita, kan?."
Kirana mengangguk sambil memeluk Naya dengan erat. “Iya, sayang. Ayah selalu di hati kita. Dan kita harus tetap kuat."
Keesokan harinya, Kirana terlihat lebih bersemangat dari biasanya. Ia memimpin timnya dengan senyuman yang terus mengembang di wajahnya, dan memastikan semua berjalan lancar.
Lalu, Riko mendekati Bagas sambil berbisik, “Lihat Bu Kirana. Dia memang sosok yang luar biasa. Aku makin semangat kerja di sini.”
“Aku juga. Kita harus terus mendukung dia, apapun yang terjadi," jawab Bagas.
Sementara itu, Kirana yang mendengar obrolan mereka dari kejauhan hanya tersenyum. Meskipun kehilangan suami adalah luka yang tidak akan sembuh sepenuhnya, ia merasa saat ini tidak sendirian.
Kini ia memiliki tim yang mendukungnya, dan itu adalah kekuatan baru untuk melanjutkan hidupnya dan Naya.
Bersambung...
serahkan semua sama Allah minta petunjukNya. Allah tidak diam. tugasmu hanya berdoa meminta... selebihnya biar Allah yg bekerja 💪💪💪
aku sudah mampir ya kak, ceritanya baguss😍
jangan lupa mampir ya kak kecerita aku..lagi belajar menulis novel 😊🤭
ceritanya menarik 😍