Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 : NIAT BAIK
Siti penasaran melihat Gandhi tidak terlihat di rumah kontrakan mereka, hanya ada Manisa bersamanya di rumah itu.
"Kak Gandhi sudah sejak tadi pergi, gak tau kemana kak." jawab Manisa menyiapkan air minum untuk Siti. Kemudian berjalan kebelakang untuk mengambil pakaian yang ia cuci tadi, lalu masuk kamar Gandhi. Pasti untuk menyetrika dan melipat semua pakaian itu. Membuat Siti makan sendiri di meja makan itu.
Sudah tujuh hari sejak kepulangan Siti dari rumah sakit Gandhi lagi-lagi tidak pulang. Boro-boro bulan madu seperti yang di rencanakan Siti, atau melanjutkan berkas perceraian. Pasangan pura-puranya itu malah tidak kelihatan batang hidungnya di rumah mereka.
Mobil baru Siti sudah tiba di rumah kontrakan Gandhi, Harso bahkan tidak meminta pendapan Siti mau di belikan mobil jenis apa, tiba sudah ada saja orang dealer mengantar mobil untuknya.
"Pa, mobilnya sudah di rumah. Terima kasih." Chat Siti pada Harso setelah mobil itu sudah terparkir di halaman rumah kontrakan itu.
"Maaf, papa tidak sempat tanya kamu mau model apa." Harso sudah melakukan panggilan dengan Siti.
"Gak masalah Pa. Udah biasa." Jawab Siti datar.
"Gimana, soal bulan madu kalian? kamu sudah sehat kan?" tanya Harso tidak menanggapi jawaban Siti tadi.
"Mungkin tidak jadi Pa, Gandhi sibuk terus." Cie curhat tuh sama Harso kalo suami sudah makin jarang pulang.
"Kamu jangan banyak menuntutnya, mungkin dia kejar setoran untuk memenuhi kebutuhanmu." Bela Harso pada menantu kesayangannya itu.
"Pa, kami cerai saja yaa." Terucap juga kata itu dari mulut Siti pada Harso.
"Loh, kamu ini bagaimana sih. Kemarian bilang yakin akan menikah dengan lelaki pilihanmu. Kenapa bahkan belum tiga bulan menikah kamu sudah mau minta cerai sih. Gak ada perceraian oleh manusia di keluarga kita, apapun masalahnya. Titik." Kambuh dah penyakit otoriternya Harso. Mana ia perduli dengan permintaan konyol Siti.
Siti bernafas dengan gusar, sebenarnya ia salah lahir atau pernah berbuat jahat apa sih dalam kehidupan sebelumnya. Karena rasanya hidupnya gak ada indah-indahnya gitu. Hidup normal aja bisa gak sih.
Gandhi pulang dengan keadaan terlihat letih, terlihat dari guratan wajah yang tidak seperti biasanya. Membuat Siti tidak berminat untuk bicara dengannya.
Iseng Siti membuat jus apel dalam jumlah banyak, diam diam ia mau berbagi dengan Gandhi.
"Gan, gua buat banyak nih. Di minum yak." Ujarnya menyodorkan Segelas jus ke depan kamar Gandhi.
"Hum, iya. Terima kasih." Jawab Gandhi yang terlihat merebahkan tubuhnya di kasur single dalam kamarnya yang kecil.
Siti sudah bisa memasak nasi, menceplok dua telur lalu menyiramnya dengan kecap untuk makan malamnya dengan Gandhi.
"Gan, temani gua makan. Ada telur ceplok nih." Ujar Siti lagi di depan kamar Gandhi. Tapi tidak ada jawaban dari dalam. Siti memutuskan makan sendiri saja. Lalu masuk kamarnya sejak petang.
Siti bosan juga di dalam kamar, pukul 9 malam ia keluar kamar sekedar duduk di teras untuk menikmati semilir angin sepoi di sana. Namun, tetiba merasa takut saat sekelebat bayangan hitam ia lihat melintas cepat di halaman rumah mereka. Siti segera masuk menuju kamar mandi di dekat dapur, melihat makanan yang ia siapkan untuk Gandhi masih tidak tersentuh di sana. Siti tersinggung karena Gandhi tidak menghargai yang ia buat. Tanpa mengetuk ia sudah masuk saja kamar Gandhi, bersiap akan marah.
"Elu manusia apa bukan sih, gak menghargai banget. Gua udah buatkan makanan buat loe." Semprot Siti mendekati Gandhi yang masih terlihat tiduran saja di kasurnya.
BERSAMBUNG ...
Siti hobbynya marah
Kalo Nyak Otor sukanya di timpuk mawar
Kalo readers sukanya apa?
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya