Cahaya Terakhir Senja

Cahaya Terakhir Senja

Chapter 1: Ketua Geng Black Secret

Bulan November tiba dengan membawa hawa sejuk disertai aroma khas hujan yang begitu memikat indera penciuman. Hujan turun hampir setiap hari, terkadang lembut seperti rintik pelipur lara, terkadang deras seperti tumpahan langit yang tidak tertahan. Seperti sore hari ini, hujan turun sangat deras hingga membuat genangan air setinggi mata kaki di halaman sekolah.

“Huh, kapan hujan ini selesai, ya?” gumam Alfariel yang berdiri tepat di ambang pintu kelas dengan tangan terlipat di dada. Pandangannya terpaku pada halaman sekolah yang basah oleh hujan.

“Hujan kayak gini awet kali, Bro,” sahut Zidan yang berada tepat di belakang Alfariel.

Sudah sekitar setengah jam sejak pelajaran terakhir selesai, tetapi beberapa siswa enggan meninggalkan kelas karena hujan deras. Mereka memutuskan menunggu hingga hujan sedikit mereda. Di kelas XII MIPA B, hanya Alfariel dan empat temannya yang masih bertahan. Rencana Alfariel untuk berkumpul di base camp pun akhirnya harus dibatalkan.

Gibran menenteng tas ranselnya sambil berjalan menuju pintu kelas. “Jadi gimana nih? Kalau nggak jadi, gue pulang aja,” ujarnya dengan nada sedikit kesal.

“Eits, tunggu dulu, Bro! Sabar, masih nulis ini,” balas Fariz sambil sedikit berteriak dari tempat duduknya. Tangannya sibuk menulis sesuatu di secarik kertas kecil, matanya serius menatap tulisan yang sedang dibuat. Sementara itu, Abyan yang duduk di kursi depannya dengan cekatan membantu menggulung kertas tersebut.

Alfariel hanya tersenyum tipis sambil mengamati mereka. “Buru-buru amat sih, Gib. Lo kebelet boker ya?”.

Gibran memutar bola matanya dengan kesal. “Yaudah, cepetan!”

Abyan yang sudah selesai menggulung kertas langsung berdiri dan memimpin. “Ayo, ayo kumpul!” perintah Abyan sambil menggenggam gulungan kertas di tangannya. Dengan cepat, dia mengajak teman-temannya untuk berkumpul seolah tidak sabar untuk segera melanjutkan rencana mereka.

Abyan melempar gulungan kertas ke atas meja. Beberapa gulungan kertas itu tegeletak di sana. Diambilnya satu dari lima gulungan kertas yang ada. Perlahan, dia membuka gulungan tersebut dan terlihat sebuah nama tertulis di sana. “Alfariel,” ucapnya kemudian.

“Mulai hari ini jabatan ketua geng Black Secret pindah ke tangan Alfariel.” Zidan bersuara, menunjuk Alfariel yang duduk di meja.

Black Secret, geng paling terkenal di kalangan siswa-siswi SMA Global, dikenal karena para anggotanya yang semuanya memiliki kemampuan luar biasa. Mereka adalah Alfariel, Fariz, Zidan, Abyan, dan Gibran. Anggota Black Secret tidak hanya jago dalam berbagai bidang akademik dan non-akademik, tetapi juga terkenal kekompakannya dalam segala hal. Nama mereka sudah tidak asing lagi di setiap sudut sekolah.

Abyan mengambil lipatan kertas yang ada di dalam kantung hoodie lalu membuka lalu mulai membacanya dengan keras-keras. “Peraturan menjadi ketua geng ada empat. Pertama, menjabat selama kurang lebih lima bulan. Kedua, mengeluarkan misi sekurang-kurangnya berjumlah lima. Ketiga, memimpin dalam menjalankan misi dan berani bertanggung jawab atas kesalahan yang telah diperbuat. Terakhir, keempat, tidak boleh otoriter.”

Alfariel tersenyum smrik, menyeret tubuhnya menuruni meja sambil memasang ekspresi wajah yang terlihat begitu percaya diri. Sambil meletakkan ransel di pundaknya, dia berkata dengan nada santai, "Gue udah mempersiapkan misi dari sebulan yang lalu, karena feeling gue selalu benar. Kedua kalinya gue jadi ketua di sini." Telunjuknya mengarah ke bawah, di sini dalam artian di geng Black Secret.

Semua yang ada di ruang kelas itu langsung terdiam sejenak. Mereka tahu betul bagaimana Alfariel selalu merencanakan setiap langkah dengan matang dan kali ini pun dia siap untuk memimpin geng mereka menuju tujuan besar yang telah dia rencanakan. Kepercayaan diri yang dia tunjukkan seolah mengisyaratkan bahwa tidak ada tantangan yang terlalu besar bagi Black Secret selama dia yang memimpin.

Fariz bertepuk tangan. Dengan cekatan Fariz duduk di meja, sedangkan Alfariel mendongak menatap Fariz. “Gue selalu percaya dengan misi yang lo buat nanti, misi-misi lo pasti fabulous. Jadi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?” Fariz menepuk bahu Alfariel. “Lo tahu kan, kalau kita ini bosen dipimpin sama Abyan, misinya flat, nggak menantang sama sekali.”

Abyan melirik sekilas ke Fariz lalu menghela napas panjang. “Kenapa nggak dari dulu aja lo milih Alfariel? Nggak usah pakai kertas kayak gini.” Abyan mengangkat gulungan kertas dan menunjukkannya ke Fariz sebelum membuangnya ke lantai. “Basi!”

Zidan ikut bicara, “Alfariel, apa misi kita besok? Tangan gue udah pegel dianggurin.” Dia merenggangkan tangannya dengan gerakan lebar, berharap ada kejelasan.

Alfariel berdiri dengan tegap, menyisir rambut dengan jari-jarinya, menenangkan diri sebelum berbicara. “Yang terpenting satu misi kelar dulu, sisanya gampang, piki-pikir belakangan.”

Gibran yang sudah bersiap untuk keluar dari ruangan memegang handle pintu sambil melontarkan kalimat ketus, “Cepetan deh, ke inti aja! Gue ada bimbel habis ini.”

Alfariel mengangguk lalu berkata tanpa basa-basi, “Oke, misi pertama, buat gaduh satu sekolah,” ujar Alfariel. “Inget, no drugs, no alcohol, no smoking!” Alfariel menekan di setiap katanya.

Gibran menjawab dengan santai, “Intinya, brengsek itu penting dalam menjadi seorang pemain sejati. Gue pulang, bye!” Tanpa menunggu lagi, dia melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan teman-temannya dengan rencana yang baru saja dicanangkan.

‘Ngebet banget mau pulang,’ batin Alfariel sambil berdecak. “Gue juga mau pulang. Sampai jumpa besok, Guys!” ujarnya.

Poinnya, rapat hari ini sudah selesai dalam kurun waktu lima menit. Satu misi yang dibahas, dua orang kabur tak beralas. Salahkan Gibran yang menjinjing sepatunya karena hujan. Alfariel juga begitu, tidak memakai sepatu karena takut sepatunya nanti basah.

Tiba-tiba kepala Alfariel melongok di ambang pintu. “Jangan sore-sore pulangnya. Inget cerita hantu di parkiran belakang, sebentar lagi hantunya mau sekolah. Lo nggak pada pulang?”

Ketiga temannya hanya saling pandang dengan ekspresi bingung, mata mereka menatap Alfariel dengan datar seolah tidak tahu harus bereaksi bagaimana.

Alfariel bersuara lagi. “Ya sudah, gue tinggal dulu ya.” Dia berjalan pelan meninggalkan kelas. Namun, seketika teringat sesuatu, Alfariel mundur beberapa langkah, kembali berdiri di depan pintu. “Oh ya, mbak kunti absen, sakit batuk. Katanya kalau ketawa suaranya serak, makanya dia gak masuk. Tulis di absensi, jangan lupa! Bye, bye!” Alfariel melambaikan tangan sambil berlalu.

Abyan dan Zidan bertatap muka. Sementara Fariz terlihat agak panik, memeluk tas ranselnya dengan erat takut terjadi sesuatu.

"ALFARIEL KAMPRET ... TUNGGUIN GUE!" teriak Abyan dan Zidan bersamaan lalu berlari berebutan menuju pintu. Mereka mencoba mengejar Alfariel yang sudah lebih dulu keluar.

Fariz yang semula hanya terdiam segera menyusul temannya, berlari dengan kecepatan penuh meski sedikit tertinggal di belakang. Mereka berlarian ke luar kelas, suara langkah kaki mereka bergema di lorong sekolah yang semakin sepi.

***

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

gita Aurora

gita Aurora

Cogan cogan terkenal nih ya

2025-01-10

0

gita Aurora

gita Aurora

kok jadi ngeriii yaa

2025-01-10

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Ketua Geng Black Secret
2 Chapter 2: Pertemuan di Bawah Hujan
3 Chapter 3: Jejak Langkah yang Tertinggal
4 Chapter 4: Dilema Hati Aletta
5 Chapter 5: Rengkuhan Kenyataan Pahit
6 Chapter 6: Kerinduan yang Membelenggu
7 Chapter 7: Misi Pertama Sang Cassanova
8 Chapter 8: Setangkai Bunga Matahari
9 Chapter 9: Cokelat untuk Sebuah Nyayian
10 Chapter 10: Kepingan Luka di Keluarga Xavier
11 Chapter 11: Bersama Senja Mengungkap Cinta
12 Chapter 12: Pertaruhan di Lapangan
13 Chapter 13: Persepsi yang Keliru
14 Chapter 14: Sisi Gelap dan Cahaya Harapan
15 Chapter 15: Brownies untuk Hati yang Terluka
16 Chapter 16: Kabar Baru yang Membawa Kejutan
17 Chapter 17: Lintasan Perasaan yang Tak Terduga
18 Chapter 18: Kehebohan Geng Black Secret
19 Chapter 19: Murid baru yang Mencuri Perhatian
20 Chapter 20: Awal Cerita di SMA Global
21 Chapter 21: Rencana Menguak Kasus
22 Chapter 22: Peringatan Tanpa Nama
23 Chapter 23: Saat Fakta Berbicara
24 Chapter 24: Rasa yang Enggan Diakui
25 Chapter 25: Titik Balik Perasaan
26 Chapter 26: Satu Langkah Lebih Dekat
27 Chapter 27: Pencarian Alfariel
28 Chapter 28: Janji yang Terabaikan
29 Chapter 29: Hening dalam Gerimis
30 Chapter 30: Tawaran dari Revan
31 Chapter 31: Black Secret, STMJ, dan Misi Selanjutnya
32 Chapter 32: Kejadian Tak Terduga
33 Chapter 33: Rahasia di Balik Amplop
34 Chapter 34: Menembus Bahaya untuk Amplop Cokelat
35 Chapter 35: Teguran dari Ruang BK
36 Chapter 36: Mengurai Kenangan
37 Chapter 37: Memecah Kebuntuan
38 Chapter 38: Di Titik Persimpangan Hati
39 Chapter 39: Kebenaran di Ujung Jari
40 Chapter 40: Fokus di Tengah Perjuangan
41 Chapter 41: Dari Ujian ke Liburan
42 Chapter 42: Liburan Penuh Kenangan
43 Chapter 43: Keputusan untuk Pulang
44 Chapter 44: Sinyal dari Tubuh
45 Chapter 45: Di Ambang Pengungkapan
46 Chapter 46: Diagnosis yang Terungkap
47 Chapter 47: Menghindar dalam Diam
48 Chapter 48: Kekhawatiran yang Tak Terelakan
49 Chapter 49: Senyum yang Semakin Pudar
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Chapter 1: Ketua Geng Black Secret
2
Chapter 2: Pertemuan di Bawah Hujan
3
Chapter 3: Jejak Langkah yang Tertinggal
4
Chapter 4: Dilema Hati Aletta
5
Chapter 5: Rengkuhan Kenyataan Pahit
6
Chapter 6: Kerinduan yang Membelenggu
7
Chapter 7: Misi Pertama Sang Cassanova
8
Chapter 8: Setangkai Bunga Matahari
9
Chapter 9: Cokelat untuk Sebuah Nyayian
10
Chapter 10: Kepingan Luka di Keluarga Xavier
11
Chapter 11: Bersama Senja Mengungkap Cinta
12
Chapter 12: Pertaruhan di Lapangan
13
Chapter 13: Persepsi yang Keliru
14
Chapter 14: Sisi Gelap dan Cahaya Harapan
15
Chapter 15: Brownies untuk Hati yang Terluka
16
Chapter 16: Kabar Baru yang Membawa Kejutan
17
Chapter 17: Lintasan Perasaan yang Tak Terduga
18
Chapter 18: Kehebohan Geng Black Secret
19
Chapter 19: Murid baru yang Mencuri Perhatian
20
Chapter 20: Awal Cerita di SMA Global
21
Chapter 21: Rencana Menguak Kasus
22
Chapter 22: Peringatan Tanpa Nama
23
Chapter 23: Saat Fakta Berbicara
24
Chapter 24: Rasa yang Enggan Diakui
25
Chapter 25: Titik Balik Perasaan
26
Chapter 26: Satu Langkah Lebih Dekat
27
Chapter 27: Pencarian Alfariel
28
Chapter 28: Janji yang Terabaikan
29
Chapter 29: Hening dalam Gerimis
30
Chapter 30: Tawaran dari Revan
31
Chapter 31: Black Secret, STMJ, dan Misi Selanjutnya
32
Chapter 32: Kejadian Tak Terduga
33
Chapter 33: Rahasia di Balik Amplop
34
Chapter 34: Menembus Bahaya untuk Amplop Cokelat
35
Chapter 35: Teguran dari Ruang BK
36
Chapter 36: Mengurai Kenangan
37
Chapter 37: Memecah Kebuntuan
38
Chapter 38: Di Titik Persimpangan Hati
39
Chapter 39: Kebenaran di Ujung Jari
40
Chapter 40: Fokus di Tengah Perjuangan
41
Chapter 41: Dari Ujian ke Liburan
42
Chapter 42: Liburan Penuh Kenangan
43
Chapter 43: Keputusan untuk Pulang
44
Chapter 44: Sinyal dari Tubuh
45
Chapter 45: Di Ambang Pengungkapan
46
Chapter 46: Diagnosis yang Terungkap
47
Chapter 47: Menghindar dalam Diam
48
Chapter 48: Kekhawatiran yang Tak Terelakan
49
Chapter 49: Senyum yang Semakin Pudar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!