"Ini surat pengunduran diri saya tuan." Laura menyodorkan sebuah amplop pada atasanya. "Kenapa Laura? Apa yang harus saya katakan jika tuan Jimmy datang?" Ucap kepala bagian yang menerima surat pengunduran diri dari Laura. wanita bernama Laura itu tersenyum, "Tidak perlu jelaskan apapun Tuan, di dalam surat itu sudah ada penjelasan kenapa saya resign." Setelah dua tahun lebih bekerja di perusahaan besar, dengan terpaksa Laura chow mengundurkan diri karena suatu hal yang tidak memungkinkan dirinya harus bertahan. Lalu bagaimana dengan atasanya yang bernama Jimmy itu saat tahu sekertaris yang selama ini dia andalkan tiba-tiba resign?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah benar-benar hamil
Setelah kepergian Emir, Laura duduk termenung di meja kerjanya, entah apa yang sedang wanita hamil itu pikirkan, namun ucapan Emir tadi cukup membuat Laura kepikiran.
"Tuan Jimmy belum lama ini baru bisa masuk kantor, beliau sakit beberapa bulan, Emm sebenarnya bukan sakit kata dokter tuan Jimmy mengalami sindrom couvade. Hanya saja nona Celine tidak sedang hamil dan tuan Jimmy yakin jika sakit yang dia alami bukan seperti apa yang dokter katakan."
"Jadi selama ini dia yang mengalaminya," Gumam Laura dengan pikiran berkelana.
Setidaknya dia bisa menjalani harinya dengan baik, mual dan muntah yang ia alami hanya sekali setiap pagi, tidak terlalu menganggu dan ternyata sebuah di alami oleh Jimmy.
"Mbak Laura!" Amalia menggoyangkan tangannya didepan wajah Laura yang melamun.
Laura tersentak saat mendengar suara keras Amalia barusan.
"Lia, kamu sudah kembali?" tanya Laura dengan wajah terkejutnya.
"Dari tadi mbak, mbak melamun jadi tidak tahu kalau aku sudah datang sejak tadi." Tutur Amalia.
"Jangan sering melamun mbak, ngak baik apalagi mbak sedang hamil." nasehat Amalia. "Ini martabak pesenan mbak, di makan mumpung masih panas." Amalia menyodorkan martabak panas yang harumya sudah menguar kemana-mana membuat bibir Laura langsung tersenyum senang.
"Makasih ya Lia," Ucap Laura.
"Iya mbak, yasudah aku kedepan dulu."
Laura hanya mengangguk saja, tangannya membuka kotak martabak yang baunya menggugah selera, air liurnya seperti akan menetes saat melihat makanan manis yang menurutnya sangat enak itu.
"Umm, baunya sangat lezat," gumam Laura yang sudah tidak sabar untuk mencicipi.
*
*
Emir sampai di hotel tempatnya menginap, pria itu sejak tadi memikirkan Laura.
"Dia hamil karena sudah menikah, tidak mungkin jika dia hamil dari tuan Jimmy." Pikir Emir yang memang lebih teliti dengan penglihatannya.
Emir melihat jam tangannya, dua jam lagi dia akan kembali ke LN, karena Tuan Jimmy menyuruhnya agar cepat kembali setelah pekerjaan selesai.
Paris, Prancis..
Hari ini adalah festival film yang dibintangi oleh Celine, Jimmy sebagai seorang suami jelas sedang menemani wanita cantik yang terkenal di dunia entertainment itu, model sekaligus aktris semua Celine raup dengan kemampuannya yang sangat di banggakan.
"Sayang, bagaimana?" Celine baru saja keluar dari kamarnya yang sejak dua jam lalu berkutat dengan MUA terkenal.
Jimmy yang sudah menunggu hanya menatap Celine dan mengangguk.
"Kamu selalu cantik dan memukau sayang," Gumam Jimmy sambil merengkuh pinggang Celine sang istri.
Celine terseyum senang, ia tidak akan muncul dengan riasan yang gagal, dirinya harus terlihat sempurna di setiap mata orang yang menatapnya.
"Emm, kau memang suami ku yang paling tampan." Celine mengecup sudut bibir Jimmy, tidak peduli saat ada beberapa orang MUA yang berjalan melewati mereka.
Keduanya berjalan beriringan untuk menuju ke acara, setelah tiga bulan lebih hanya didalam rumah, kini Jimmy kembali bisa menghirup udara luar yang beberapa minggu baru ia rasakan. Rasa mual dan pusing kepalanya benar-benar membuatnya tersiksa, Jimmy seperti orang pesakitan namun tak mendapatkan obat yang bisa membantunya untuk sembuh.
"Laura apa kau benar-benar hamil."
Pertanyaan itu selalu bersarang di otak Jimmy, diam-diam Jimmy memacari keberadaan Laura melalui anak buahnya, namun hasilnya belum terlihat, Laura seperti hilang dari kehidupannya.
Ting
Sebuah bunyi notif pesan masuk di ponsel Celine, wanita itu berhenti sebentar untuk melihat pesan dari orang yang menurutnya penting.
"Datanglah ke Bali, aku menunggumu."
Bibir Celine tersenyum miring, mendapat pesan yang pasti membuatnya akan senang.
"Ada apa?" tanya Jimmy saat melihat sang istri terseyum.
"Tidak apa-apa, hanya sebuah pesan tawaran pekerjaan." Jawabnya diiringi dengan sebuah senyuman.
Jimmy hanya mengangguk, dan keduanya masuk kedalamnya mobil Limosin yang akan membawa keduanya.
"Kali ini aku akan mendapatkan mu."