NovelToon NovelToon
Aletha Rachela

Aletha Rachela

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Delima putri

Masa lalu yang kelam mengubah hidup seorang ALETHA RACHELA menjadi seseorang yang berbanding terbalik dengan masa lalunya. Masalah yang selalu datang tanpa henti menimpa hidup nya, serta rahasia besar yang ia tutup tutup dari keluarganya, dan masalah percintaan yang tak seindah yang dia banyangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: AR High School

Rama menatap kedua gadis itu dengan senyum ramah. "Kalau kalian mau jadi anak-anak ayah, berarti kalian harus siap ikut aturan keluarga Adijaya, termasuk tradisi makan malam hening tanpa suara."

Seketika, Rere dan Lala saling berpandangan dengan ekspresi lucu, lalu mereka serentak menjawab, "Eh, nggak jadi deh, Yah. Kita nggak bisa tahan nggak ngomong lama-lama!"

Darian yang sejak tadi diam ikut menyahut, "Untung aja nggak jadi. Kalau kalian jadi anak keluarga ini, pasti rumah bakal lebih berisik daripada pasar malam."

"Abang nih, selalu aja nggak mendukung kami," balas Rere dengan nada pura-pura kesal, sementara Lala hanya tertawa kecil.

Kehangatan dan keceriaan terus mengalir malam itu, membuat rumah keluarga Adijaya dipenuhi dengan tawa dan kebahagiaan.

Aletha merasa bersyukur bisa kembali ke rumah, dikelilingi oleh keluarga yang begitu mencintainya, serta sahabat-sahabat yang selalu mendukungnya dalam setiap langkah.

Malam itu menjadi momen awal bagi Aletha untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Kembali ke rumah dan mendapat kesempatan bersekolah lagi di tempat yang ia dambakan membuatnya merasa penuh semangat untuk menjalani hari-hari ke depan. Ia tahu, dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya di sisinya, ia tidak akan pernah merasa sendiri.

***

Pagi Santai di Rumah Keluarga Adijaya

Mentari pagi menyelinap melalui tirai putih di ruang makan keluarga Adijaya, menerangi meja makan yang telah disiapkan dengan hidangan lezat. Rumah besar bernuansa modern itu terasa hangat, mencerminkan suasana akrab antara anggota keluarga.

Aletha Rachela Adijaya, si bungsu dari tiga bersaudara, duduk santai di kursinya dengan seragam sekolah yang sudah rapi. Rambutnya yang panjang tergerai, sementara dasi seragamnya dibiarkan sedikit longgar, memberi kesan santai tapi tetap rapi. Di hadapannya, ada sepiring pancake dengan sirup maple, ditemani segelas susu hangat.

“Bunda, sirup pancakenya manis banget. Thata suka,” ujarnya sambil menyuapkan potongan pancake ke mulut.

“Yang penting dimakan sampai habis, ya. Bunda masaknya spesial buat kamu,” jawab Bunda sambil tersenyum lembut, membelai rambut Aletha sebelum kembali ke dapur untuk mengambil jus jeruk.

Di sebelah Aletha, Darian sedang sibuk dengan roti panggangnya. Ia masih mengenakan seragam sekolah lengkap, terlihat rapi dengan dasi yang sudah terpasang sempurna. Namun, sesekali ia melirik jam tangannya dengan ekspresi sedikit terburu-buru.

“Thata, jangan kelamaan makan. Nanti kita telat,” tegurnya sambil mengambil satu potong apel dari piring buah di meja.

“Kak Darian, ini baru jam tujuh kok. Kenapa sih buru-buru banget? Lagian sekolah nggak akan lari,” jawab Aletha santai, membuat Darian menghela napas panjang.

Di sisi lain meja, Satria duduk dengan penampilan kasual tapi tetap rapi. Kaos polos dengan celana bahan menambah kesan dewasa pria yang sudah bekerja. Ia sedang menikmati semangkuk nasi goreng buatan Bunda.

“Darian itu perfeksionis, Thata. Kalau nggak sampai sekolah lebih awal, dia bisa stres,” ujar Satria sambil menyeringai, mencoba mencairkan suasana.

“Bukan perfeksionis, Kak Tris. Aku cuma nggak suka terlambat. Itu aja,” balas Darian sambil meneguk jus jeruknya.

Ayah duduk di ujung meja, memperhatikan interaksi anak-anaknya dengan senyum kecil. Pria berwibawa itu selalu tampak tenang meski di tengah suasana ramai. “Satria, kamu nggak ada jadwal meeting pagi ini? Kenapa masih santai di rumah?” tanyanya.

“Ada siang nanti, Yah. Jadi bisa menikmati sarapan dulu di rumah,” jawab Satria santai.

“Lagipula, kan hari ini spesial. Hari pertama sekolah Thata, jadi harus ngasih dukungan.”

“Cie, Kak Tris peduli. Biasanya cuma sibuk kerja,” goda Aletha sambil menyeringai.

“Jangan salah. Kalau bukan Kak Tris yang dukung kamu, siapa lagi?” Satria membalas dengan nada bercanda, membuat Aletha tertawa kecil.

Bunda kembali ke meja dengan membawa segelas jus jeruk untuk Aletha. “Sudah, jangan kebanyakan bercanda. Darian benar, kalian harus berangkat tepat waktu.”

“Iya, Bunda,” jawab Aletha sambil meminum jus jeruknya.

Setelah menyelesaikan sarapan, Darian berdiri terlebih dahulu, merapikan dasinya. “Thata, cepet habiskan makananmu, kamu berangkat sama temen kamu atau mau berangkat sama abang? .”

“iya bang Darian. duluan aja,” jawab Aletha sambil buru-buru menyelesaikan pancake-nya.

Satria tertawa kecil melihat adiknya tergesa-gesa. “Darian memang galak ya, Thata?”

“Bukan galak, bang Tris. bang Darian itu suka heboh sendiri,” balas Aletha sambil mengangkat tasnya dan berlari kecil menuju pintu.

Bunda tersenyum melihat dinamika pagi itu. “Hati-hati di jalan, Thata, Darian,” ujarnya sambil melambaikan tangan.

“Siap, Bunda. Sampai nanti,” sahut Aletha sebelum melangkah keluar rumah dengan ke dua teman nya dengan darian yang sudah berangkat duluan, huh menyebalkan, Pagi  berlalu dengan kesan hangat, mencerminkan keharmonisan keluarga Adijaya meskipun dengan sifat dan peran yang berbeda dari setiap anggotanya.

*****

Pagi yang cerah menyelimuti kawasan AR High School. Suasana sekolah yang semula biasa saja mendadak gempar ketika sebuah mobil mewah, Lamborghini Veneno berwarna merah marun, perlahan memasuki halaman parkir sekolah. Mesin mobil yang menderu halus namun penuh tenaga itu segera menarik perhatian hampir seluruh siswa yang berada di sekitar gerbang sekolah.

"Eh, gila! Itu Lamborghini, kan?" bisik seorang siswa sambil menepuk pundak temannya.

"Iya, Veneno! Harganya miliaran! Siapa yang punya mobil semahal itu?" temannya balas dengan nada setengah berteriak, suaranya penuh rasa kagum.

Puluhan mata tertuju ke arah mobil tersebut. Beberapa siswa bahkan mulai mengeluarkan ponsel untuk memotret atau merekam.

"Serius, sekaya apa sih keluarganya sampai bisa pakai mobil kayak gitu ke sekolah?" gumam seorang siswi dengan tatapan tidak percaya.

Mobil itu akhirnya berhenti di area parkir VIP, tempat yang biasanya hanya digunakan oleh staf penting atau tamu undangan. Pintu mobil perlahan terbuka, dan dari dalam muncullah seorang gadis berambut panjang dengan wajah cantik yang langsung mencuri perhatian. Aletha Rachela Adijaya, dengan langkah penuh percaya diri, turun dari mobil mewahnya.

Ia mengenakan seragam sekolah yang rapi namun tetap terlihat stylish. Blazernya sedikit terbuka, memperlihatkan dasi yang diikat longgar, memberi kesan kasual namun elegan. Sepatu hitam berkilauan dan tas branded yang tersampir di lengannya semakin menegaskan status sosialnya. Aletha menoleh ke arah sekitar, menyadari tatapan kagum dari para siswa, tetapi ia tidak menunjukkan ekspresi sombong atau angkuh.

Di belakangnya, dua sahabatnya, Rere dan Lala, menyusul turun dari mobil dengan gaya yang tak kalah mencolok. Rere dengan senyumnya yang ceria langsung melambaikan tangan kecilnya ke arah beberapa siswa yang kebetulan menatap mereka. Sedangkan Lala menyesuaikan dasi seragamnya sambil melemparkan tatapan tajam ke arah beberapa siswa laki-laki yang menatap terlalu lama.

"Wow, mobil keren, ceweknya lebih keren," gumam seorang siswa laki-laki di pojokan, membuat temannya hanya bisa mengangguk setuju.

Aletha melangkah dengan anggun menuju gerbang sekolah, diapit oleh Rere dan Lala yang sibuk mengobrol di sampingnya. Beberapa siswa berbisik-bisik, membicarakan ketiganya tanpa henti.

"Gila, mereka anak baru, kan?" bisik seorang siswi dengan mata berbinar.

"Kayaknya iya. Tapi gue nggak nyangka, baru pertama masuk aja udah bikin geger," balas temannya.

Rere, yang mendengar beberapa bisikan, tersenyum jahil sambil berbisik ke Aletha. "Thata, lo sadar nggak? Kita kayak selebriti yang lagi jalan di karpet merah. Coba lambaikan tangan, siapa tahu mereka teriak histeris."

Aletha tertawa kecil. "Udah, Ree. Jangan lebay. Gue cuma mau masuk kelas dengan tenang."

Namun, di balik sikap santainya, Aletha merasa ada sedikit beban. Hari pertama sekolah ini adalah awal baru baginya setelah segala permasalahan di masa lalu. Ia hanya berharap bisa menjalani semuanya dengan lancar, meskipun perhatian yang ia dapatkan sejak turun dari mobil tidak sepenuhnya nyaman.

Sesampainya di gerbang sekolah, salah seorang penjaga sekolah membukakan pintu dengan senyum ramah. Aletha membalas dengan anggukan kecil, lalu berjalan masuk bersama kedua sahabatnya.

“Rasanya ini baru awal, dan gue udah kebayang bakal banyak yang ngomongin kita,” ujar Lala sambil melirik sekeliling.

“Biarin aja, La. Kadang gosip bikin hidup lebih seru,” balas Rere sambil terkikik.

"permainan dimulai athala, liat nanti siapa yang akan menang berikutnya, tuan muda wijaya or nona muda adijaya hmm.' Batin Aleta menyeringai dan menatap sekitar tajam.

__________

maaf ya man teman, part ini agak nggak nyambung, aku udah bingung banget soalnya, yang baca komen dong, biar aku tau ada yabg baca apa engga huhu, terimakasih teman teman.

__________

1
Febrianto Ajun
cerita ini bisa bikin saya menangis! Tapi juga sukses bikin saya tertawa geli beberapa kali.
Hitagi Senjougahara
Boss banget deh thor, jangan lupa terus semangat nulis ya!
Dear_Dream
Senang banget bisa menemukan karya bagus kayak gini, semangat terus thor 🌟
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!