Pengingat bahwa Aku tidak akan pernah kembali padamu. "Nico kamu bajing*n yang hanya menjadi benalu dalam hidupku. aku menyesal mengenal dan mencintai mu."
Aku tidak akan bersedih dengan apa yang mereka lakukan padaku. "Sindy, aku bukan orang yang bisa kamu ganggu."
Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku kembali
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syari_Andrian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mereka Datang
Di lokasi persembunyian Black Wolf, Nisa duduk di sudut ruangan yang gelap, tangannya masih terikat, tetapi semangatnya tidak pudar. Dia tahu bahwa Rey dan ayahnya tidak akan berhenti sampai mereka menemukannya. Dia mendengar suara langkah-langkah berat di luar, membuat jantungnya berdebar lebih cepat. Pintu terbuka, dan Sindy masuk dengan wajah penuh kebencian.
"Ah, Nisa, kau tampaknya masih bersemangat," Sindy menyindir sambil melangkah mendekat. "Kau pasti tahu tidak ada yang bisa menyelamatkanmu sekarang."
Nisa menatap Sindy dengan mata penuh tekad. "Kau salah. Rey dan ayahku akan datang. Mereka tidak akan membiarkan ini berakhir seperti yang kau harapkan."
Sindy tertawa sinis. "Rey? Dia tidak tahu apa yang kita rencanakan. Bahkan jika dia datang, dia tidak akan bisa menolongmu."
Sindy berbalik, memberikan perintah kepada salah satu anak buahnya untuk memperketat penjagaan. "Pastikan tidak ada yang bisa mendekat ke sini. Kita akan segera memindahkannya ke lokasi yang lebih aman."
Namun, Nisa bisa melihat sesuatu yang berbeda di mata anak buah Sindy. Mereka tampak cemas, seolah mengetahui bahwa bantuan sedang dalam perjalanan.
Sementara itu, di luar, tim Rey telah tiba di sekitar lokasi. Dengan senjata terhunus dan strategi yang matang, mereka mulai mendekati tempat persembunyian itu. Rey memimpin timnya dengan ketenangan luar biasa, memberikan perintah melalui headset.
"Semua tim, siap untuk menyerbu. Ingat, kita harus menjaga Nisa tetap aman. Jangan ada tembakan kecuali benar-benar diperlukan," instruksi Rey dengan tegas.
Tim bergerak dalam senyap, mengelilingi bangunan. Di dalam, Sindy merasakan sesuatu yang aneh, seperti kehadiran yang tak diundang. Dia melihat keluar jendela dan matanya melebar ketika dia melihat beberapa bayangan bergerak cepat di kegelapan.
"Siapkan semuanya! Mereka datang!" teriak Sindy panik.
Pertempuran segera pecah, suara tembakan menggema di udara malam. Rey dan timnya menyerbu masuk, berusaha mencapai Nisa sebelum terlambat. Di tengah kekacauan, Sindy mencoba melarikan diri, tapi Rey berhasil mencegahnya.
"Nisa, aku datang," teriak Rey saat dia mendekati ruangan tempat Nisa disekap.
Pintu terbuka dengan paksa, dan mata Rey bertemu dengan mata Nisa. "Rey!" teriak Nisa, suaranya penuh harapan.
Rey segera berlari ke arahnya, melepaskan ikatan di tangan Nisa dan membantunya berdiri. "Aku di sini, kamu aman sekarang," kata Rey dengan suara lembut namun tegas.
Di belakang mereka, suara pertempuran masih berlanjut, tetapi fokus Rey hanya pada Nisa, memastikan dia benar-benar selamat.
Dengan cepat, Rey memimpin Nisa keluar dari ruang yang sempit dan menuju ke tempat yang lebih aman. Dia tahu bahwa meskipun mereka berhasil mendapatkan Nisa, ini belum berakhir. Pertempuran masih berlangsung di luar, dan ancaman dari Sindy serta orang-orang yang bekerja untuknya belum sepenuhnya teratasi.
"Rey, aku takut," bisik Nisa dengan suara gemetar. "Mereka akan terus mengejar kita."
Rey memegang erat tangannya, mencoba memberikan rasa aman yang dia butuhkan. "Tidak akan ada yang mengejar kita lagi. Aku janji, kamu akan aman," jawab Rey dengan penuh keyakinan, meskipun di dalam hatinya dia tahu bahwa ancaman dari Sindy masih akan terus ada.
Saat mereka berlari menuju mobil yang sudah disiapkan oleh tim, mereka mendengar langkah-langkah cepat yang mendekat. Ternyata Sindy dan beberapa anak buahnya yang tersisa masih berusaha mengejar mereka. Namun, Rey sudah siap dengan strategi yang lebih baik.
"Masukkan mereka ke dalam mobil. Kita harus keluar dari sini sekarang!" Rey berteriak kepada timnya yang sudah bersiap. Tanpa membuang waktu, mereka semua masuk ke dalam mobil dan segera melaju dengan kecepatan tinggi.
Di dalam mobil, Nisa masih terisak, tetapi Rey berusaha menenangkannya. "Kamu akan baik-baik saja, Nisa. Kita akan keluar dari sini bersama-sama."
Di sisi lain, Sindy yang terperangkap dalam kekacauan dan kehilangan banyak orang anak buahnya, hanya bisa mengamuk dan berteriak marah. "Kalian semua akan menyesal! Aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja!" Tapi, meskipun ia berteriak, dia tahu kekalahan sudah dekat.
Sementara itu, Rey dan Nisa melaju menjauh dari tempat tersebut, menuju ke tempat yang lebih aman. Tetapi, kedamaian yang mereka rasakan hanya sementara. Rey tahu bahwa Sindy tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Sindy tidak akan menyerah," kata Rey sambil menatap jalanan yang gelap. "Tapi kita akan siap. Aku tidak akan membiarkan dia merusak hidupmu lagi."
Nisa menatap Rey, masih merasa takut, tetapi juga terkejut dengan keteguhan dan keberanian yang ditunjukkan Rey. Dia mulai merasa, meskipun situasinya penuh dengan ketegangan, bahwa dia mungkin bisa menghadapinya bersama Rey.
"Terima kasih, Rey," bisik Nisa, merasa lebih tenang setelah mendengar kata-kata Rey.
Namun, mereka semua tahu bahwa ini baru permulaan dari pertarungan besar yang akan datang.