NovelToon NovelToon
Cahaya Terakhir Senja

Cahaya Terakhir Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Allamanda Cathartica

Berawal dari hujan yang hadir membalut kisah cinta mereka. Tiga orang remaja yang mulai mencari apa arti cinta bagi mereka. Takdir terus mempertemukan mereka. Dari pertemuan tidak disengaja sampai menempati sekolah yang sama.

Aletta diam-diam menyimpan rasa cintanya untuk Alfariel. Namun, tanpa Aletta sadari Abyan telah mengutarakan perasaannya lewat hal-hal konyol yang tidak pernah Aletta pahami. Di sisi lain, Alfariel sama sekali tidak peduli dengan apa itu cinta. Alfariel dan Abyan selalu mengisi masa putih abu-abu Aletta dengan canda maupun tangis. Kebahagiaan Aletta terasa lengkap dengan kehadiran keduanya. Sayangnya, kisah mereka harus berakhir saat senja tiba.

#A Series

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Allamanda Cathartica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 8: Setangkai Bunga Matahari

Alfariel melempar tas ranselnya sembarangan. Langsung saja direbahkan tubuhnya yang masih terbalut seragam. Netra abu-abu Alfariel menatap langit-langit kamar untuk menghilangkan rasa penat seusai pulang sekolah.

Pintu kamar Alfariel terbuka dan menampakkan seorang laki-laki yang menggunakan setelan baju kerja lengkap dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya.

"Setidaknya Ren ganti pakaian dan mencuci tangan dahulu. Jangan langsung tidur seperti itu." Gio mengambil ransel Alfariel yang menghalangi jalannya.

Alfariel memejamkan mata pura-pura tidur. Alfariel juga menulikan pendengarannya dari perintah Gio. Alfariel tampak tidak peduli dengan kedatangan papanya itu.

"Papa tadi dikasih tahu sama Fariz kalau Rendra dikeluarkan dari kelas karena melamun. Benar itu, Ren?" tanya Gio memastikan.

Alfariel mengambil bantal lalu menutup wajahnya. Laki-laki itu enggan menjawab pertanyaan dari sang Papa, sudah bisa ditebak pasti percakapannya ditutup dengan perdebatan yang menguras pikiran. Alfariel sangat lelah meladeni Gio, sehingga mengakibatkan emosinya menjadi membludak.

Gio duduk disamping Alfariel. "Rendra, Nak? Papa tahu Ren tidak sedang tidur." Tangan Gio terulur mengusap kepala Alfariel dengan penuh kasih sayang.

Tidak kunjung mendapat respons, Gio menyingkirkan bantal yang menutupi wajah kesal Alfariel.

"Ren, kalau Papa ngomong itu dengerin!" titah sang ayah kepada anak laki-lakinya yang beranjak dari tempat tidur.

Alfariel menghentikan langkahnya tanpa menoleh ke arah sumber suara.

"Papa minta Ren suruh dengerin omongan Papa, tapi sekali Ren ngomong, Papa selalu menyangkal. Ren lelah Pa, lelah sama sikap Papa yang menganggap mama itu udah enggak ada," ucap Alfariel serak. Tenggorokan Alfariel terasa kering dan sakit, salivanya pun menjadi pahit. Pahit seperti kehidupannya.

"Tapi Re—"

"Sudahlah, Pa. Tidak ada yang perlu dibahas," tegas Alfariel lalu melangkah pergi meninggalkan Gio yang bingung dengan sikap anaknya akhir-akhir ini.

Alfariel duduk di bangku taman yang menjadi tempat favoritnya. Dulu, tempat ini selalu menyimpan tawa disetiap gurauan yang berasal dari Belinda, mamanya Alfariel. Disini merupakan bukti pengaduan Alfariel tentang kegiatan sekolahnya yang menjengkelkan. Belinda dengan sabar mendengar celoteh ria dari Alfariel. Jika saja Belinda ada bersama Alfariel, pasti anak laki-laki itu tidak tahan lagi untuk mengungkapkan segala keluh kesah yang dia pendam.

Alfariel mengamati bunga matahari yang ada di depannya. Bunga matahari itu ditanam langsung oleh Belinda. Alfariel teringat saat dia merengek meminta bunga ke tetangga sebelah. Sayangnya, tetangga Alfariel tidak mau memberikan setangkai bunga cantik itu. Akhirnya Belinda pun mengusulkan ide untuk menanam bunga matahari di taman, lagipula bunga matahari juga dapat mempercantik taman.

"Selamat siang," sapa seseorang kepada Alfariel.

Alfariel melihat penampilan perempuan cantik yang menyapanya dari ujung rambut sampai kaki. Alfariel menggosok kedua matanya dengan tangan, menamatkan sekali lagi wajah perempuan yang ada di hadapannya sekarang.

'Seperti pernah bertemu, tetapi kapan?' batin Alfariel bertanya.

"Halo?" Tangan Aletta melambai di depan wajah Alfariel. "Lo itu *hobby-*nya melamun ya?" Aletta terkikik geli atas sikap Alfariel. Dia menyodorkan tas kresek berwarna putih yang merupakan barang titipan dari bundanya.

Alfariel menggaruk tengkuknya sambil menyengir. "Um ... sorry," ucap Alfariel.

"Ini apa?" tanyanya sambil mengambil tas kresek dari tangan Aletta.

Aletta tersenyum kembali. "Kue brownies dari Bunda. Buat Om Gio, bukan buat lo."

"Iyain aja," jawab Alfariel yang bangkit dari duduknya. "Sebentar ya, gue mau taruh ini dulu. Lo duduk aja disini." Alfariel menepuk-nepuk bangku taman bercat putih itu.

Aletta mengangguk sekali.

Kini hati Aletta seperti dipenuhi kupu-kupu yang beterbangan. Tidak henti hentinya Aletta tersenyum menampilkan lesung pipi kebanggaannya. Mata Aletta menerawang seluruh isi dari taman kecil milik Alfariel. Meskipun tidak terlalu luas, tetapi ini merupakan taman cantik yang dihiasi beberapa macam bunga.

"Bunga matahari." Aletta terkagum saat melihat bunga bewarna kuning yang mencolok diantara bunga-bunga yang lain.

Bukankah itu bunga kesukaan Aletta? Tanpa menunggu, Aletta otomatis berjalan ke arah yang diinginkannya, tangan kecil Aletta berusaha menggapai bunga kuning yang letaknya setara dengan tinggi tubuh Aletta.

"Aletta," panggil Gio secara tiba-tiba yang membuat Aletta terkejut.

Perempuan itu menoleh ke belakang lalu memberikan senyuman manis kepada Gio. Gio pun membalas senyuman dari Aletta.

"Sorry, agak lama." Alfariel datang dengan menampilkan wajah cerianya.

Dahi Gio mengkerut. Jadi sekarang Alfariel tidak marah lagi? Mengingat hal itu, hati Gio sedikit lega. Melihat anaknya yang kembali tersenyum, walaupun senyum itu pudar saat Gio menatap Alfariel dengan binar mata bahagia.

Alfariel memalingkan wajahnya. Dia tertangkap basah oleh Papanya kalau dirinya tidak lagi marah. Tidak sepenuhnya benar, masih ada rasa kesal yang tersisa. Jujur, Alfariel tidak bisa berlama-lama marah kepada Gio.

"Ya sudah, kalian lanjutkan saja. Ren, Papa ke dalam dulu. Aletta, terima kasih untuk kuenya," pamit Gio.

"Iya, sama-sama, Om. Nanti Aletta sampaikan ke Bunda," jawab Aletta.

Setelah peninggalan Gio, kedua orang yang sedang menempati bangku yang terletak di taman  diam tidak bergeming. Mereka sibuk memikirkan bagaimana caranya mengawali pembicaraan tanpa terlihat canggung. Ini juga bukan yang pertama kalinya Alfariel bertemu dengan Aletta, tetapi lihat saja Alfariel tampak berpikir keras mencari topik pembicaraan yang asyik. Sedangkan Aletta sedari tadi mengamati kupu-kupu bersayap coklat yang mengitari kelopak bunga matahari. Perempuan itu terlihat senang, sudah lama dia tidak menyentuh bunga favoritnya. Ingin Aletta meminta kepada Alfariel, tetapi dia bingung bagaimana mengutarakan keinginannya itu. Alhasil, jadilah mereka yang sibuk dengan pemikiran masing-masing. Entah siapa dulu yang akan memulai.

"Lo,"

"Pendek,"

Aletta dan Alfariel memanggil dalam waktu yang bersamaan.

"Lo dulu." Aletta mempersilahkan Alfariel untuk berbicara terlebih dahulu.

"Makasih buat kuenya." Alfariel berkata sambil menampilkan senyum menawannya.

Aletta tekekeh geli. "Lo sudah berapa kali berterima kasih sama gue? Kayak gue ngasih lo emas aja," ucap Aletta yang membuat Alfariel tersenyum kikuk menyadari kesalahannya dalam mencari topik yang pas.

Alfariel menggaruk tengkuknya malu. Alfariel kembali melihat Aletta yang berada di sampingnya. Alfariel merasa bingung, apa yang sebenarnya dilihat oleh Aletta sampai dia tidak berkedip? Mata Alfariel mengikuti arah pandangan dari Aletta.

"Lo ingin bunga matahari itu?" tanya Alfariel tiba-tiba.

Lamunan Aletta buyar seketika, dia menoleh ke samping.

"Eh, enggak kok. Cuma lihat aja, cantik bunganya," jawab Aletta bohong.

Alfariel tahu jika yang Aletta katakan itu berbalik dari kenyataan. Segera Alfariel bangkit. Alfariel memetik setangkai bunga matahari yang menjadi incaran Aletta. Mungkin ini yang diinginkan oleh Aletta sejak tadi.

"Ini buat lo," ucap Alfariel sambil memberikan bunga cantik itu kepada Aletta.

"Tapi gue gak minta." Aletta menggeleng. Hampir saja tangannya terulur untuk mengambil bunga matahari dari genggaman tangan Alfariel.

"Ambilah, anggap saja itu sebagai ucapan terimakasih gue untuk hari ini dan yang kemarin." Alfariel menaruh bunga matahari di telapak tangan Aletta lalu dirapatkannya jari Aletta agar bunga itu tidak jatuh.

"Thanks banget, cowok nyebelin," ujar Aletta dengan menekan kata nyebelin. "Kita udah impas, gue ngebantu lo dan lo ngasih ini ke gue."

Sepertinya hari ini merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Aletta. Aletta dapat bertemu kembali dengan laki-laki tampan yang bernama Alfariel itu. Tidak hanya itu, Aletta juga bisa menyentuh bunga favoritnya yang sudah lama Aletta rindukan, Aletta tidak pernah lagi menyentuh bunga matahari. Bunga matahari pemberian Alfariel akan menyempurnakan hari Aletta, menjadi kenangan indah yang akan dia simpan.

Aletta menatap bunga itu dengan senyuman lembut, hati kecilnya penuh dengan rasa syukur yang mendalam. Seakan-akan bunga itu bukan sekadar hadiah, tetapi sebuah simbol dari sesuatu yang sangat berarti, kehangatan dan perhatian yang diterimanya dari Alfariel.

***

Bersambung …..

1
Oryza
/Speechless/
Hindia
nah kan bener ada backingannya
Hindia
pantes aja ya ternyata dia punya backingan
Hindia
sok sok an banget
Hindia
parah banget mita
Hindia
sumpah bu tya ini sangat mencurigakan
Hindia
lah berarti selama ini alfariel ngode gak sihh kalau emang ekskul tari itu ada sesuatu
Hindia
Alurnya ringan, sejauh ini bagusss
Hindia
Walahhh alfariel mah denial mulu kerjaannya
Hindia
Gass terus abyan
Hindia
Tumben banget nih si Fariz agak bener otaknya
Gisala Rina
🤣🤣
Gisala Rina
udah lupa ajah nih anak 🤣🤣
Gisala Rina
mungkin ada alasan yang bikin papa lu ga bicara jujur.
Gisala Rina
jangan gitu. begitu juga itu papa lu alfariel 🤬
Gisala Rina
mang eak mang eak mang eak sipaling manusia tampan 1 sekolah 😭
Gisala Rina
cowok bisa ngambek juga yaa ternyata hahaha
Gisala Rina
Kwkwkwkwk kalian kok lucu
Gea nila
mending kamu fokus ajah alfariel. emang sih bakal susah. tapi ya gimana lagi 😭
Gea nila
wkkwkwk sabar ya nasib jadi tampan ya gitu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!