Ryo seorang pengusaha yang sukses harus menelan musibah dari tragedi yang menimpanya. Sebuah kecelakaan telah membuatnya menjadi lumpuh sekaligus buta. Istrinya sudah tidak Sudi lagi untuk mengurusnya.
Aura, adik sang istri tak sengaja hadir ditengah mereka. Aura yang memerlukan uang untuk kebutuhan hidupnya kemudian ditawari sang kakak sebuah pekerjaan yang membuat semua kejadian cerita ini berawal.
Pekerjaan apakah yang ditawarkan pada Aura?
dan bagaimana nasib Ryo selanjutnya?
Biar tau kisah selengkapnya, yuk ... di intip kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5 - Persahabatan
Awalnya Jesica melebarkan senyumnya, tapi hanya perlu beberapa detik senyum itu menyusut dan seolah wanita itu malas menyambut saudarinya.
“Apa kabarmu, Bagas?” sapa Jesica pada Bagas, terdengar basa basi.
“Baik Mba” jawab pria itu singkat.
“Masuk.” Ucap Jesica pada adik dan iparnya.
Penampilan Aura sempat membuat Ryo gagal fokus. Kecantikan dan kesederhanaanya membuat Ryo sekilas kagum dengannya, tapi ia segera menepis pikirannya yang belum terlalu jauh itu.
“Hey, suaramu itu betul-betul mirip sekali dengan Jesica” ucap Ryo pada Aura.
“Ya Mas, semua orang juga mengatakan seperti itu, aku jadi bosan mendengarnya. kalau kau memejamkan mata pasti bingung membedakan mana aku dan adikku yang miskin ini, walaupun jarak kami terpaut satu tahun, tapi suara kami sudah seperti anak kembar, aku sampai risih gara-gara suara kami sama” sambung Jesica yang sudah berada di sofa mendahului mereka.
“Maaf ya, dia memang kadang begitu” ucap Ryo yang merasa tidak enak dengan Bagas dan Aura.
“Ayo duduk!” Ryo mempersilahkan mereka duduk bergabung dengan Jesica.
Mereka berbincang santai di sofa.
Seiring waktu, kedekatan antara Ryo dan Bagas terjalin seperti dua orang sahabat. Karena hanya Bagas yang paling memahami Ryo, mereka memiliki kecocokan pemikiran, kecocokan ketika mengobrol, dan mereka saling memahami persoalan masing-masing. Mereka sering pergi refreshing bersama, atau sekedar mengisi waktu libur.
Di suatu siang, Ryo mengajak Bagas makan siang di restauran bintang lima langganan Ryo. Bagas nampak canggung dan tidak percaya diri berada disana. Semua kemewahan dan fasilitas restauran, juga para pelanggan yang kebanyakan dari kalangan kelas atas membuat Bagas seolah bukan siapa-siapa dan tidak pantas berada disana.
“Ayo pesan,” kata Ryo sambil menunjuk sebuah menu di meja mereka.
“A-aku ikut Mas saja menunya” ucap Bagas sedikit canggung.
Ryo tersenyum ramah. Kemudian memanggil pelayan ber-tuxido dan penampilan rapih.
“Aku pesan yang ini, ini … semua buatkan dua.”
Pelayan menunduk dan berlalu dari sana. Ryo dan Bagas berbincang sementara menunggu menu makanan mereka datang.
“Mas, baru kali ini aku ke restauran mewah, mimpipun tidak pernah. Andai aku bisa membawa Aura kesini, dia pasti norak seperti aku” Bagas sedikit tertawa ringan diikuti Ryo yang juga ikut tertawa.
“Kapan-kapan kita bisa ajak Aura dan Jesica makan bersama disini” kata Ryo diselingin senyumnya.
Beberapa saat berlalu, mereka menikmati hidangan mewah yang belum pernah Bagas cicipi.
Bagas sempat berhenti sebentar dari makannya dan memandangi hidangan yang ada di depannya.
“Kenapa?, apa kau tidak selera makan makanan ini?” tanya Ryo bingung dengan sikap Bagas.
“Bukan begitu Mas. Aku hanya teringat istriku. Mungkin saat ini dia hanya makan tempe goreng dan sambal yang dihangatkan bekas kemarin. Sedangkan aku, … “
Ryo langsung memahami maksud Bagas dan menghela nafas ringan. “Jangan sedih begitu lah. Tenang saja, kau akan membawakan makanan yang sama yang kau makan ini untuk Aura dirumah.”
Bagas beberapa kali menolak karena tidak enak dengan Ryo, tapi Ryo tetap memesan makanan mewah untuk Aura, bahkan lengkap dengan minuman Mocha Latte yang juga dipesan untuk dibawa Bagas pulang.
Bagas tidak berhenti-berhenti mengucapkan terimakasih pada Ryo, atas makanan yang dibawanya untuk Aura juga uang yang selalu diberikan Ryo ketika mereka akan berpisah pulang.
Di mansion Ryo yang mewah, Jesica sudah menunggunya di sofa sambil menjulurkan kakinya dan memainkan ponsel.
“Mas!, kan aku sudah bilang, kau tidak perlu menghabiskan uangmu untuk mentraktir adik iparku, nanti jadi kebiasaan, mereka jadi manja jika di beri kenikmatan terus olehmu” pekik Jesica ketika Ryo baru saja meletakkan tas kerjanya di meja kaca.
“Apa Aura yang memberitahumu?” tanya Ryo.
“Bukan, tapi sekretarismu. Aku menelponnya dan dia bilang kau dan Bagas pergi ke restauran yang biasa kau kunjungi” wajah Jesica menyiratkan kekesalan.
Ryo menurunkan pundaknya dan menghela nafas kecil. “Apa yang aku beri untuk orang lain, toh tidak berpengaruh pada uang yang kuberi padamu bukan?”
“Bukan itu maksudku,-”
“Sudahlah, aku capek.” Ryo berlalu dari hadapan Jesica tanpa mau mendengar kalimat istrinya.
Malam harinya, Ryo mendekati Jesica di ranjang mereka. Ryo mencoba menggoda Jesica yang saat itu tengah asyik dengan ponselnya, tapi sikap Jesica yang kurang peka membuat Ryo sedikit gemas.
Ryo mengambil ponsel dari tangan Jesica, wanita itu menatap wajah Ryo dengan kesal.
“Ck!, apa sih, Mas! Sudah tidur saja sana!” ucapan Jesica membuat Ryo memundurkan kepalanya.
“Loh, kalo aku belum mau tidur, kenapa?” ucap Ryo sambil meletakkan handphone istrinya di bawah bantal Ryo.
“Apa kau tidak ingin bersamaku?” Ryo mulai memeluk pinggang istrinya.
Tapi Jesica justru seolah merasa risih dengan kelakuan Ryo. “Ck!, nanti saja lah Mas, aku lagi tidak mood” jawab wanita itu sambil menyingkirkan lengan suaminya.
“Selalu saja kau bilang tidak mood, lalu kapan kau bisa melayaniku?!” suara Ryo terdengan sedikit kesal.
“Nanti, kalau aku sudah mood!” Jesica bangkit dari ranjang dan keluar kamar meninggalkan Ryo sendiri di ranjang.
“Sial!” pekik Ryo geram.