Shanum adalah seorang gadis desa yang di besarkan di keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai seorang OB di sebuah perusahaan terbesar di kota Metropolitan. Karena kecerdasan yang di miliki Shanum ia selalu mendapatkan beasiswa hingga ke Perguruan Tinggi. Namun sayang semua yang ia dapat tidaklah cuma-cuma. Di balik Beasiswa yang di dapat Shanum ternyata ada niat terselubung dari sang Donatur. Yaitu ingin menjodohkan sang Putra dengan Shanum padahal Putranya sudah memiliki Istri. Apakah Shanum bersiap menerima perjodohan itu! Dan Apakah Shanum akan bahagia jika dia di poligami??? Ikuti terus ceritanya.... Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Sudaryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Setelah semua masakan matang, Shanum pun memanggil suaminya untuk mengajaknya sarapan. Saat berjalan menuju ke kamar, Shanum seperti mendengar suara obrolan seseorang di teras depan. Akhirnya Shanum pun mengurungkan niatnya untuk masuk kamar.
Shanum mengintip dari celah gorden jendela depan untuk memastikan Siapakah gerangan yang sedang berbincang di teras. Ternyata itu adalah Bisma dengan Zaki yang sedang ngobrol.
Ceklek
Pintu depan pun terbuka, kedua pria beda generasi itu pun menoleh serentak ke arah Shanum.
"Mas, ayo sarapan dulu. " ajak Shanum.
"Hmmm." jawab Bisma singkat sesingkat-singkatnya.
"Ayo, dek. Bukannya kamu juga harus sekolah. Ayo siap-siap dulu. " ucap Shanum mengingatkan Zaki.
"Iya, Mbak. Siap!!!" ucap Zaki sambil hormat.
Kemudian Shanum pun mendorong kursi roda sang suami masuk kedalam rumah. Sesampainya di meja makan ternyata di sana sudah ada Pak Rohman, Bu Lasmi dan Riska yang sedang menunggu anggota yang lainnya.
Setelah semua formasi lengkap mereka pun langsung menikmati sarapan. Shanum yang mulai melayani suaminya, dengan mengambilkan nasi serta lauk pauk.
"Maaf ya nak, Bisma. Ibu cuma bisa masak menu kampung seperti ini saja. Semoga nak Bisma suka. " ujar Lasmi yang merasa tidak enak karena tidak bisa menyajikan makanan kota seperti di kediaman Bisma.
"Gak apa-apa kok Bu, saya juga gak pemilihan kok soal makanan. " ujar Bisma lembut.
"Mas, mau makan pake lauk apa?" Tanya Shanum.
"Pake, lauk itu saja, sama nasi goreng plus lalapan timun. " tunjuk Bisma.
Setelah menyajikan nasi beserta lauknya untuk Bisma Shanum pun mengambil untuk dirinya sendiri. Mereka pun makan tanpa ada suara sedikitpun. Karena begitulah tradisi di keluarga Shanum. Mereka sangat menjaga etika disaat makan. Yang terdengar hanyalah dentingan sendok yang saking beradu dengan piring.
"Busyet, ternyata enak juga makanan seperti ini. Terlihat sederhana tapi sangat menggugah selera. " Batin Bisma yang menikmati makanan tersebut.
"Nambah, lagi nak Bisma. " Tawar pak Rohman , melihat piring Bisma yang hampir kosong karena makanannya sudah berpindah ke perut Bisma.
"I - iya, Pak. " ucap Bisma terbata. Karena dia sarapan sepet orang yang kelaparan satu hari satu malam tidak makan.
"Mas, mau nambah. Kalo mau aku ambilkan? " tanya Shanum.
"Bolehlah, tapi sedikit saja. " ucap Bisma yang menyodorkan piringnya pada Shanum.
Shanum pun mengambilkan apa yang tadi di minta Bisma.
"Alhamdulillah, kalo nak Bisma suka dengan masakan ini. Ini semua yang masak Shanum, istri nak Bisma. " terang Bu Lasmi.
Uhuk... Uhuk..
Bisma langsung tersedak, ketika mendengar ucapan Bu Lasmi. Dia tidak menyangka, apa yang ia nikmati adalah hasil karya sang istri yang sangat ia benci.
"Nak Bisma kenapa? " tanya Bu Lasmi panik.
Dengan sigap Shanum pun langsung mengambilkan air putih untuk Bisma.
"Ini, minumnya Mas. Kalo makan itu pelan-pelan. Gak ada yang rebut makanannya kok. " ujar Shanum menyindir sang suami.
Bisma pun mengambil air putih yang di sodorkan oleh Shanum dan meminumnya hingga tandas.
Selesai sarapan, Shanum mendorong Bisma mengantarkannya ke kamar. Seperti biasa tidak ada percakapan di antara mereka. Bisma masih enggan bicara banyak kepada Shanum.
"Mas kamu butuh sesuatu? Tanya Shanum sambil membantu Bisma untuk duduk di atas ranjang.
"Tidak ada, " jawabnya singkat.
"Atau mau aku bikinin teh hangat? " tawar Shanum lagi.
"Aku, bilang tidak, apa kamu tidak dengar! " bentak Bisma yang membuat Shanum terkejut.
Shanum mengangguk mengerti dan berusaha tersenyum, walaupun hatinya sakit mendapat perlakuan kasar dari sang suami. Ia berusaha untuk menerimanya dengan sabar.
"Ya, sudah kalo Mas gak butuh apa-apa aku kebelakang dulu bantu ibu. " pamit Shanum.
"Tunggu sebentar, " ucap Bisma menghentikan langkah Shanum yang sudah berada di ambang pintu. "Apa sebenarnya niat kamu menerima perjodohan ini? Apa kamu tau sebelumnya kalau aku lumpuh dan sudah mempunyai istri! Tanya Bisma dan Shanum pun hanya mengangguk. Karena ia sadar betul kala itu Bu Aisyah mengatakan jika anaknya lumpuh dan telah memiliki seorang istri. Dan dia pun menyetujui perjodohan dengan Bisma beberapa waktu lalu. Sebelum Bisma datang menemuinya kala itu.
Melihat Shanum mengangguk Bisma tersenyum sinis.
Lalu kenapa kamu menerima perjodohan ini? Aapakah kamu menginginkan harta ku atau uang! Ia kemudian mendorong kursi rodanya menuju ke sebuah koper lalu mengambil uang dari sana dan melemparnya ke arah Shanum. Membuat uang dengan jumlah banyak beterbangan di hadapan Shanum dalam ruangan kamar tersebut.
Shanum masih terdiam di tempat tanpa sedikitpun menyela ucapan Bisma dia tau saat ini Bisma tengah marah. Shanum tidak mau semakin memperburuk keadaan, yang bisa saja berlanjut menjadi pertengkaran besar.
Apa kata orang nanti kalau sepasang pengantin baru berumur satu hari bertengkar hebat. Shanum memilih untuk tetap diam.
"Kenapa kamu tidak memungutnya dan tetap diam? Apa uang segitu masih kurang. Bukankah kamu juga sudah menerima uang mahar dengan jumlah fantastis dari kedua orang tua ku!!!" Bentak Bisma, Shanum tetap tak bergeming. Kemudian Bisma mengambil black card hitam miliknya. Lalu melemparkannya lagi ke hadapan Shanum.
Dan itu membuat Shanum semakin merasa terpojok kan. Padahal sesungguhnya ia menerima perjodohan ini bukan karena tentang harta.
" Atau mungkin kedua orang tua ku mengiming-iming sesuatu di luar semua ini! Sehingga kamu mau di poligami? Bisma mencecar Shanum dengan berbagai pertanyaan dan tanpa memikirkan perasaan Shanum. Shanum terlihat shock dan sedih mendengar semua tuduhan dari Bisma.
Hati Shanum terluka. Air mata menetes dari mata bulat indahnya yang beriris coklat. Ia bahkan sekarang tidak mampu berucap sepatah kata pun karena terlalu terkejut dengan sikap tiba-tiba Bisma.
Bisma semakin kesal karena Shanum hanya diam saja tak bergeming. Bisma langsung keluar lagi dari kamar Shanum.
Rumah tampak sepi, sepertinya kedua adik Shanum sudah berangkat ke sekolah. Dan ke dua orang tua Shanum tidak tau kemana. Bisma mendorong kursi roda menuju ke teras depan. Ia ingin menghirup udara segar. Dan berjemur di bawah sinar matahari pagi. Suasana di tempat tinggal Shanum memang begitu asri karena halamannya di tumbuhi berbagai jenis tanaman buah.
Bisma menatap langit biru yang cerah tanpa tertutup awan sedikit pun dan terlihat indah. Udaranya masih terasa sejuk. Membuat Bisma merasa tenang. Tetapi sang pemilik mata elang merasa hidupnya berbanding terbalik dengan apa yang tengah ia tatap saat ini.
Ia kemudian mengambil sebungkus rokok lalu menyalahkan pemantik, menghisapnya secara perlahan. Dan menghembuskannya ke udara.
Bertemu wanita yang selalu mengincar harta dan gelar keluarga Admaja. Itu yang dialaminya selama ini.
Tapi begitu Bisma mengalami kecelakaan dan di vonis tidak bisa berjalan wanita yang dulu mengejarnya mulai menampakan wajah asli mereka. Termasuk istri yang baru satu tahun ini mendampinginya. Ia lebih memilih berkarir dan meninggalkan Bisma dari pada harus mengurus Bisma di rumah. Itu alasannya kenapa kedua orang tua Bisma menikahkan Bisma kembali dengan wanita pilihan mereka. Karena mereka yakin bahwa Shanum adalah istri yang baik.