Patah hati karena dikhianati oleh tunangan dan adik tirinya, Jiang Shuyi memutuskan untuk membalas dendam dengan meniduri pria perkasa yang dia temukan di club malam.
Ternyata, pria itu adalah paman sang tunangan, sekaligus penguasa kota ....
Bagaimana kelanjutan kisah Jiang Shuyi dengan tunangan dan sang paman?
Apakah Jiang Shuyi bersedia memaafkan tunangannya dan melupakan malam indah bersama 'Paman Perkasa' itu?
Simak kelanjutannya hanya di sini, ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa Kamu Begitu Gugup?
Di Skyland Apartement, Xu Yan menatap ponselnya dengan ekspresi muram seolah-olah benda pipih itulah yang sudah membuat emosinya melonjak naik dengan pesat.
"Sia lan!" Xu Yan memaki dengan geram, lalu menggerutu kesal. "Beraninya dia memblokir nomorku."
Sejak tertangkap basah terakhir kali, Xu Yan sudah ratusan, bahkan mungkin hampir ribuan kali menghubungi Shuyi.
Namun, wanita itu selalu saja menolak panggilannya dan tidak pernah membalas satu pun pesan yang dia kirimkan.
Hari ini, nomor Shuyi justru tidak bisa dihubungi lagi, bahkan pesan yang dia kirimkan malah muncul ikon tanda seru berwarna merah yang menandakan pesan tersebut tidak terkirim.
Itu artinya, Shuyii telah memblokir Xu Yan.
Melihat kemarahan Xu Yan, Lysa yang berbaring di samping dengan mengenakan lingerie merah, merangkak ke naik ke atas tubuh pria itu.
"A-Yan, jangan merusak tubuhmu dengan amarah." Lysa merangkul leher Xu Yan dengan manja, dia dengan sengaja menekan bagian bawah tubuhnya ke bagian sensitif Xu Yan yang perlahan bangun. "Abaikan saja dia."
Saat berbicara, Lysa dengan lihai membelai sekujur tubuh Xu Yan.
Membiarkan Lysa berbuat apa saja yang membuatnya merasakan kenikmatan dunia, Xu Yan membalas dengan sedikit menggeram. "Aku sangat ingin mengabaikannya, tapi kamu juga tau dia masih berguna untuk kita."
"Proyek di Kota Hujan sudah kamu dapatkan, apa lagi gunanya wanita itu?" Lysa memasang ekspresi cemberut yang dibuat-buat, tetapi ketidaksenangannya atas ketergantungan Xu Yan pada Shuyi itu nyata.
Hanya dengan proyek besar di Kota Hujan, Xu Yan sudah bisa berdiri dengan kakinya sendiri untuk membuat Matilda Company seperti Yulee Group.
Xu Yan juga berpikir manfaat Shuyi untuk dirinya sudah tidak sebesar dulu, tetapi kelemahannya ada di tangan wanita itu.
"Jangan lupa, dia melihat percintaan kita di Dream House. Bagaimana kalau dia mengungkapkan perselingkuanku? Itu akan merusak citra perusahaan."
"Apa gunanya melihat, kalau tidak punya bukti?" Lysa masih senantiasa duduk di benda pusaka Xu Yan yang sudah mengeras sepenuhnya, sedangkan tangannya bergerak liar di atas tubuh pria itu. "Sebelum dia merusak citra perusahaan, bukankah kita bisa lebih dulu merusak citranya?"
Lysa tersenyum miring, sebelum akhirnya lanjut berkata, "Tidak akan ada yang menyalahkanmu jika meninggalkan wanita tidak setia."
Mendengar itu, Xu Yan juga tersenyum. Senyumannya sangat cerah, secerah pikirannya yang baru saja terbuka.
Selain karena kecantikan Lysa, Xu Yan juga terpikat pada otak liciknya yang selalu bisa menyelesaikan masalah tanpa kendala.
"Kamu benar, tidak sia-sia aku memilihmu." Xu Yan menempelkan bibirnya pada bibir Lysa, sebelum akhirnya membanting tubuh wanita itu ke atas ranjang dan bergulat sepuasnya ....
***
"Mau ke mana?" Zhiming membuka pintu kamar dan menatap Shuyi dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan pandangan menilai, ketidaksenangan jelas tersirat di mola matanya yang gelap.
Dia turun ke lantai bawah hanya untuk membawakan makanan, tetapi Shuyi justru sudah terlihat rapi, cantik dan anggun dengan mengenakan gaun putih selutut yang memberikan kesan syeksi.
Gaun yang dikenakan Shuyi tidak begitu pendek, tetapi Zhiming tidak senang tubuh istrinya menjadi objek pandangan orang lain.
"Aku ... Bibi Emily mencariku, jadi aku ingin menemuinya." Saat berbicara, Shuyii tidak berani menatap langsung ke mata Zhiming dan dia juga dengan cepat menjelaskan. "Tenang saja, aku hanya pergi menemui para penatua dan berbicara tentang pembatalan pertunanganku dengan Xu Yan."
Zhiming tersenyum tipis mendengar penjelasan Shuyi yang masih menundukkan kepala, dia merasa wanita itu tidak ingin dirinya salah paham mengenai niatnya datang ke Kediaman Matilda.
Seketika, perasaan hangat menyelimuti hati Zhiming.
"Makan dulu, aku akan mengantarmu pergi," kata Zhiming tanpa ekspresi.
"Ha?" Shuyi mengangkat pandangannya untuk menatap Zhiming, dia pikir pria itu akan tidak senang mengetahui dirinya akan pergi ke Kediaman Matilda.
Tidak diduga, Zhiming tidak hanya tidak marah, pria itu bahkan menawarkan diri untuk mengantarkannya.
Shuyi tidak tahu saja Zhiming justru sangat senang, tetapi kesenangannya itu disembunyikan dengan baik.
"Mau pergi atau tidak?" Zhiming berjalan masuk ke dalam kamar, dia meletakkan hidangan yang dibawanya ke atas meja di dekat tepi dinding kaca.
"Mau ... mau!" Tidak ingin Zhiming berubah pikiranSShuyiily bergegas masuk dan duduk di hadapan pria itu hanya untuk menikmati makan siang bersama dalam diam.
***
"Biarkan aku menemanimu masuk ke dalam." Zhiming telah selesai berbenah, dia menatap Shuyi yang tengah merapikan penampilannya.
Saat ini, mereka sedang berada di tempat parkir Angsana Mall.
Awalnya, Zhiming ingin mengantarkan Shuyi pergi ke Kediaman Matilda untuk menemui Nyonya Emily. Akan tetapi, Zhiming tidak bisa menahan diri sehingga kembali melahap Shuyi yang terlalu menggiurkan.
Karena itu, mereka singgah di Angsana Mall hanya untuk membeli pakaian baru untuk Shuyi.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri." Shuyi menolak dengan tegas.
Dia khawatir Zhiming akan memanfaatkannya lagi dengan mengikuti dirinya masuk ke dalam ruang ganti dan kembali menyerangnya tanpa ampun.
Bisa-bisa, dia menjadi lumpuh sebelum bertemu dengan Nyonya Emily.
Mengingat dirinya punya janji temu dengan Michael, Zhiming tidak ingin memaksa. "Baiklah, kamu harus memakai pakaian yang lebih tertutup! Kalau tidak, kamu akan tahu akibatnya!"
Saat bicara, Zhiming melayangkan tatapan penuh peringatan yang memancarkan aura bahaya.
"Iya, iya aku tahu," Shuyi membuka pintu mobil, lalu keluar dengan cepat seolah-olah takut Zhiming tidak membiarkannya pergi.
Melihat gaun yang dikenakan Shuyi kotor, Zhiming segera menyusul keluar dan menghentikan Shuyi.
Tanpa kata, Zhiming membuka jasnya hanya untuk mengikatnya ke pinggang Shuyi.
"Apa yang kamu lakukan?" Shuyi terkejut dengan tindakan Zhiming, dia langsung menatap sekitar untuk memastikan tidak ada orang yang melihat.
"Kenapa kamu begitu gugup?" Zhiming mengangkat sebelah alisnya, sedikit ketidaksenangan melintas di wajahnya.
"Ini di tempat umum, bagaimana jika ada yang melihat kita bersama?"
"Jadi kenapa kalau ada yang melihat? Siapa yang bisa mengendalikanku di Kota Harapan?"
"Shuyi ...." Xu Yan berjalan cepat menghampiri Shuyi yang baru saja memasuki Angsana Mall, dia tersenyum sumringah dan berhenti tepat di depan wanita itu sambil berkata, "Ternyata benar kamu."
Shuyi memutar bola mata jengah, dia tidak berniat berhenti dan malah beralih ke samping untuk menghindari Xu Yan yang sebelumnya sangat dia cintai dan dirindui siang-malam.
Kini, perasaan itu musnah berganti dengan kekecewaan yang meninggalkan rasa permusuhan.
Tidak menyerah, Xu Yan menghentikan Shuyi dengan menggenggam pergelangan tangannya. "Shuyi, tunggu."
"Jangan sentuh aku!" Merasa telah disentuh oleh kotoran, Shuyi segera menghempaskan tangan Xu Yan dengan kasar.
Jika tahu akan bertemu Xu Yan, Shuyi pasti lebih memilih mengambil jalan memutar atau bahkan tidak datang ke Angsana Mall di waktu yang sama dengannya.
"Shuyi, kita harus bicara." Xu Yan tampak memohon, tetapi lebih terlihat seperti sedang mendesak.
Meski sudah mengatakan pada Lysa dirinya tidak mengharapkan Shuyi lagi, Xu Yan belum benar-benar bisa melupakan wanita yang telah menjadi tunangannya sejak tiga tahun lalu.
Xu Yan tidak bisa menerima kenyataan bahwa Shuyi yang selalu bersikap baik dan perhatian padanya tiba-tiba menjadi dingin tak tersentuh.
"Tidak ada yang harus dibicarakan lagi, aku sibuk!" Shuyii tampak tak acuh, dia pun kembali berjalan meninggalkan Xu Yan.
Tahu diri, Xu Yan tidak menyentuh Shuyi lagi dan hanya berjalan ke depan untuk menghentikan wanita itu. "Shuyi, kumohon ... sebentar saja."
Shuyi menarik nafas dalam, bola matanya yang tak bersahabat kembali bergulir dengan jengah dan kedua tangannya pun saling menyilang di depan dadaa. "Ada apa?"
"Bisakah kita kembali bersama?"
"Hubungan yang telah rusak tidak bisa dijalin kembali," sahut Shuyii dingin.
Shuyi—"
"A Yan!"
Suara manja seorang wanita menginterupsi Xu Yan yang ingin menabur gombalan menjijikkan pada Shuyi.
Xu Yan menoleh ke sumber suara yang selama ini menghiasi telinganya dengan suara-suara 'indah', sedangkan Shuyi kembali berjalan tanpa menghiraukan kedua manusia laknat yang telah menyakiti hatinya.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu meninggalkanku? Aku mencarimu," cerca Lysa dengan memasang wajah cemberut.
Dia dan Xu Yan baru saja keluar dari Delicious Resto yang ada di lantai tiga Angsana Mall, tetapi pria itu tiba-tiba menghilang ketika dirinya singgah sebentar di salah satu toko pakaian.
Tidak disangka, dia malah melihat kekasihnya itu telah berada di depan pintu masuk dan tengah berbincang bersama Shuyi.
Melihat Shuyi, mengingatkan Lysa pada Zhiyi yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan kondisi mengenaskan.
Adik kesayangannya itu jadi lebih sering melamun, menatap ke satu arah dengan pandangan kosong karena mendengar vonis dokter.
Zhiyi mengalami kerusakan parah pada bagian bawah tubuhnya, bahkan rahimnya juga terluka sehingga dia tidak akan pernah bisa hamil seumur hidup.
Tidak jarang Zhiyi menjerit dan berteriak, dia bahkan sering kali meringkuk di sudut ranjang dengan penuh ketakutan seolah-olah tengah melihat setann.
Ada satu waktu, Zhiyi bahkan mencoba bunuhh diri karena tidak sanggup menahan penderitaan dan penghinaan itu.
Karenanya, Lysa turun tangan membujuk Zhiyi dan memberikan ide kepada orangtuanya untuk mengirim sang adik keluar negeri demi mendapatkan pengobatan terbaik.
Mengingat semua itu, Lysa hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dengan erat sembari mengontrol emosinya agar tidak meledak dan membunuhh Shuyi di tempat.
'Zhiyi, tenang saja ... kakak akan membalaskan dendammu!'
"Kakak ...." Suara Lysa terdengar lembut, selembut hembusan angin sejuk yang memenuhi Angsana Mall. "Kenapa kamu pergi tanpa menyapaku? Apa kamu memiliki hati nurani yang bersalah."
Shuyi ingin mengabaikan suara yang mengandung racun mematikan itu, tetapi kata-kata Lysa selanjutnya seperti memaku kakinya hingga dirinya tidak bisa bergerak lagi.
Hati nurani yang bersalah?
Hanya karena tidak disapa ketika bertemu, aku dituduh memiliki hati nurani yang bersalah?
Memangnya siapa dia hingga harus kusapa setiap kali bertemu?
Shuyi berbalik dengan senyum dingin di wajahnya, lalu mendengus sinis. "Aku sekarang lebih sensitif terhadap sampah, jadi aku harus pergi agar tidak alergi."
"Kau—" Alyysa meraung marah dan ingin mengeluarkan lebih banyak kata mutiara untuk ditujukan pada Shuyi yang telah mengobok-obok emosinya, tetapi sentuhan lembut Xu Yan di tangannya berhasil memenangkannya.
"Jangan buat keributan, ini tempat umum!" Xu Yan berbisik pelan dan lembut di telinga Lysa, tetapi ketegasan jelas membungkus setiap katanya.
Hubungan dirinya dan Shuyi belum jelas akhirnya, Xu Yan tidak ingin menemani Lysa membuat keributan di depan umum.
Lysa membungkam, wajahnya tampak cemberut dan tatapan penuh kebencian dia layangkan pada Shuyi. "Kakak, kenapa kamu di sini?"