NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta CEO

Terjerat Cinta CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO
Popularitas:22.7k
Nilai: 5
Nama Author: ainaa

"Al..." Elen mengguncang bahu Al pelan saat bocah itu sedang bermain ponsel, "Pikirin cara buat nolak dong, Al. Mama gak mau nikah!" Adu Elen agak bersungut-sungut.

Al menggelengkan kepala, "Jangan gangguin Al, ma. Nanti afk." Sahut bocah itu tidak ingin diganggu.

"Ih kesel banget." Elen mendengus menatap kesal putranya lalu menoyornya pelan.

"Kan, Al udah bilang mama lihat nanti aja. Kalau pertemuannya lancar jadi nikah kalau enggak ya udah batal."

Ini baru awal dari kisah mama Elen yang dikejar secara brutal dan ugal-ugalan oleh Daddy Aksa, seorang CEO perusahaan. Dan juga masih ada dua remaja nakal bin ajaib bernama Calvin Chris Marin dan Arkana Ephraim Axelle yang akan merecoki hidup Elen dan Aksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Bab 25

Elen yang belum lama terlelap harus terbangun karena suara dering ponselnya yang sangat mengganggu. Panggilan telepon dari kepolisian yang mengabarkan jika sang putra tengah berada di sana karena balapan liar, membuat Elen membuka mata lebar.

Dia membuang napas kasar seraya bergerak turun dari tempat tidur usai menerima telepon dari pihak kepolisian. Melangkah panjang dengan tergesa menuju kamar sang putra. Memastikan bocah nakalnya itu benar-benar tidak ada dirumah. Sampai di dalam kamar Al, Elen menghembuskan napas panjang dan berat, bocah nakalnya benar tidak berada di dalam kamar. Al sungguh tertangkap balapan liar lagi. Bocah nakal itu pasti menyelinap kabur saat Elen tidur.

"Bocah nakal." Gumam Elen menutup pintu kamar Al dan kembali ke kamarnya. Duduk di tepi ranjang dan memeriksa jam di layar ponselnya. Pukul 01.00, dia merasa sangat mengantuk tetapi harus menjemput Al. Elen kembali beranjak berniat pergi ke walk ini closet untuk mengganti pakaiannya namun baru dua langkah berjalan, ia terpikirkan seseorang yang mungkin bisa menggantikan dirinya menjemput Al. Tanpa menunggu lama, Elen menghubungi Aksa, orang yang akan dia suruh menjemput Al. Setelah pria itu setuju menjemput Al, Elen kembali naik ke tempat tempat tidur dan melanjutkan tidurnya. Tak lupa menarik selimutnya hingga dada.

"Lumayan juga kalau ada suami, ada yang bantu ngurusin Al." Gumam Elen Elen senyum tipis lalu memejam. Ia harus segera tidur kembali karena besok harus bangun pagi buta.

"Kok om yang jemput? Mama mana?" Tanya Al melihat yang menunggu dirinya Aksa bukan sang mama, bahkan Al tidak melihat keberadaan Elen disana.

"Mama kamu ngantuk. Jadi, minta om yang jemput kamu." Jawab Aksa.

"Hah?" Al mengerjap tak percaya apa yang didengarnya, "Tumben, biasanya mau ngantuk, hujan, badai, petir, angin ribut pun diterjang kalau tahu Al di kantor polisi." Gumam Al bingung.

Aksa justru tersenyum tipis seraya mengusap kepala Al, "Mungkin karena udah ada om, mama kamu mau sedikit nyantai. Om juga nggak masalah." Kata Aksa datar.

Al cemberut, "Padahal belum nikah, mama udah mau buang aku ke om." Cebiknya tak percaya.

"Bisa aja calon anak lo, Sa." Kekeh Garry menggelengkan kepala.

"Nggak tahu serusuh apa rumah gue nanti." Gumam Aksa pelan nyaris tak terdengar.

"Om yang punya kafe waktu itu?" tanya Al menatap Garry yang berdiri di samping Aksa.

"Kamu ingat?" Al mengangguk.

"Garry, sahabat calon Daddy kamu." Kata Garry mengulurkan tangannya. Niatnya mengajak Al untuk bersalaman tapi Al malah mencium tangan Garry membuat Garry melongo. Arka saja tidak pernah salim padanya selama ini. Ternyata Elen cukup baik membesarkan Al menjadi bocah yang bisa menghormati orang yang lebih tua.

"Al, calon keponakan om." Kata Al ikut memperkenalkan diri setelah salim pada Garry.

"Ada apa? Kalian udah pernah ketemu?" Tanya Aksa.

Al dan Garry serempak mengangguk.

"Dimana?"

"Kafe gue, Sa." Jawab Garry singkat. Aksa mengangguk paham, sedikit penasaran tapi nanti saja dia bisa bertanya pada Garry secara pribadi.

"Ayo om, pulang!" Ajak Al yang berjalan lebih dulu keluar dari kantor polisi disusul Aksa dan Garry.

30 menit kemudian mobil yang dikemudikan oleh Aksa itu berhenti di depan gerbang rumah Elen.

"Om, tunggu dulu. Biar Al duluan yang masuk." Ucap Al bergegas turun dari mobil, Aksa hanya mengangguk merespon Al.

"Lah mau kemana tuh bocah?" Tanya Garry menunjuk Al yang berjalan ke arah lain bukannya ke gerbang. Aksa jadi ikut memandang ke arah telunjuk Garry.

Al, bocah itu dengan lihai memanjat tembok dan melompat masuk ke pekarangan rumah Elen, lalu terlihat bocah itu muncul dari samping rumah berlari masuk ke dalam rumah. Semua bisa Aksa dan Garry lihat karena gerbang rumah Elen berupa pagar jeruji besi yang bisa memperlihatkan keadaan pekarangan rumah Elen dengan bebas.

"Monyet." Kelakar Garry tak habis pikir dengan kelakuan Al, "Gitu cara dia kabur dari rumah."

Tak lama Al keluar dari dalam rumah berlari kecil membuka gerbang. "Masuk, om!" Teriak Al kemudian sambil membuka lebar gerbang rumahnya.

Mobil yang dikemudikan Aksa pun perlahan memasuki pekarangan rumah Elen, dan berhenti. Sementara Al menutup kembali gerbang rumahnya dan mengunci pintunya.

"Nginep aja, om. Udah jam 2." Ucap Al.

Aksa dan Devan yang memang merasa lelah dan mengantuk mengangguk setuju. Al sendiri menyiapkan kamar tamu untuk Aksa dan Devan.

"Mau Al buatin kopi nggak, om?" Tanya Al.

"Nggak usah, kamu tidur aja sana. Besok sekolah." Ucap Aksa dan Al mengangguk. Al lalu pamit pergi ke kamarnya. Sedangkan Aksa menyusul Devan yang sudah lebih dulu masuk ke kamar tamu.

"Sa, lo nyium bau nggak?" Tanya Garry begitu Aksa masuk ke kamar tamu. Aksa mengendus-endus seolah mencari aroma tapi tidak merasa apapun. "Nggak." Jawab Aksa.

"Ck, masa lo nggak bisa nyium bau kenyamanan di rumah ini? Gue aja baru pertama kali ke sini rasanya aneh. Nyaman. Tenang. Padahal nih rumah jauh dibanding rumah kita." Garry si paling jarang banyak omong tiba-tiba berceloteh, luar biasa.

"Mau jadi adik ipar gue lo?" Tanya Aksa, "Kalau mau lo bisa jadi bagian keluarga gue."

"Cih, nikah aja belum udah ngaku-ngaku jadi kakak ipar." Ejek Garry.

"Bentar lagi sah." Balas Aksa santai, "Elen punya adik sepupu. Kalau lo mau coba buka hati." Imbuh Aksa yang tahu sudah lama sekali sahabatnya itu menutup rapat hatinya dari betina.

"Gue tahu."

"Tahu darimana, lo? Gue belum pernah cerita?" Selidik Aksa.

Garry menghelakan napas, sementara Aksa naik ke atas ranjang bersiap tidur, "Beberapa hari yang lalu Al sama temen sekolahnya duel di kafe gue. Lumayan bikin rusuh kafe gue, jadi gue panggil wali mereka. Gue nggak tahu kalau Elen lagi ke Jogja yang datang sebagai wali Al tantenya." Ucap Garry bercerita.

Aksa yang sempat memejam itu membuka Aksa kelopak matanya, "Masalah apa?"

"Jadi bocah itu mancing emosi Al bilang kalau...." Garry melanjutkan ceritanya, apa yang terjadi di kafe. Dan, bagaimana Rissa menyelesaikan masalah itu.

"Matre banget calon adik ipar lo." Kekeh Garry merasa lucu mengingat cara Rissa memoroti Rani.

Namun bukannya menanggapi kekehan Garry, Aksa justru mengetatkan rahangnya giginya bergemeletuk menahan amarah mendengar cerita Garry barusan. Ternyata ada juga yang berani menghina Elen. Kurang ajar!

"Santai, Sa." Garry menepuk bahu sahabatnya, "Besok lo bisa balas siapapun yang mengusik Elen dan keluarganya. Santai."

"Dia bukan wanita seperti itu." Tegas Aksa. Iyalah, dia yang mendapatkan Elen dalam posisi janda tapi masih virgin. Jadi, nggak mungkin Elen seperti yang dituduhkan Toni. Bocah bau kencur tapi mulutnya busuk kek sampah.

"Gue tahu. Udah ayo tidur. Gue ada meeting jam 9 besok."

Tidur bersama Garry di ranjang yang sama mengingatkan Aksa pada masa kuliah mereka dulu. Garry sering sekali menginap di rumahnya. Sambil mengurus si Arka yang masih kecil.

Pagi harinya. Al bangun lebih awal dari biasanya, bocah itu terlihat sibuk di dapur sudah lengkap dengan seragam sekolahnya sampai tidak sadar ada Aksa di belakangnya. Disusul Garry yang berdiri di sebelah Aksa.

"Kamu ngapain Al?" Tanya Garry membuat Al membalik tubuhnya. Bocah itu membawa dua cangkir di kedua tangannya.

"Buat kopi, om. Ayo sarapan, om!" Ajak Al sembari berlalu melewati Aksa dan Garry yang kemudian disusul kedua pria dewasa itu. Mereka menuju ruang makan.

"Kopi buat kita, Al?" Tanya Garry.

Al mengangguk. Ketiga orang itu duduk mengambil posisi di kursi masing-masing. Aksa jelas memilih kursi ujunglah, biar kelihatan kayak kepala keluarga.

"Mama kamu mana, Al?" Tanya Aksa merasa rumah terlalu sepi.

"Sudah berangkat om. Mama udah pergi dari jam 4 tadi." Jawab Al.

"Jam 4?" Ulang Aksa.

"Iya, ada pesanan 1000 snack box diambil pagi. Jadi, mama ke Cake Bray. Mastiin langsung pesanan snack box itu aman sampai dikirim ke yang pesan." Jelasnya yang memang selalu tahu jadwal sang mama.

"Sering emang mama kamu pergi pagi banget?" Garry ikut kepo.

"Seringlah om, dulu pas karyawan mama belum banyak, mama sama tante Rissa bisa nggak tidur semalaman lembur ngurusin pesanan snack box. Al juga ikut, ngemper tidur di toko. Pas Al belum segede ini. Kalau sekarang mah karyawan mama udah banyak. Kalau ada pesanan paling mama perginya jam 4 ngontrol packing aja, sama mastiin rasa snacknya gak ada masalah." beber Al sedikit tentang kehidupan mereka.

"Berarti tante kamu juga udah pergi ikut mama kamu?" Garry bertanya lagi memastikan sedangkan Aksa diam mendengarkan sambil berpikir serius. Entahlah apa yang dipikirkan pria matang itu.

"Nggak." Jawab Al, "Tante juga udah pergi tadi bareng mam. Cuman kalau tante ada pemotretan foto katalog produk gitu kayaknya, dia selebgram."

"Sepagi ini pemotretan?"

Al mengangguk lagi menjawab Garry, "Soalnya nanti kan langsung kuliah habis pemotretan. Studio fotonya punya teman tante jadi bisa kapan aja."

"Kalian nggak lagi kekurangan duit kan, Al?" Celetuk Garry membuat Aksa menoleh pada sahabatnya. "Sa, jam 4 mereka udah kerja. Kalau nggak kesusahan duit, lo pikirlah. Jam 4, Sa. Jam orang masih enak narik selimut." Ucap Garry pada Aksa.

Aksa pikir ada benarnya ucapan Garry, dia lalu beralih menatap Al. Al yang langsung peka tatapan Aksa langsung buka suara, "Nggak, kami gak kekurangan uang, kok. Mama sama Tante emang gila kerja dari dulu." Jawab Al jujur.

"Kamu yakin, Al?" Tanya Aksa memastikan.

"Iya, mama lagi ngincer mau beli tanah makanya kerja keras. Kalau tante Rissa duitnya baru nipis abis buat beli mobil makanya kerja keras mulihin tabungannya." Kelakar Al jujur. Dia emang bocah nakal tapi selalu tahu apa yang terjadi di dalam rumah. Termasuk rencana masa depan Elen dan Rissa soalnya dia suka menguping saat Elen dan Rissa tengah membahas masa depan.

Aksa dan Garry manggut-manggut paham. Ada kebanggan tersendiri mendengar penuturan Al bagaimana dua perempuan yang sangat ambis akan pekerjaan mereka.

"Ayo makan, om." Al membuka tudung saji. Ada bubur, kuah kuning, opor ayam, suwiran ayam, daun bawang, bawang goreng. Yang masing-masing dalam mangkuk. Kerupuk serta sirup gula jawa/juruh(bahasa jawa) yang kental.

"Siapa yang masak, Al?" Garry kepo lagi melihat menu makan pagi mereka.

"Mama sama tantelah." Jawab Al mengambilkan piring dan sendok untuk Aksa dan Garry, "Mungkin bangun jam 3. Ayo om, mau bubur ayam atau apa ambil sendiri, om. Kalau aku suka bubur sumsum." Al mengambil bubur yang lalu dituang sirup gula jawa lalu bersiap menyantapnya.

"Gila." Umpat Garry pelan.

"Makan!" Tegur Aksa jadilah tiga lelaki itu makan dengan tenang. Setelah makan, mereka langsung pergi. Al berangkat sekolah sedangkan Aksa dan Garry pulang ke rumah Aksa yang lebih dekat untuk membersihkan diri dan pergi bekerja setelahnya.

***

Siang hari di Cake Bray. Elen sedang bersantai di ruang istirahatnya saat salah satu karyawannya tiba-tiba mengetuk pintu membuat dirinya yang semula berbaring di sofa beranjak malas untuk membuka pintu.

"Kenapa, Sin?"

"Ada tamu, bu."

"Siapa?" Tumben Elen memiliki tamu siang-siang begini.

"Pak Bagas namanya bu." Jawab Sinta.

Elen mengangguk, "Tolong kamu arahkan duduk dulu, saya bentar lagi turun." Ucap Elen memberi perintah.

"Baik, Bu." Sinta pamit undur diri.

Elen sampai melupakan Bagas karena sibuk dengan Al dan Aksa. Dia juga tidak sampai kepikiran Bagas akan mencarinya ke toko kue miliknya.

"Bagas..." Sapa Elen, "Udah lama?" Tanya Elen ramah.

"Belum, baru aja." Singkat Bagas.

Elen duduk di seberang Bagas dengan canggung.

"Ayo makan siang bersama, aku belum makan." Ucap Bagas seraya beranjak dari duduknya.

"Tapi..." Elen menengadah sedikit ragu dengan ajakan Bagas.

"Aku laper, kamu nggak kasihan? Setelah makan aku antar kamu balik kesini, mau ya?" Bujuk Bagas.

"Yaudah, iya." Putus Elen setuju, "Kamu tunggu di luar, aku mau ambil tas sebentar." Bagas mengangguk, dan Elen beranjak pergi mengambil tasnya di ruang istirahat.

Elen dan Bagas berjalan beriringan meninggalkan area cake Bray menuju mobil Bagas. Pria itu membukakan pintu mobil untuk Elen setelah Elen masuk, Bagas berjalan memutar masuk ke bagian kemudi. Setelahnya mobil yang dikemudikan Bagas melaju pelan.

Tanpa mereka tahu, Aksa menahan geram melihat Elen pergi bersama pria lain tepat di depannya. Aksa niatnya ingin mengajak Elen makan siang tapi siapa sangka dia malah melihat Elen jalan dengan pria lain.

"Sa." Panggil Brian pelan yang menyadari raut wajah sahabatnya sudah menggelap tidak bersahabat.

"Ikuti mereka, Bri!" Perintah Aksa.

1
Dizzah Afkar
mesem mesem q nyaaa😅😁😁
etina_
semangat terus karyanya sukses selalu
etina_
otor mending si Aksa manggil aku kamu atau ga pake nama kesayangan aja dari pada saya gitu kaya kaku
ainaa: proses ya temen²🥰
total 1 replies
Dizzah Afkar
alllllll
arkaaaaaaa
😁😅👍
Dizzah Afkar
linaaaa,jangan jadoli kompor loooo,,nanti ujung ujungnyaaaa ada si bagassss,,awas Lo Lina 😤
Dizzah Afkar
ayo bang Aksa gas polll,,,guwe suka gaya loooo👍👌👌👌👌
Dizzah Afkar
heleh si Zaki pake bawa mama segala,,,,si Bagas juga apaan siiiiiii kayak ulat bulu looooo.....pusinggggggg pembinornya beterbangan cuiiiiii🤣😤
Dizzah Afkar
helehhhh si zakiii pake bawa mamanya,,ini juga si bagassss kayak ulat bulu Lo,,,,pusing pusinggggg pembinor hus hus😁😤
Dizzah Afkar
lanjut thoorr,,,
suka suka👍
Melati Putri
lanjut thor, berasa kurang bacanya.
suka kali lah pokoknya
Dizzah Afkar
wahhh,,apa pembinornya akan tambah lagi ya,,,,
bang aksaaaa nikahnya yang grecepppppppppp,,,haduhhh kok gemes q sama si bagassssss🤪
Dizzah Afkar
haduuuu mblibetttt,,linaaaa Lo cari masalahhhhhh,,,elennnn kamu mbok Yo yang tegas sama Bagas,oj ngomong ya ya aja kalo diajakkkk,,,,hadeeeeeeee🤣
Lannnn🙈
Lina ko tega ya
Dizzah Afkar
ayo Thor up lagi
elen kamu yang tegas dong ke Bagas,,haduuuuuu buat masalah aja kamu Len lennn
Melati Putri
lanjut thor
Dizzah Afkar
Luar biasa
Dizzah Afkar
bagus,,,suka suka critanya
GK bikin bosen👍
anggita
like👍+☝hadiah iklan. terus berkarya tulis, moga novelnya sukses.
Killspree
Tidak bisa berhenti
Hillary Silva
Alur yang menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!