Kisah rahasia seorang gadis yang di perkosa oleh Bapaknya sendiri. Giska namanya, ia sudah kehilangan kesuciannya sejak ia masih belia.
Syock, malu, marah dan kecewa, semua ia rasakan dan ia pendam sendiri. Dengan segala cara ia berusaha melawan rasa traumanya. Ia ingin bisa terbebas dari bayang-bayang kejadian memilukan itu.
Karena tidak ingin terus-terusan menjadi tempat pelampiasan oleh Bapaknya,ia rela bekerja menjadi pembantu supaya ia bisa keluar dari rumahnya.
Tantangan demi tantangan ia hadapi, sampai suatu hari hanya demi mendapatkan uang 9 juta, ia terpaksa menjadi istri kedua dari pria asing yang baru ia kenal dalam beberapa hari.
Bagaimana kehiduapan Giska setelah ini? Akankah dia bisa bahagia, atau malah sebaliknya?
Yuk, mari simak kisah lengkapnya di sini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Ws, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bapak selalu saja seperti ini!
"Ohh astaga... Aduh mati aku, pasti kena marah lagi aku, dan pasti harus bayar ganti rugi, ini." Tubuh Giska melemas seketika. Ia meras takut karena tak sengaja merusak resleting jacket milik Vellyn.
"Kenapa sih setiap melakukan pekerjaan, aku selalu saja membuat kesalahan." Batin nya, Giska pun terus melanjutkan menyetrika semua baju-baju itu, kali ini ia sangat berhati-hati agar tak membuat kesalahan lagi. Selang tak berapa lama, akhirnya ia selesai juga menyetrika nya.
Hooaammmzz
Giska sudah berulang kali terlihat menguap, ia benar-benar sudah mengantuk, kini ia sudah berada di kamarnya, ia juga sudah merebahkan tubuhnya di atas kasurnya, tanpa menunggu waktu lama, ia pun tertidur.
******
Keesokan harinya, seperti biasa Giska dan Atem bangun pagi-pagi dan segera mengerjakan tugas nya masing-masing, terkadang Giska juga membantu pekerjaan Atem, jika dirinya sudah selesai mengerjakan pekerjaan nya sendiri.
"Bi, semalam aku tidak sengaja merusak resleting jacket milik Vellyn, kira-kira Ce Diana marah apa tidak ya, Bi?"
"Sepertinya gajimu akan di potong, Gis." Ucap Atem.
"Potong gaji?"
"Iya, Gis. Dulu Bibi pernah tak sengaja membuat 1 kaos berwarna putih milik Non Sephine terkena lunturan, dan akhirnya gaji Bibi di potong 75 ribu, padahal itu hanya kaos oblong biasa, dan sejak saat itu Bibi jadi lebih berhati-hati lagi supaya tidak terus-terusan kena potong gaji." Ujar Atem.
"75 ribu? lalu aku nanti kena potongan berapa, Bi?"
"Ya mungkin menurut harga jacket itu."
"Jacket ini pasti mahal harga nya, kalau harganya sampai 450 ribu, bulan depan aku tidak akan menerima gaji, Bi." Ucap Giska sedih, ia membayangkan jika semua itu benar bagaimana jadinya, apalagi ini masih awal-awal bulan, lalu bagaimana jika hari-hari esok ia melakukan kesalahan lagi, bisa-bisa ia jadi berhutang untung membayar ganti rugi nya.
"Tidak, tidak." Giska menggelengkan kepalanya sembari ia menjambak rambutnya sendiri.
"Hei, Gis. Kau kenapa?"
"Ah, tidak apa-apa, Bi."
"Hmm, ya sudah mulai sekarang kau harus lebih hati-hati, bukan hanya baju saja, kau juga jangan sampai merusak barang-barang yang ada di rumah ini." Tutur Atem.
"Iya, Bi."
˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚
"Gis, kau temanilah Vellyn di kamar nya, hari ini dia libur dulu sekolah nya." Tutur Diana.
"Baik, Ce."
"C-ce..." Panggil Giska ragu-ragu.
"Ya, ada apa?"
"Sebelumnya saya minta maaf, saya tidak sengaja merusak resleting jacketnya Vellyn." Giska menunduk, ia sudah bersiap menerima kemarahan Diana.
"Jacket yang mana?"
"Jacket yang berwarna merah muda, Ce."
"Rusak bagaimana? coba kau bawa sini, biar ku lihat!" seru Diana. Giska mengangguk lalu ia segera mengambil jacket itu.
"I-ini, Ce." Giska menyerahkan jacket itu, dan Diana pun langsung menerima nya.
"Lain kali kau harus fokus jika sedang mengerjakan sesuatu, jangan terus-terusan ceroboh seperti ini!" seru Diana.
"Ba-baik, Ce. Saya minta maaf."
********
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tanpa terasa Giska sudah 11 bulan bekerja di sini, 9 bulan yang lalu gaji Giska di potong 150 ribu sebagai ganti karena telah merusak resleting jacket milik Vellyn, dan bulan-bulan selanjutnya ia juga masih terkena potongan gaji karena tak sengaja melakukan kesalahan yang lain nya, meskipun sebenarnya Giska sudah sangat berhati-hati dalam mengerjakan pekerjaan nya, namun ke apesan selalu saja mendatangi nya, pasti ada saja kesalahan yang ia buat secara tidak sengaja.
Dalam 11 bulan ini, dengan gaji 450 ribu per bulan, Giska sudah bisa membeli anting-anting nya sendiri, ia juga sudah membeli ponsel baru untuknya, dan juga membelikan ponsel untuk Bapak nya, hanya ketiga barang itu saja yang bisa ia beli dalam waktu 11 bulan ini.
Drtt, drtt, drtt.
"Hallo, Pak." Sapa Giska.
"Gis, pulanglah! Bapak sedang sakit." Ucap Bram dengan suara terdengar berat.
"Bapak sakit apa? apa bapak sudah ke dokter?" tanya Giska panik.
"Belum, kau cepat pulanglah!"
"Tapi, Pak?"
"Aku tidak mau tau, kau harus pulang sekarang juga!" seru Bram, lalu ia langsung memutus panggilan nya.
Giska mengela napasnya, "Bapak selalu saja seperti ini," gumam nya.
Bram memang selalu seperti ini, suka memaksa, dia minta ini, ya harus ini. Bram adalah orang yang tidak bisa menahan rasa sakit, jadi setiap ia sedang sakit, ia selalu saja berlebihan, selalu bicara ngawur, dan itu membuat Giska merasa tidak tega melihat nya. Namun setiap Giska ingin pulang, ada rasa takut yang selalu menghantui nya, ketakutan yang membuatnya dilema, ia bingung memilih antara berbakti kepada orang tua atau melindungi diri nya sendiri dari kelakuan buruk Bapak nya. Namun lagi-lagi Giska memilih untuk berbakti kepada Bapak nya.
Dengan ragu Giska langsung menemui majikan nya, ia meminta izin untuk pulang saat ini juga, beruntung majikan nya mau memberinya izin, namun hanya 2 hari saja.
"Terimakasih, Ce."
"Ya, 2 hari kau harus kembali kesini lagi."
"Baik, Ce."
˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚
"Bi, aku mau pulang." Pamit Giska kepada Atem.
"Kenapa mendadak begini? ini kan sudah malam."
"Iya, Bapak sakit, Bi. Jadi aku di suruh pulang."
"Kasihan juga Bapak mu, Gis. Di rumah sendirian, apalagi saat sakit seperti ini, tidak ada yang mengurusnya." Ucap Atem.
"Iya, Bi."
"Apa kau di jemput oleh Yuli?" tanya Atem.
"Tidak, Aku tidak enak jika terus-terusan merepotkan Mbak Yuli. Aku pulang bersama Mas Ari, mungkin sebentar lagi dia datang." Ucap Giska.
"Hmm, dia baik juga ya, Gis. Dia selalu mau mengantarkan mu kemana-mana."
Giska dan Ari sudah mulai dekat 2 bulan yang lalu, sebelum nya Giska selalu cuek dengan Ari, namun Ari tak pernah menyerah mendekati Giska, dia selalu punya cara sendiri sampai akhir nya Giska mau berteman dengan nya.
"Hehe, iya, Bi. ehm ya sudah aku pamit dulu, ini Mas Ari mengirim pesan, katanya dia sudah menunggu di depan." Ucap Giska.
"Ya, hati-hati, Gis."
Giska mengangguk, lalu ia segera berjalan ke depan.
"Maaf sudah menunggu lama, Mas."
.
.
.
Bersambung...
Haii.. mohon dukungan nya ya, beri like , komen dan rate. Tapi jika mau vote juga gpp, hehe ..Terimakasih🙏🙏🙏
ajik juga ngapain si wanita kek gitu dipertahankan ajik, gedek aing KA awewe kang selingkuh th naudzubilah . author nya bisaan ni bikin emosi pembaca 😭😭 maaf ya Thor 🤭