Nara adalah anak bungsu dari tiga saudara, Kedua Kakak nya selalu hidup di perhatikan oleh orang tua nya. Segala sesuatu pasti di turuti, Beda hal nya dengan Nara yang selalu tersisih dalam keluarga, karena dia bukan lah anak dari istri sah nya Tono.
Suatu hari Nara berjuang untuk hidup dan mati karena di tabrak oleh Nayla Kakak nya sendiri, Saat sedang sekarat. Seorang pria misterius menyelamatkan nya dan mendidik Nara menjadi sosok yang kuat, Lima tahun kemudian Nara kembali lagi dan membalas sakit hati nya kepada keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Di hukum Ibu
Bangun pagi Nara merasakan tubuh nua sakit semua karena habis di hajat bagai kan binatang, Melipat mukena usang nya yang memang sudah lama sekali tak pernah ganti, Dulu dia dapat itu ketika Zizi mau ganti yang baru dan dia meminta bekas Zizi, Anak orang kaya mau pakai mukena pun sampai harus minta dulu kepada teman nya. Nara memang tak pernah gengsi karena dia sama saja bagai kan orang miskin lain nya, Orang memandang rumah nya yang sangat. Besar dan semua nya ada, Namun Nara merasakan hidup nya bagai neraka, Bahkan kamar gadis kecil ini pun yang paling belakang bersama dengan para pembantu. Setelah melipat mukena dan juga sajadah nya, Nara keluar untuk menemui Ibu nya, Barang kali saja Bu Lastri mau mendengarkan aduan nya, Karena dia beranggapan bahwa Ibu akan punya hati yang lebih lembut bila di banding kan dengan sang Ayah.
Ingin sekali rasa nya Nara merasakan elusan lembut tangan Bu Lastri pada luka memar yang ada di punggung, Barang kali saja rasa sakit ini akan hilang karena belaian lembut seorang Ibu, Walau sejak dulu dia tak pernah mengalami masa itu, Namun kali ini Nara memberanikan diri untuk menemui sang Ibu di dalam kamar, Toh semua harus di coba agar tahu hasil nya.
"Ibu." Panggil Nara pelan saat Bu Lastri sedang duduk di meja mini bar.
Tak ada sahutan sama sekali dari Bu Lastri yang asik menenggak wine, Entah tidak dengar atau memang mengabaikan panggilan putri bungsu nya. Yang pasti Nara sudah sedekat ini saat memanggil nya, Namun Bu Lastri tetap cuek saja, Maka Nara pun kian mendekat dengan tangan terulur ingin menyentuh lengan Ibu nya, Menggunakan kesempatan di pagi yang sepi ini karena kedua saudara nya sudah pergi bekerja di perusahaan yang cukup ternama, Pak Tono entah sudah bangun atau sudah pergi dari rumah ini karena pria itu memang jarang ada di rumah.
"Bu." Nara menyentuh lengan Ibu nya.
Praaaak.
Botol wine yang kaca itu menghantam kening nya Nara hingga berdarah, Namun yang lebih berdarah adalah hati nya Nara, Menyesal sekali karena sudah menuruti kata hati nya untuk mendekat pada wanita yang punya gelar Ibu. Tak ada beda nya Ayah dan Ibu, Mereka sama sama tak menyukai Nara, Bahkan Bu Lastri sama sekali tak menunjukan wajah menyesal karena sudah memukul kepala putri nya dengan botol wine. Malahan dia melotot dengan bengis sehingga nyali Nara menciut seketika, Darah sudah mengalir sampai pipi nya karena luka itu memang cukup lebar.
"Aku sudah berapa kali bilang padamu, Jangan sentuh aku dengan tangan najis mu!" Bentak Bu Lastri.
"Kenapa aku najis, Bu?" Nara bertanya sambil menangis.
"Masih bertanya kau, Bangsat! Semua masalah yang ku alami ini gara gara kau." Bu Lastri sangat marah.
"Salah ku apa pada kalian semua? Kenapa kalian begini padaku, Salah ku apa." Isak Nara.
"Berani sekali kau berkata keras padaku! Ingat kau hidup karena belas kasih ku, Tanpa ada nya aku maka kau akan jadi gelandangan." Sinis Bu Lastri.
"Aku lebih baik jadi gelandangan saja, Bu! Dari pada hidup ku begini dengan kalian." Teriak Nara.
Semakin geram hati Bu Lastri karena gadis kecil ini berani berteriak di hadapan nya, Maka dia segera menyeret Nara yang memang tubuh nya sangat ringan. Walau Nara sudah berontak karena ketakutan dengan apa yang akan Ibu nya lakukan, Namun dia tak kuat melawan karena pembantu sudah membantu juga untuk membaw Nara kebelakang rumah.
"Masukan dia kedalam drum itu!" Titah Bu Lastri.
"Cepat masukan, Kenapa kau cuma bengong saja." Yani pembantu rumah menyuruh Inal tukang kebun.
Inal masih agak ragu karena dia kasihan melihat Nara yang menangis meronta ronta minta di lepaskan, Bagai mana pun dia punya rasa iba karena Nara adalah manusia yang tak pantas di perlakukan seburuk ini.
"Masukan dia atau ku pecat kau." Ancam Bu Lastri.
"Jangaaan, Buuu! Ku mohon jangan begini padaku." Teriak Nara yang sebelah tangan nya di pegang Yani.
Plaaak.
"Hiks, Hiks!"
Nara kian menangis karena mulut nya di tampar menggunakan sandal kayu milik Bu Lastri, Bahkan gusi nya sampai berdarah, Seluruh tubuh gadis ini terasa sangat sakit. Dia menyesali karena sudah lancang mengharapkan belaian dari sosok Ibu atas sakit yang sudah ia alami, Andai saja tadi dia langsung pergi kekebun maka tak akan mengalami siksaan part dua, Karena Bu Lastri juga tak punya iba kepada diri nya.
"Gara gara kau hidup ku rusak! Andai saja kau tak datang dalam kehidupan ku, Maka aku tak akan begini." Teriak Bu Lastri.
"Maafkan aku, Buuuu." Nara Kian terisak pedih.
"Kau pikir maaf mu saja bisa mengubah keadaan, Aku tetap menderita walau kau minta maaf." Geram Bu Lastri.
"Maka nya jangan banyak tingkah, Kau membuat Nyonya pusing saja." Yani malah ikut memarahi.
Inal mencubit lengan istri nya agar tak ikut campur masalah majikan, Karena pria ini sudah kasihan melihat Nara yang terus di perlakukan seperti ini. Kesalahan kecil saja bisa membuat Nara mati matian menahan pukulan, Dan dia saja sekali tak punya tempat untuk mengadu.
"Katakan apa salah ku pada mu, Bu? Agar aku tahu kenapa kalian semua membenci ku." Isak Nara bersujud di kaki Bu Lastri.
"Apa kah semua ini belum cukup jelas? Ayah mu tukang selingkuh, Apa kau tidak berpikir kenapa aku membenci mu!" Bu Lastri menginjak kepala Nara.
"Aaaggghh, Ampun!" Pekik Nara histeris.
"Masukan dia kedalam drum sekarang, Mood ku semakin hancur karena melihat bedebah haram ini." Geram Bu Lastri.
"Tidaaaaak, Ku mohon jangan." Jerit Nara berontak.
Namun tenaga Inal jauh lebih kuat dari pada diri nya yang sangat kecil, Maka Nara segera masuk kedalam drum yang sangat besar itu, Seluruh tubuh nya terasa sangat dingin sekali, Mana air drum juga sedang penuh sehingga Nara kelabakan untuk mencari nafas. Andai saja dia tak bisa berenang, Maka dia akan tenggelam di dalam sini
"Ibuuuuuu, Keluar kan aku dari sini." Pekik Nara berenang kesana kemari.
"Heh! Rasakan itu, Kehadiran mu dan Ibu mu membuat ku sesak saja." Bu Lastri berdecih sinis.
Segera meninggalkan tempat ini karena sudah selesai mengurus Nara, Pak Tono gemar berselingkuh dan sampai puncak nya dia membawa anak kecil hasil perselingkuhan nya dengan gadis di kota, Mau tak mau Bu Lastri mengurus nya karena dia tak mau kehilangan harta dari Pak Tono, Namun dia tak pernah bersikap baik pada Nara sejak kecil.
😆
Tapi bagus sih, berani nulis kyk gini