NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Duchess Pemberani

Reinkarnasi Duchess Pemberani

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Penyesalan Suami / Fantasi Wanita
Popularitas:73.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Jasmine D'Orland, seorang duchess yang terkenal dengan karakter jahat, dituduh berselingkuh dan dihukum mati di tempat pemenggalan di depan raja, ratu, putra mahkota, bangsawan, dan rakyat Kerajaan Velmord.

Suaminya, Louise, yang sangat membencinya, memenggal kepala Jasmine dengan pedang tajamnya.

Sebelum kematiannya, Jasmine mengutuk mereka yang menyakitinya. Keluarganya yang terlambat hanya bisa menangisi kematiannya, sementara sebagian bersorak lega.

Namun, enam bulan sebelum kematian itu, Jasmine terlahir kembali, diberi kesempatan kedua untuk mengubah nasibnya yang tragis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perubahan Sang Duchess

Jasmine berdiri di depan kereta kuda yang akan membawanya kembali ke kediaman Clair, bibirnya mengerucut tanda kesal. Kereta itu jauh dari kata layak, apalagi mewah. Ia menatap dengan tatapan tajam penuh kebencian.

"Kenapa Kereta nya seperti ini? Apa mereka pikir aku ini pelayan, bukan seorang Duchess?" pikir Jasmine, merasakan hatinya panas. Ia teringat kereta-kereta indah yang biasa ia naiki saat masih menjadi bagian dari keluarga D’Orland.

“Apa tidak ada kereta yang lebih pantas daripada ini, Anne?” tanya Jasmine dengan nada penuh sinis, menoleh pada pelayannya yang setia.

Lianne menggelengkan kepala dengan wajah penuh permohonan maaf. “Maafkan saya, Duchess. Duke Louise hanya menyediakan ini. Tidak ada pilihan lain.”

Jasmine mendecak kesal. “Tentu saja. Bagaimana bisa aku berharap lebih dari pria brengsek seperti dia?” ia bergumam pelan, tapi cukup keras untuk didengar oleh Lianne.

Lianne yang mendengar umpatan sang Duchess kaget, namun ia membiarkannya.

“Duchess, izinkan saya membantu Anda naik,” kata Lianne lembut, mengalihkan perhatian Jasmine dari kereta bobrok di depannya.

Dengan enggan, Jasmine melangkah ke dalam kereta dibantu Lianne. Begitu duduk, wajahnya semakin memerah saat merasakan kerasnya papan tempat duduk tanpa bantalan apa pun. Ia memandang sekeliling interior kereta itu, yang hanya diisi kayu polos tanpa hiasan, tanpa kenyamanan.

“Ini bahkan lebih buruk daripada kandang kuda!” Jasmine mengeluh, melipat tangannya di dada dengan gemas.

Lianne, yang tahu betapa kecewanya tuannya, hanya bisa menunduk. “Maafkan saya, Duchess. Saya tahu ini tidak pantas untuk Anda.”

Jasmine menatap Lianne sejenak, lalu menghela napas panjang. “Bukan salahmu, Anne. Semua ini salah si brengsek itu. Aku akan pastikan, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi di masa depan.”

Lianne menatap Jasmine dengan sedikit kebingungan, meskipun sedikit kaget dengan sematan kata 'Brengsek' pada Duke suami Duchess Jasmine, “Maksud Anda, Duchess?”

Jasmine hanya tersenyum tipis, menyembunyikan pikiran di balik senyuman itu.“Kau akan tahu nanti, Anne. Tapi untuk sekarang, kita bertahan dulu.”

Lianne mengangguk dengan patuh. Ia duduk di sisi Jasmine, menjaga tuannya yang terlihat menahan rasa tidak nyaman dengan wajah penuh tekad.

Sementara kereta mulai bergerak, Jasmine memejamkan mata sejenak. "Duke Louise Clair, aku akan bertahan hanya sebentar. Tapi jangan berpikir kau bisa terus merendahkanku. Dan kau akan menyesal telah memperlakukanku seperti ini."

Kereta kuda berhenti di depan gerbang besar kediaman Clair. Bangunan megah itu berdiri kokoh, namun bagi Jasmine, tidak ada yang memancarkan kehangatan. Rasanya lebih seperti penjara. Lianne dengan sigap membantu tuannya turun dari kereta, memastikan Jasmine tidak kesulitan mengingat kondisi lukanya.

Begitu kakinya menyentuh tanah, Jasmine menyapu pandangan ke halaman luas kediaman Clair. Sama seperti yang ia ingat, tidak ada penyambutan. Para pelayan sibuk dengan pekerjaan masing-masing, seolah kehadiran Duchess tidak ada artinya. Tidak ada yang peduli.

Di ambang pintu utama, seorang pria paruh baya dengan wajah tegas dan postur tubuh tegap berdiri. Dia adalah kepala pelayan kediaman Clair, Harold, orang kepercayaan Duke Louise Clair. Harold berjalan mendekat, membungkukkan sedikit tubuhnya dengan sopan.

“Selamat datang kembali, Duchess Jasmine,” ucapnya dengan nada formal, seperti biasanya.

Namun, kali ini Jasmine tidak membalas dengan kelembutan seperti yang ia lakukan di masa lalu. Ia hanya mengangguk kecil, tatapannya dingin dan penuh ketegasan.

“Ya,” jawabnya singkat, suaranya terdengar datar dan nyaris tanpa emosi.

Harold terkejut. Sebelumnya, Jasmine selalu bersikap manis padanya, berbicara dengan lemah lembut meskipun ia tahu Harold adalah orang netral. Namun kali ini, sesuatu dalam sorot mata dan nada bicaranya terasa berbeda, dingin dan tajam.

"Apa yang terjadi dengan Duchess? Biasanya dia menyapaku dengan ramah, selalu berbicara lembut meskipun dia tidak harus melakukannya. Tapi kali ini… sorot matanya, nada bicaranya, semuanya terasa asing. Seolah-olah dia adalah orang lain." ucap dalam hati Harold.

Jasmine tidak memberikan kesempatan bagi Harold untuk berbicara lebih banyak. Dengan dagu terangkat dan langkah anggun, ia berjalan melewati pelayan-pelayan yang bahkan tidak meliriknya.

"Tidak ada yang berubah," pikir Jasmine, hatinya semakin dipenuhi kebencian. "Mereka semua hanya peduli pada dirinya sendiri, dan Harold meskipun netral, tetaplah orang kepercayaan Louise. Tidak ada seorang pun di sini yang benar-benar berpihak padaku. Sungguh menjijikkan."

Harold menatap punggung Duchess yang perlahan menjauh. Langkahnya tegas, tidak ragu seperti sebelumnya. Ada keanggunan, tapi juga kekuatan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

"Selama ini, Duchess selalu tampak lemah, seperti mencoba untuk menyenangkan semua orang, bahkan mereka yang tidak pantas dihormati. Ada sesuatu dalam dirinya yang berubah, sesuatu yang lebih… mengintimidasi." pikir harold dalam hati.

Tatapannya menyapu pelayan-pelayan yang berusaha menghindari kontak mata dengannya. Di masa lalu, ia akan memaafkan sikap ini, bahkan mungkin mencoba untuk mendapatkan perhatian mereka. Tapi sekarang, tidak ada lagi Jasmine yang lembut dan naif.

Di belakangnya, Lianne mengikuti dengan tenang, membawa barang-barang Duchess. Sesekali ia memandangi pelayan-pelayan lain dengan pandangan tajam, menunjukkan bahwa ia selalu berada di sisi Jasmine.

Ketika mereka masuk ke dalam, Harold berjalan di samping Jasmine. “Duchess, kamar Anda telah disiapkan seperti biasa. Jika ada sesuatu yang Anda butuhkan, mohon beri tahu saya.”

Jasmine hanya mengangguk singkat. “Baik.”

Harold menunduk, wajahnya menunjukkan sedikit kebingungan. Duchess Jasmine yang ini bukanlah wanita yang ia kenal selama ini. Ada sesuatu yang berubah. Harold mengundurkan diri dari hadapan Duchess Jasmine.

Jasmine melanjutkan langkahnya dengan kepala tegak, menatap lurus ke depan tanpa ragu. Dalam hatinya, ia menyimpan dendam membara. "Duke, pelayan, kepala pelayan, semua penghuni rumah ini. Tidak ada satu pun yang kusayangi, tidak ada satu pun yang peduli padaku. Jika aku bisa, aku ingin menghancurkan semuanya. Tapi tidak sekarang. Aku akan bermain pelan-pelan."

Setiap langkah yang ia ambil seolah penuh dengan keteguhan, dan aura dingin di sekitarnya membuat beberapa pelayan mencuri pandang dengan rasa takut. Jasmine tidak lagi terlihat seperti Duchess yang lemah dan mudah dijatuhkan. Ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang bahkan mereka sendiri tidak bisa definisikan.

Di sampingnya, Lianne berbisik pelan, “Duchess, kamar Anda sudah siap. Saya akan membantu menyiapkannya jika Anda membutuhkan apa pun.”

Duchess Jasmine menoleh sedikit, lalu mengangguk. “Terima kasih, Anne. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu.”

Sikap tenang Duchess Jasmine mungkin terlihat biasa bagi sebagian orang, tetapi bagi mereka yang memperhatikannya dengan cermat, itu adalah tanda peringatan. Duchess ini tidak lagi sama seperti dulu.

Sementara Harold menghela napas kecil, ketika telah jauh dari kamar Duchess Jasmine, ia berhenti berjalan. "Apakah ini karena hukuman yang diberikan Duke Louise sebelum dia pergi ke gereja? Atau mungkin karena sesuatu yang lain? Apa pun alasannya, Duchess Jasmine yang kembali ke rumah ini bukanlah wanita yang sama seperti yang pergi seminggu lalu." ucapnya dalam hati, lalu menatap kamar Duchess Jasmine dari jauh lalu kembali berjalan kembali.

Jasmine duduk di ruang pribadinya dengan secangkir teh hangat di genggaman. Ia menatap permukaan cairan itu, wajahnya tanpa ekspresi, tetapi pikirannya penuh dengan rencana.

"Jika ingatanku benar, sebentar lagi Harold akan tiba untuk membahas makan siang. Dan setelah itu, salah satu pelayan yang dibawa oleh wanita licik itu akan menumpahkan teko berisi teh panas ke tubuhku dengan sengaja. Aku ingat betapa sakitnya dulu, betapa aku hanya bisa diam menerima perlakuan itu. Tapi sekarang tidak lagi. Tidak ada seorang pun yang bisa menginjak-injakku tanpa hukuman."

Ia menyesap tehnya perlahan, membiarkan kehangatan itu menyebar. Pandangannya terarah pada pintu, menunggu saat yang tepat.

"Mereka semua berpikir aku lemah. Bahwa aku hanyalah wanita bodoh yang tidak berdaya. Mereka salah. Jika mereka mencoba permainan kotor itu lagi, aku akan pastikan mereka menyesal. Aku bukan Jasmine yang dulu."

Ketukan pintu terdengar, membuyarkan pikirannya.

Tok! Tok! Tok!

"Duchess, saya Harold. Bolehkah saya masuk?" suara kepala pelayan terdengar dari balik pintu.

Jasmine menaruh cangkir tehnya dengan tenang. "Masuklah."

Pintu terbuka, Harold melangkah masuk dengan sopan. Di belakangnya, Lianne membawa nampan berisi makanan dan beberapa pelayan juga dibelakangnya.

Harold membungkukkan tubuhnya sedikit, lalu berkata, "Duchess, makan siang telah disiapkan. Saya juga membawa laporan kecil dari dapur tentang stok bahan makanan."

Jasmine mengangguk kecil, tatapannya dingin namun tajam. "Baik. Letakkan semuanya di meja. Anne, bantu aku menyiapkan makananku."

Lianne mengangguk dan mulai mengatur piring serta makanan di depan Jasmine. Harold berdiri di dekat pintu, memperhatikan para pelayan yang membawa banyak makanan, dengan tenang. Jasmine mencuri pandang ke arahnya, pikirannya berputar.

Ia menoleh ke arah Harold. "Terima kasih atas laporannya, Harold. Nanti aku akan memeriksanya."

Harold mengangguk sopan. "Baik, Duchess."

Tak lama setelah itu, seorang pelayan lain datang membawa semangkuk teh dalam teko mahalnya yang masih panas. Jasmine langsung mengenali wajah pelayan itu, pelayan yang dulu sengaja menjatuhkan teh panas dalam teko mahal ke tubuhnya. Dia adalah Juliet, salah satu pelayan yang di rekomendasikan Cecilia kepada Duke Louise Clair, artinya ia merupakan salah satu mata-mata Cecilia Thorne.

"Dia... Aku masih ingat wajahnya. Pelayan ini ayang melakukannya dengan sengaja, lalu pura-pura meminta maaf. Dulu aku sangat bodoh mempercayai ucapannya, bahkan karena itu, aku juga dihukum oleh si pria brengsek itu. Tapi kali ini, aku tidak akan membiarkan rencana nya berjalan dengan mulus. Bahkan akan ku buat ia memiliki hutang dan menderita." ucap dalam hati Jasmine dengan menyeringai. Tak ada yang tau mimik wajah Jasmine saat ini, karena semua pelayan sibuk sendiri.

Duchess Jasmine menghitung mundur waktu yang tepat sebelum teko yang berisi teh panas itu mengenainya.

1
Hikam Sairi
pedes banget bawang merah nya Thor 😭😭😭😭😭😭
Poniti
lanjuuuuut thor 😍😍😍😍😍😍
Lafaigh Ufaufi
hajar saja kata kata si duke,biar mampus dia,lemot banget cara berfikirnya..greget nich yg baca,hanya autor yg bisa sabar he
Lafaigh Ufaufi
pingin aku jambak si duke,yg lemot itu...hiii..gemes dech
Bonny Liberty
ku lempar pake 💣
Bonny Liberty
ku lempar palanya pake 🦴
Narti Narti
selalu mengesankan thor lanjut
Narti Narti
AQ hadir thor, semoga sehat selalu
Rossy Annabelle
rasanya tuh pengen nonjok q😬
Moh Rifti
next.../Determined//Determined//Kiss//Kiss//Kiss/
Ayu Septiani
good job Jasmine..... lawan terus argumen dari louise. egonya terlalu tinggi
Ayu Septiani
louise memang bodoh. matahatinya buta tidak bisa melihat kebenaran
ika yanti naibaho
terima kasih up nya/Smile/
ika yanti naibaho
next ya kak terima kasih up nya
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor
kaylla salsabella
lanjut thor 🥰🥰
Chen Nadari
wahh ketemu karya baru mu Thor... sukses sll/Kiss/
Grey
lanjuttt kak, semangat
Dinda Siti
geram sekali aku thor bacanya, bikin si louise menyesal thor, jangan sampai si jasmine luluh sama dia thor/Angry//Angry//Angry//Angry/
Poniti
lanjuuuuttttyy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!