Setelah mengukuhkan kekuasaannya atas Kota Canyu, Zhang Wei memulai perjalanan epik menuju puncak dunia demi membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan. Namun, jalan menuju tujuan itu penuh bahaya: musuh kuat, intrik politik, hingga menjadi buronan kekaisaran Qin.
Dalam petualangannya, Zhang Wei harus menghadapi penguasa Tanah Barat, mengungkap rahasia dunia, dan membuktikan dirinya sebagai pendekar pedang kelabu yang tak terkalahkan.
Dengan tekad membara, Zhang Wei bersiap melawan dunia untuk mencapai puncak tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman yang Sebenarnya
Di atas menara pusat Kota Canyu, Zhang Wei berdiri dengan anggun, kedua tangannya bersedekap. Matanya yang tajam mengamati pergerakan pasukan musuh di luar formasi pelindung. Sinar bulan memantulkan kilauan samar dari rambutnya yang berantakan, namun sikapnya tetap tenang dan percaya diri.
"Tuan Song lakukan tugasmu," ujar Zhang Wei sambil menoleh ke arah kepala keluarga Song yang berdiri di sampingnya. "Ubah formasi ke mode penyerangan. Kita tidak perlu membuang waktu lebih lama lagi. Mereka harus memahami bahwa Kota Canyu bukanlah tempat yang bisa mereka perlakukan semena-mena."
Song Tianyu menelan ludah, sedikit gugup mendengar perintah itu. "Baik, Tuan Muda. Tapi... apakah kita benar-benar perlu melibatkan formasi ini? Bukankah itu akan memicu lebih banyak permusuhan?"
Zhang Wei tersenyum kecil, namun sorot matanya tetap dingin. "Aku tidak berniat membunuh mereka, hanya memberikan pelajaran. Jika ada yang mati, itu karena kebodohan mereka sendiri. Mereka sudah memilih jalan ini, dan aku hanya menanggapi dengan cara yang adil."
Song Tianyu mengangguk, lalu memberikan perintah kepada penjaga formasi. Dalam sekejap, energi biru dari formasi pelindung mulai berubah. Kilauannya yang tenang dan defensif kini berpendar dengan cahaya tajam, seperti pedang yang baru saja diasah. Aura tekanan mulai menyelimuti medan perang, membuat pasukan Liang Wuchang gemetar.
Liang Wuchang yang berdiri di barisan depan menatap perubahan itu dengan rahang yang mengeras. "Apa ini? Mereka berani mengubah formasi menjadi mode ofensif? Bocah itu benar-benar mencari mati!"
Namun, sebelum dia bisa mengeluarkan perintah, serangan pertama dari formasi mulai memantulkan energi serangan para pasukannya sendiri. Teknik-teknik qi yang dilancarkan sebelumnya kini kembali ke arah mereka dengan kekuatan yang lebih besar.
Ledakan demi ledakan terjadi di sekitar mereka, menghancurkan barisan depan pasukan Liang Wuchang. Para Martial Lord yang terlalu lambat untuk menghindar terkena dampaknya, beberapa di antaranya terlempar ke udara dengan luka parah. Jeritan kesakitan memenuhi udara, membuat Liang Wuchang semakin frustasi.
"Bodoh! Berhenti menyerang! Mundur!" teriaknya dengan nada penuh amarah. Dia melompat ke depan, menggunakan kekuatan Martial Ancestor-nya untuk menangkis serangan-serangan yang memantul. Namun, jumlahnya terlalu banyak, dan bahkan dirinya mulai merasa kewalahan.
Zhang Wei, yang menyaksikan semua itu dari atas menara, menghela napas pelan. "Sungguh menyedihkan. Mereka bahkan tidak menyadari bahwa formasi ini hanya memanfaatkan energi mereka sendiri. Benar-benar menyia-nyiakan tenaga."
Lian Xuhuan tertawa kecil dalam pikirannya. "Kau benar-benar tahu cara bermain dengan musuhmu, Bocah. Ini adalah cara yang elegan untuk menunjukkan kekuatan tanpa harus mengotori tanganmu."
Zhang Wei menyeringai. "Tentu saja, Master. Jika aku membunuh mereka semua, maka itu hanya akan memicu lebih banyak masalah. Tapi dengan cara ini, aku hanya menunjukkan kepada mereka bahwa menyerangku adalah tindakan bodoh."
Di medan perang, Liang Wuchang hampir kehilangan kewarasannya. Dia menggertakkan giginya, matanya memerah karena amarah dan rasa malu. "Bocah ini...! Tidak mungkin dia hanya seorang Martial Lord. Ada seseorang di balik ini semua, seseorang yang lebih kuat dari kita semua!" pikirnya.
Namun, dalam hatinya, Liang Wuchang tahu bahwa asumsi itu tidak memiliki bukti kuat. Semua ini terasa seperti permainan psikologis, dan dia merasa seperti bidak catur yang dipermainkan oleh sosok tak terlihat. Dia mengepalkan tinjunya, mencoba mencari jalan keluar dari situasi yang semakin buruk ini.
Sementara itu, Zhang Wei memandang medan perang dengan tatapan datar. "Jika mereka masih berani bertahan, aku akan memastikan mereka benar-benar belajar pelajaran hari ini."
Liang Wuchang berdiri di depan pasukannya dengan napas yang berat. Wajahnya dipenuhi rasa frustrasi dan amarah yang membara. Semua upaya mereka sejauh ini tidak menghasilkan apa-apa. Formasi pelindung Kota Canyu tetap berdiri kokoh, seolah mengejek setiap serangan mereka. Tapi kali ini, dia sudah kehabisan kesabaran.
"Dengarkan aku, semuanya! Kita tidak boleh kalah di sini!" Liang Wuchang mengeluarkan sebuah benda dari cincin penyimpanannya. Itu adalah sebuah tombak hitam dengan aura yang menakutkan. Tombak itu bergetar ringan, memancarkan energi yang membuat udara di sekitarnya terasa berat.
Salah satu pasukan di belakangnya berbisik, "Itu... itu adalah Tombak Jiwa Badai, pusaka tingkat 7 milik Tetua Liang! Apa dia benar-benar akan menggunakannya di sini?"
Liang Wuchang mengangkat tombak itu tinggi-tinggi, matanya dipenuhi kegilaan. "Bocah itu dan formasinya harus dihancurkan! Jika kita kalah di sini, harga diri Tanah Barat akan hancur selamanya!"
Zhang Wei, yang masih berdiri di atas menara dengan tenang, memperhatikan perubahan ini. Saat dia melihat Liang Wuchang mengeluarkan tombak itu, wajahnya berubah serius. "Tombak Jiwa Badai... artefak tingkat 7 dengan kekuatan penghancur yang cukup untuk menantang puncak Martial Ancestor," pikirnya. "Jika dia menyerang dengan itu, formasi mungkin tidak mampu menahan dampaknya."
Liang Wuchang mengumpulkan energi qi-nya ke dalam tombak. Cahaya hitam yang mematikan mulai berputar di sekelilingnya, menciptakan pusaran angin yang menghancurkan tanah di bawahnya. Dengan satu teriakan penuh amarah, dia melompat tinggi ke udara dan melemparkan tombak itu ke arah formasi dengan seluruh kekuatannya.
"TEMBUS!" Liang Wuchang meraung, melepaskan serangan yang memecah langit.
Ledakan besar terjadi saat tombak itu menghantam formasi. Gelombang energi yang dahsyat menyebar ke segala arah, menciptakan gempa kecil di sekitar Kota Canyu. Asap tebal menutupi pandangan semua orang. Pasukan Liang Wuchang bersorak, yakin bahwa serangan itu telah menghancurkan formasi dan kota di dalamnya.
Namun, ketika asap mulai mereda, sebuah pemandangan yang tidak terduga membuat mereka terdiam.
Di tengah lapangan, seorang pemuda berdiri dengan tenang. Tubuhnya diselimuti oleh aura abu-abu gelap yang kokoh, seolah menjadi perisai yang menahan dampak serangan tadi. Di tangannya, tombak hitam itu terhenti, seolah kehilangan semua kekuatannya.
Zhang Wei tersenyum tipis, menatap Liang Wuchang dari kejauhan. "Aku harus mengakui, itu tadi cukup berbahaya," katanya dengan nada mengejek. "Artefak tingkat 7 dengan kekuatan penghancur sebesar itu hampir saja membuatku khawatir. Sayang sekali, usahamu sia-sia."
Wajah Liang Wuchang memucat. "Kau... kau yang menahan seranganku?!"
Pasukan di belakangnya juga terkejut, bisikan-bisikan mulai menyebar. "Itu bukan formasi... Itu pemuda itu sendiri! Dia yang menahan serangan itu!"
Liang Wuchang menatap Zhang Wei dengan mata yang membelalak. Pikiran tentang ahli misterius yang melindungi Zhang Wei lenyap dari kepalanya. Kini dia menyadari bahwa bocah itu adalah ancaman yang jauh lebih besar daripada yang dia bayangkan.
"Jadi... kau sudah berada di ranah Martial Ancestor," gumamnya dengan suara gemetar. "Pantas saja muridku tidak memiliki kesempatan melawanmu."
"Terimakasih pak tua, sekarang benda ini milikku." Zhang Wei menyimpan tombak itu kedalam cincin penyimpanannya.
Liang Wuchang menggertakkan giginya, darah mengalir dari sudut bibirnya karena terlalu keras menahan amarah. "Anak ini... Jika dia dibiarkan hidup, dia akan menjadi ancaman bagi seluruh wilayah. Aku harus membunuhnya di sini dan sekarang!" pikirnya.
Namun, di dalam hatinya, Liang Wuchang tahu bahwa pertarungan ini tidak akan mudah. Zhang Wei tidak hanya kuat, tapi juga cerdas dan licik. Dan sekarang, semua orang di medan perang tahu bahwa mereka sedang menghadapi sosok yang tak bisa dianggap remeh.
harusnya seperti dewa iblis
dewa bagi kawan
iblis bagi musuh
ditunggu up nya Thor