⚠️Warning⚠️
Cerita mengandung beberapa adegan kekerasan
Viona Hazella Algara mendapatkan sebuah keajaiban yang tidak semua orang bisa dapatkan setelah kematiannya.
Dalam sisa waktu antara hidup dan mati Viona Hazella Algara berharap dia bisa di beri kesempatan untuk menembus semua kesalahan yang telah di perbuatnya.
Keluarga yang dicintainya hancur karena ulahnya sendiri. Viona bak di jadikan pion oleh seseorang yang ingin merebut harta kekayaan keluarganya. Dan baru menyadari saat semuanya sudah terjadi.
Tepat saat dia berada di ambang kematian, sebuah keajaiban terjadi dan dia terbawa kembali ke empat tahun yang lalu.
Kali ini, Viona tidak bisa dipermainkan lagi seperti di kehidupan sebelumnya dan dia akan membalas dendam dengan caranya sendiri.
Meskipun Viona memiliki cukup kelembutan dan kebaikan untuk keluarga dan teman-temannya, dia tidak memiliki belas kasihan untuk musuh-musuhnya. Siapa pun yang telah menyakitinya atau menipunya di kehidupa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Cara bicara yang familiar dari nomor asing.
'Apa itu Zeyan?.'
Viona baru saja teringat kalau dia baru saja memberikan nomor wa nya pada Master X yang memiliki nama asli Zeyan Revalino. Viona tidak menyangka bahwa akan mendapatkan respon secepat ini dari Zeyan.
Viona meraih ponselnya dan segera membalas pesan dari Zeyan.
[Viona: Udah lama banget kita ngga ngobrol]
[Zeyan: Lo bener, terakhir kali kita ngobrol udah beberapa tahun yang lalu dan lo sekarang keliatan tambah cantik aja! Gue jadi semakin kepengen nyulik lo sekarang!]
Viona terkejut setelah membaca balasan itu. Ia menduga bahwa Zeyan telah berani meretas ponselnya dan menganggu privasinya! Viona dengan cepat mencegat penyusupan itu.
[Zeyan: Oh, kayaknya gue berhasil ngajarin lo semua caranya supaya ngga bisa diretas. Lo emang bener-bener bocah yang paling cepat belajarnya!]
[Viona: Udah deh, jangan terlalu banyak omong. Sekarang kak Zeyan harus bantuin aku!]
[Zeyan: Oke, tapi sebagai balasannya lo juga harus bantuin gue menangin beberapa permainan lebih dulu]
[Viona: Ya udah, aku online sekarang]
Hubungan mereka begitu baik karena bakat Viona yang luar biasa dalam bermain game. Viona adalah pemain esports yang jenius, banyak klub esports yang berusaha merekrut Viona saat dia baru berusia sekitar sepuluh tahun, tetapi dia tidak tertarik dan menolaknya. Viona selalu menjadi pemain pertama di distrik pertama dan tidak ada yang bisa menandinginya. Saat itu, Viona adalah legenda di seluruh dunia esports. Tidak ada yang menyangka bahwa seorang jenius seperti itu hanyalah seorang gadis remaja belia.
Zeyan menyadari keterampilan Viona dalam bermain game dan tanpa malu-malu mendekatinya. Setelah itu, Zeyan mengajari Viona tentang keterampilan meretas agar Viona selalu mau bermain game dengannya. Mereka berdua juga sangat cocok.
Setelah Viona masuk kedalam akun gamenya dan beberapa saat kemudian mereka telah memenangkan beberapa ronde permainan. Bermain game memang tidak sama seperti meretas, jadi saat akan memulainya lagi setelah lama tidak bermain, jari-jari Viona agak kikuk pada awalnya. Tetapi bakat bawaannya sudah ada di sana dan Viona dengan cepat mampu membuat lawan meragukan ketrampilan mereka sendiri.
Setelah kembali bermain bersama Viona, Zeyan merasa sangat puas.
[Zeyan: Sekarang giliran lo. Siapa yang mau lo retas?]
[Viona: Orang yang sama kayak dulu, apa kak Zeyan bisa bantu aku ngatasin dia? Tolong bikin supaya aku sulit dilacak, kak!]
[Zeyan: Oh, itu mah gampang banget].
Dengan bantuan Zeyan, Viona akhirnya dapat meretas ponsel Varell dengan lancar kali ini dan berhasil dalam waktu sebentar. Namun sayangnya, tidak ada informasi yang menarik didalam ponsel Varell. Aplikasi wa milik Varell hanya di penuhi dengan percakapan yang berhubungan dengan pekerjaan, bahkan tidak ada satupun yang membahas tentang wanita atau hal yang menjerumuskan ke perselingkuhan.
Bahkan riwayat penelusuran di ponsel Varell juga bersih, tidak ada sedikit pun tanda-tanda yang menarik untuk dilihat atau di baca. Ini bukan kebiasaan seorang pria muda pada umumnya, apalagi di masa remajanya. Apakah mungkin ada kondisi yang mendasarinya yang membuat Varell tidak melakukan hal-hal nakal seperti remaja lainnya? Saat Viona tengah merenungkan pemikiran seperti ini, dia sembari terus menelusuri pesan-pesan wa di ponsel Varell.
"Felix?." Viona menemukan pesan dari Felix di ponsel Varell. Setelah membaca pesan itu, Viona sangat kesal dan marah.
Itu karena Felix menasehati Varell untuk berhenti terpaku pada Viona!
"Dasar jengger ayah hijau! Mentang-mentang temenan sama Varell, lo bisa seenaknya gitu ngatain gue didepan dia?!." Gerutu Viona.
Namun, saat hendak melanjutkan membaca, Viona menyadari ada yang tidak beres. Layarnya menjadi eror lagi!
"Kak Zeyan gimana sih?!." Tanpa pilihan lain, Viona segera mencabut kabel Ethernet dan sumber listriknya. Ia dengan panik mulai mengirim pesan pada Zeyan.
[Viona: Apa yang kak Zeyan lakuin? Aku hampir ketahuan lagi!]
[Zeyan: Jangan sebut itu lagi. Siapa sih orang lo retas? Gue juga hampir ketahuan!]
Viona tercengang setelah membaca pesan dari Zeyan.
[Viona: Bukannya kak Zeyan bilang kalau kakak itu hacker terbaik di dunia? Kok bisa kakak hampir ketahuan dan ngga bisa ngelindungin aku?]
[Zeyan: Gue emang juaranya selama bertahun-tahun, tapi selalu ada orang yang terbaik daripada gue]
"Ck, rekan setim yang ngga berguna." Gerutu Viona.
**
Sementara itu di tempat lain, Varell mengernyitkan dahinya saat mendapati dua orang yang baru saja meretas ponselnya. Ini adalah pertama kalinya seseorang berhasil meretas ponselnya dan berhasil lolos begitu saja. Namun, tidak ada yang terlewat, kecuali bahwa dia telah memblokir Felix.
**
Viona merasa sedikit sedih karena tidak dapat menemukan alasan mengapa Varell tadi tiba-tiba marah padanya. Namun, ia kemudian berpikir tentang bagaimana ia akan bertunangan dengan Varell dalam waktu tiga hari lagi dan menyadari bahwa kesalahpahaman apa pun dapat diselesaikan saat itu. Jadi, ia bersantai dan fokus pada ukiran kayunya. Ketika Viona menyadari bahwa sudah waktunya makan malam, ia pun turun ke bawah.
Sejak sikap Viona kembali normal, Dirga selalu menyempatkan diri untuk pulang ke rumah sekadar makan malam bersama dan sekarang setelah Rasya juga pulang, rumah mereka menjadi semakin ramai. Akan lebih baik jika orang-orang pengganggu tidak ada di sana
Viona berdiri di puncak tangga memperhatikan Erina dan Ziya yang sedang berdiri didekat meja, membuatnya tampak murung. Tatapan tajam Viona tertuju pada Ziya, seolah-olah dengan tatapan itu ia ingin langsung membunuh Ziya.
Ziya ada di dekat meja dengan hati-hati membantu menata piring-piring. Tiba-tiba, dia merasakan tatapan yang sangat tajam mengarahkan padanya, yang kemudian membuatnya tersentak saat berbalik dan mendapati bahwa Viona sedang berdiri di tangga menatap ke arahnya.
Tetapi beberapa detik kemudian, tatapan mata Viona berubah polos dan beralih menatap ke arah piring-piring. Ketika Viona kembali menatap Ziya, gadis itu tersenyum manis.
'Apa gue lagi halusinasi ya? Ngga mungkin Viona natap gue tadi.' Batin Ziya menenangkan dirinya sendiri. Dan kemudian menunjukan senyumnya pada Viona. "Viona, ayo cepetan turun. Kita makan bareng-bareng!."
Viona mengangguk kecil sebelum akhirnya berjalan perlahan menuruni tangga dan duduk di dekat Arga. Tepat setelah Viona duduk, Dirga duduk disebelahnya.
Rasya yang sedikit terlambat dari Dirga menyipitkan matanya merasa tak puas. Dia berjalan mendekati Dirga. "Kak, biarin aku duduk deketnya adek! Ada yang mau aku obrolin sama adek."
"Lo bisa ngomong sama adek dari jauh. Adek masih bisa denger kok." Dirga, dia selalu ingin bersaing dengan Rasya dan Gio untuk mendapatkan perhatian dari adik perempuan mereka. Ya, Dirga terkadang bersikap terlalu naif.
Rasya mengerucutkan bibirnya sebal. "Kak, kakak kemarin duduk disampingnya adik, lho! Kenapa sih sekarang ngga mau gantian?!."
"Ck! Gua ngga mau!."
Rasya terdiam.
Sementara itu, Arga meraih garpu nya sembari buka suara. "Ayo dong... kalian berdua ini udah pada gede-gede. Jangan selalu bersikap kekanak-kanakan. Rasya, sini kamu duduk dekat Papa, didepannya adek!."
"Ah, Rasya. Gimana kalau kamu duduk disebelahku? Aku pengen dengerin lebih banyak tentang astronomi langsung dari kamu."
Erina terkekeh kecil. "Itu benar, Rasya. Tadi yang kamu bicarain kedengarannya menarik, tapi Viona kan ngga suka sama hal-hal yang begitu. Kalau kamu pengen ngobrol sama Viona, kamu harus bahas tentang rasi bintang atau semacamnya."
Dulu, saat Viona tergila-gila untuk mengejar cinta Leo, ia membeli banyak buku yang menjelaskan tentang horoskop dan ramalan, dia terus saja memikirkan cara bagaimana agar Leo mau menyukai juga. Dan setiap kali Arga melihat Viona seperti ini, dia akan sangat marah.
Sekarang dengan apa yang baru saja Erina katakan, semua orang yang berkumpul di meja makan menjadi teringat dengan beberapa kenangan yang tidak menyenangkan itu. Hingga tiba-tiba membuat suasana di ruang makan sedikit berubah..
Sudut mata Viona berkedut. Dia berdiri dari tempat duduknya dan pindah ke kursi Dirga. "Kak Dirga, berdiri! Kakak duduk di kursi ku." Setelah Dirga pindah, Viona menoleh ke arah Rasya. "Kak Rasya, duduk sini! Biar aku yang di tengah-tengah kalian." Viona duduk dan tersenyum manis. "Foto-foto yang kemarin kak Rasya kirim bagus-bagus banget pengambilannya. Kakak boleh kok... sharing tentang asteroid ke aku."
Erina terkejut mendengar perkataan Viona. "Sejak kapan kamu juga tertarik sama astronomi?."
"Baru-baru ini. Emangnya salah?." Viona menatap Erina dan terkikik. "Aku baru tahu dari kak Rasya kalau semua horoskop dan ramalan itu palsu. Itu ada cuman karena untuk hiburan aja, tapi ngga boleh percaya sepenuhnya." Kemudian, Viona menoleh ke arah Ziya. "Bukannya gitu kan, Ziya?."
Kedua mata Ziya terbelalak lebar ketika mendapatkan pertanyaan yang tiba-tiba itu. "Apa? Kenapa lo jadi nanya ke gue?."
"Kan lo yang nyuruh gue supaya beli beberapa buku ramalan itu. Jadi, gue pikir mungkin lo juga tertarik." Jawab Viona, tidak menyadari ketidaknyamanan Ziya.
Ziya memaksakan bibirnya untuk tersenyum. "Oh, ngga. Gue ngga terlalu tertarik sama hal yang gitu-gituan. Gue cuma pengen liat lo seneng aja."
"Oh, gitu. Lo selalu ngutamain kepentingan gue!." Jawab Viona dengan komentar naif.
Arga mengangguk setuju. "Viona, kamu harus belajar dari Kak Rasya tentang bagaimana bersikap tegas dan jangan terlalu percaya sama hal yang seperti itu."
Viona dengan senang hati langsung menyetujui perkataan Arga. "Oke, Papa."
Dirga melirik ke arah Ziya, memperhatikan kilatan dingin di mata gadis itu dari balik kacamatanya. Dirga tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya apa yang telah Ziya katakan kepada Viona secara pribadi selama ini.
Beruntungnya, percakapan yang canggung itu berakhir, dan semua orang mulai makan.
Rasya yang baru saja duduk, meletakkan paha ayam ke piring Viona. "Makan nih, biar cepet gede!."
Dirga melihat hal itu dan merasa tak mau kalah. Dia meraih semangkuk sup dan menyodorkannya di depan Viona. "Ini juga, berat badan kamu akhir-akhir kayaknya berkurang."
"Iga bakar, Dek." Kata Rasya.
"Sini, biar kakak kupasin udangnya buat kamu. Kamu kan lebih suka udang sama kepiting." Saut Dirga.
Rasya beranjak dari tempat duduk dan meraih sebuah teko berisi air jus, lalu menuangkannya di gelas sebelum akhirnya memberikannya pada Viona. "Kak tuangin jus buat kamu."
.
Sementara itu, Viona mengernyitkan dahinya melihat beberapa piring penuh makanan di hadapannya, ia merasa kewalahan dengan ke dua kakaknya itu.
Berbeda dengan Ziya yang duduk di sebelah Erina, dia meletakan kedua tangannya di atas meja dengan jari-jari yang memegang erat sendok nya. Ziya telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencoba untuk memenangkan hati ketiga putra Arga, berharap untuk mendapatkan pengakuan dari mereka, tetapi mereka tidak pernah sebaik itu padanya.
Sedangkan Viona, dia dulu adalah gadis yang pemberontak dan selalu bertindak sesukanya sendiri, tetapi ketiga laki-laki itu selalu memberikan perhatian penuh pada Viona! Itu benar-benar menyebalkan bagi Ziya.
Viona memasang raut wajah memelas nya ketika menatap sang ayah, tatapannya memberikan isyarat bahwa ia membutuhkan bantuan ayahnya. Rasanya memang menyenangkan di manjakan seperti ini, tetapi bahkan jika Viona bisa makan, ia tidak akan makan sebanyak ini!
Melihat tatapan putri kecilnya, Arga meraih sendok nya dan mengambil sayuran hijau untuk Viona.
Viona mengernyitkan dahinya, bukan ini yang ia harapkan..
"Kamu ngga boleh cuma makan daging aja. Kamu harus makan sayur-sayuran juga." Setelah mengatakannya, Arga tersenyum bangga. Ini sudah saatnya kembali memanjakan putri kecilnya dan ia juga tidak mau kalah dari ketiga putranya.
Saat itu, Viona hanya senang karena Gio tidak ada di rumah. Karena jika lelaki itu ada di rumah, makan malam mereka hari ini tidak akan pernah berakhir.
dan maaf, Kak, untuk rating sebelumnya.
aku ngelag jadi salah pencet.
sekali lagi maaf, Kak 🙏🙏
kok gak peka banget
itu pasti kerjaan si anteknya ulat bulu /Smug/
hehehe, maling bibir /Curse/
kenapa bang, penasaran ya rasanya /Smirk/
lanjut kak, terimakasih /Kiss/
awas salah mijit vio, nanti otot-ototnya pada setres kan kasian karena kang mijit amatiran /Bye-Bye/
haddehh kalian ini kapan sih saling terbuka, biar tidak miskom hanya saling berasumsi Mulu, daku jadi gregetan /Slight/