Ini bukan tentang harga diri lagi, ini hanya tentang mencintai tanpa dicintai.
Aruna nekat menjebak calon Kakak iparnya di malam sebelum hari pernikahan mereka. Semuanya dia lakukan hanya karena cinta, namun selain itu ada hal yang dia perjuangkan.
Semuanya berhasil, dia bisa menikah dengan pria yang dia inginkan. Namun, sepertinya dia lupa jika Johan sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Yang dia cintai adalah Kakaknya, bukan Aruna. Hal itu yang harus dia ingat, hingga dia hanya mengalami sebuah kehidupan pernikahan yang penuh luka dan siksaan. Dendam yang Johan punya atas pernikahannya yang gagal bersama wanita yang dia cintai, membuat dia melampiaskan semuanya pada Aruna. Perempuan yang menjadi istrinya sekarang.
"Kau hanya masuk dalam pernikahan semu yang akan semakin menyiksamu" -Johan-
"Jika perlu terluka untuk mencintaimu, aku rela" -Aruna-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Dan Tak Kembali
Rekaman suara yang tersebar, jelas membuat publik kaget. Bahkan ketika mengetahui beberapa fakta tentang seorang pengusaha yang meninggal bunuh diri puluhan tahun lalu.
"Sial, kenapa aku bisa ceroboh begini. Aku tidak mengira Aruna akan melakukan ini"
Jesika mondar-mandir dengan gelisah di dalam kamarnya. Melihat beberapa komentar atas postingan rekaman suara itu. Menggigit ujung jari telunjuknya untuk mengekspresikan kegugupannya sekarang.
"Bagaimana ini, aku pasti akan dipenjara sekarang"
Jesika masih begitu memikirkan tentang bagaimana caranya dia lari dari Kota ini dan menghilang. Jangan sampai dia bertemu lagi dengan Johan atau siapapun yang dia kenal disini. Jesika harus bisa lolos.
Suara ketukan pintu membuat Jesika begitu terkejut. Dia menatap pintu kamar dengan takut, suara ketukan masih terdengar, dan malah semakin keras.
"Jesika, buka pintunya!" teriak Mama di balik pintu kamar. "Jesika!"
Jesika sedikit menghela nafas pelan ketika tahu jika itu adalah Mamanya. Dia membuka pintu, dan Mama langsung menerobos masuk ke dalam kamarnya. Menutup dan mengunci pintu kamar putrinya ini.
"Jesika bodoh! Kenapa kau tidak hati-hati? Kenapa juga harus cerita pada Aruna tentang semua ini. Apa kau lupa, jika Aruna adalah orang yang harus kita waspadai sejak awal. Tapi kau? Argh... Dasar bodoh!"
Jesika menatap Mamanya dengan bingung dan takut. "Sekarang Jesi harus bagaimana Ma? Aku tidak mau masuk penjara"
Mama mengusap wajah kasar, dia menatap anaknya dengan lekat. "Mama juga tidak tahu. Tapi sebaiknya kamu pergi sekarang. Ayah sedang pergi ke Perusahaan, karena kejadian ini tentu cukup mempengaruhi. ini waktu yang tepat untuk kamu pergi. Jangan pernah muncul lagi di Kota ini"
Jesika mengangguk, dia segera mengganti pakaian dengan serba hitam dan menggunakan penutup kepala, masker, dan kacamata hitam. Jesika benar-benar hampir menutupi seluruh wajahnya.
Dengan bantuan Mama, akhirnya dia bisa keluar dari rumah itu lewat pintu belakang yang sepi. Jesika melihat sudah banyak para wartawan di depan gerbang rumahnya, dia sudah berada di dalam taksi sekarang. Memalingkan wajahnya saat melewati para wartawan itu.
"Pergi ke Bandara Pak"
*
Disini, seorang pria paru baya yang duduk di depan banyak media. Kilatan cahaya kamera bahkan tak membuatnya gentar, tatapan matanya terlihat kosong. Menerawang dengan banyak kegelisahan, kesedihan di balik sorot matanya.
"Saya benar-benar tidak tahu soal apapun. Saya menikahi istri saya, murni karena perjodohan keluarga. Meski pada akhirnya saya mencintainya juga. Tapi, tidak pernah menyangka jika ternyata anak pertama saya adalah bukan anak saya. Mohon maaf atas semua masalah yang terjadi saat ini. Saya benar-benar meminta maaf atas semua yang terjadi"
Ayah beranjak pergi setelah melakukan klarifikasi untuk semua itu. Sebenarnya dia juga tidak tahu harus melakukan apa sekarang, tapi yang jelas dia hanya mencoba untuk memberikan sebuah klarifikasi, meski tahu jika itu tidak akan meredam berita saat ini.
Kembali ke rumah, Ayah hanya menemukan istrinya. "Dimana Jesika? Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya pada Perusahaan Johan. Polisi sedang mencarinya sekarang"
Mama tiba-tiba berlutut di depan Ayah, memegang kakinya. Sungguh itu membuat Ayah terkejut. "Apa yang kau lakukan?"
"Aku mohon untuk membiarkan Jesika pergi. Jika polisi itu tetap ingin menangkap Jesika, maka biarkan aku saja yang menggantikannya. Aku tahu apa yang Jesika lakukan adalah sebuah kesalahan, tapi aku tidak ingin anakku harus masuk penjara. Aku mohon ... Hiks"
Ayah menghembuskan nafas kasar, rasanya terlalu menyakitkan ketika dia mengetahui tentang hal besar yang disembunyikan oleh istrinya dan juga anak kesayangannya.
"Sepertinya pernikahan kita juga sudah tidak bisa bertahan! Ayo kita berpisah untuk kebaikan hati kita"
Tangisan Mama semakin kencang, dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Tapi, dia tetap begitu takut hidup tanpa suaminya. Karena jika tidak ada dia, mungkin hidupnya dan Jesika akan buruk. Tidak akan baik-baik saja seperti ini. Ayah yang sudah membawanya ke dalam kehidupan yang berkecukupan. Tapi memang kesalahan sudah membohonginya dengan hal sebesar ini, tentu saja wajar jika dia akan menceraikannya.
"Aku tidak akan bisa terus bersama dengan wanita yang sudah membohongiku bertahun-tahun"
*
Semuanya mulai kembali stabil, dimana saham Perusahaan Johan juga kembali seperti semula. Semua data Perusahaan telah kembali. Setelah satu bulan ini mengurus semuanya, akhirnya Johan bisa menghela nafas lega ketika semuanya kembali seperti semula.
"Polisi belum menemukan keberadaannya sampai saat ini. Entah kemana Jesika pergi, sampai sulit dijangkau oleh polisi"
"Aku sudah tidak peduli lagi padanya" ucap Johan yang memandang keluar jendela mobil.
Arvin menatap Tuannya dari kaca sepion di atasnya. Ternyata memang Johan terlihat lebih terluka bukan saat Jesika yang melakukan pengkhianatan padanya, tapi Johan terlihat sangat hancur ketika mengetahui Aruna telah pergi dan menghilang.
Beberapa waktu lalu, ketika Johan kembali ke rumah setelah dua minggu tidak kembali ke rumahnya ini. Berharap akan bertemu dengan Aruna, dan dia akan memperbaiki semuanya. Johan akan sangat berterima kasih pada Aruna yang sudah membantunya dengan membongkar kejahatan Jesika. Tapi, ketika sampai ke rumah.
Aruna tidak ada.
Aruna pergi dan tak kembali.
Aruna menepati janjinya untuk pergi setelah 3 bulan.
Dan Johan benar-benar hancur karena itu. Dadanya terasa begitu sesak, hatinya hancur, tubuhnya bahkan terasa lemas sampai dia terjatuh begitu saja di sofa. Air mata yang biasanya tidak pernah menetes dalam keadaan apapun untuk seorang Johan. Tapi, sekarang bahkan mengalir deras di pipinya.
"Aruna, kenapa pergi sebelum aku memperbaiki semuanya. Sebelum aku ingin memulai semuanya denganmu dari awal. Maafkan aku"
Dan sampai hari ini, penyesalan yang tidak akan pernah bisa dia hilangkan. Meski sudah satu bulan berlalu, tapi Johan tetap merasakan hal yang sama. Apalagi ketika dia masuk ke dalam rumah ini.
"Rumah ini terasa begitu sepi setelah kamu tidak ada"
Johan berjalan gontai, berhenti di dekat sofa ruang tengah. Bayangan saat dia merayakan ulang tahun bersama Aruna disana langsung terlintas dalam bayanganya. Berjalan ke arah tangga, Johan mengingat kejadian beberapa hari sebelum Aruna pergi. Dia yang menyiksanya dengan mencengkram leher Aruna hingga kesulitan bernafas.
"Jika perlu terluka untuk mencintaimu, aku rela"
Deg ... Air mata yang menetes begitu saja di pipinya. Bahkan rasanya cukup sakit mengingat tentang itu. Tatapan mata Aruna yang penuh luka, air mata yang diabaikan oleh Johan saat itu, sungguh membuatnya sakit sekarang.
"Kau tidak perlu terluka lagi untuk mencintaiku. Tolong kembalilah" lirihnya.
Johan terduduk di sofa, air matanya mengalir deras. Bahkan isakannya sudah tidak tertahankan lagi.
"Tuan, akhirnya anda kembali lagi. Ada yang perlu saya sampaikan"
Johan mendongak dan menatap Mia yang berdiri tidak jauh darinya.
Bersambung
selamat ya Jo.... selamat menuai, yg slama ini kau tanam