setelah menjalani setahun pernikahan kontrak olivia dan barra akhirnya berhasil bercerai.
namun tanpa mereka sadari ada satu malam yang telah mereka lupakan bahwa ada suatu momen penting yang telah terjadi yang mengakibatkan kesalahan fatal bagi mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nukamah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Kita bertemu lagi
"Baik bu saya mengerti" timpal oliv saat menanggapi penuturan seniornya
Hm, anak sulung dari ketua perusahaan, hidupnya pasti seperti dari dunia lain, pikir oliv menyimpulkan sosok direktur utama yang hendak ibu miran kenalkan padanya saat itu.
Di ujung depan ruangan yang tengah ia lewati, oliv melihat seorang lelaki dengan postur tubuh yang tak asing baginya, dengan seksama ia terus memperhatikannya hingga wajah lelaki itu menghadap ke arahnya.
"Kak barra, itu benar dia!!" sepasang matanya melebar sempurna karena sangat syok melihat seseorang di masa lalunya kembali hadir di hidupnya kini.
Alur cerita dalam hidup selalu tidak bisa di tebak, mendadak pria itu juga ada disini, tubuh itu dan wajah itu, dia adalah seseorang yang tidak pernah kusalahkan dari kondisi apapun yang menimpaku, ayah dari anakku, Barra dewanto, kenapa bisa dia ada di sini, hati olivia semakin berisik bergemuruh tatkala lelaki itu berjalan mendekatinya. Tubuhnya mematung kaku dengan wajah pucat serta panik hingga terhuyung-huyung karena sepasang kakinya yang spontan lemas tak berdaya dan hampir membuatnya jatuh terpuruk ke lantai, beruntung barra segera menangkapnya sebelum oliv benar-benar terjatuh. Setelah sekian lama berpisah kini sepasang mata itu akhirnya kembali saling menatap dalam pandangan yang terasa begitu asing antara satu sama lain.
Seperti yang aku bayangkan, pada akhirnya ini terjadi, kami dapat bersentuhan seperti yang aku pikirkan suatu hari nanti,
Dengan mengingat hal tersebut aku selalu bisa membuat keputusan setiap hari,
Bahkan jika kita akan bertemu kembali, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan terpengaruh olehnya lagi, karena ini adalah resolusi yang telah aku buat ratusan kali di kepalaku, jadi kenapa sekarang terasa sulit ketika melihatnya? Batin oliv terus bergemuruh.
"Baru saja saya hendak menemui anda pak direktur, jadi ini adalah copywriter baru dari tim 2 bernama olivia zaylin. Oliv perkenalkan ini pak direktur barra dewanto" ucap bu miran
"Oh, copywriter baru, senang bertemu dengan anda" ucap barra sambil mengajak berjabat tangan
"Dan selamat datang di perusahaan kami" imbuhnya dengan wajah datar.
Hanya ini respon dia selama ini? Batin oliv makin merasa sakit hati.
Sementara di tempat akademi catur dan baduk tempat yumi mengasah keterampilannya, terlihat seorang bocah laki-laki merengek pada ibunya karena tidak mau berangkat ke akademi itu.
"Aku tidak mau!!" Teriaknya sambil menangis
"Kalau kamu tidak mau ke akademi, kamu akan membuat masalah jika berada di rumah" ucap ibunya mulai geram
"Tidak mau tidak mau, disini sangat tidak menyenangkan" katanya sambil menarik tangan ibunya untuk pergi dari tempat itu
"Ha, bobi!"
"Aku tidak mau masuk, aku tidak ingin ke akademi bu!"
"Kamu bisa melihat televisi dan bermain hp nanti, tapi jika kamu mau masuk!" Ancam ibunya
"Kenapa kamu tidak mau ke akademi dan hanya disitu? .. ya ampun .. padahal tadinya kamu baik-baik saja kalau di sana sebelumnya, apa yang membuatmu begitu sekarang?" Omel ibunya
"Ayo nak kita pergi sekarang!"
Dan beberapa menit kemudian setelah berupaya begitu banyak dengan berbagai macam bujukan yang telah dilakukan. Akhirnya karena takut di marahi ibunya yang super galak bobi pun menuruti keinginan ibunya hanya karena terpaksa. di depan pintu masuk akademi wajah bobi masih saja di tekuk.
"Nak, duduk di kelas dengan baik, ibu akan kembali begitu jam kelasmu selesai, setelah itu ibu akan antar kau ke penitipan sampai ibu pulang dan menyelesaikan pekerjaan .. ibu tidak akan lama hanya sampai jam 2 siang, kalau kamu bisa menjadi anak baik dan nurut, ibu akan membiarkan kamu bermain video game selama 30 menit" janjinya
"Maunya satu jam" yah ternyata anak ini masih suka tawar menawar juga
"Baiklah sekarang pergi ke dalam" bujuk ibunya lagi
"janji ya bu" ungkit bobi
"iya ibu janji" ucapnya sembari tersenyum kecut.
"yah terpaksa aku harus menggunakan trik ini untuk menyuapinya, ibu macam apa aku ini!" keluhnya sendiri
Sesampainya di dalam kelas bobi masih terus menangis karena harus terpaksa mendekam di sana sampai jam kelasnya selesai. Melihatnya terus terusan menangis tanpa henti yumi jadi kasihan dan berusaha mendekatinya.
"Hei berhentilah menangis, dan coba lihat ini" ucap yumi berusaha menghibur bobi, dan seketika tangisannya pun berhenti dalam sekejap.
"Coba kau lakukan ini!" Pinta yumi agar bobi mau mengikutinya
"Terus?"
"Tunggu sebentar" kemudian yumi pun meletakkan pion baduk dan menatanya di atas punggung tangan bobi.
"Apa ini? Kamu sedang apa?" Tanya bobi masih bingung dengan maksud yumi
"Jika kamu menjatuhkannya, maka aku akan menjitak dahimu" ucap yumi
"Kau ingin bermain atau mengerjaiku" protes bobi kesal
"Aku cuma bercanda, namaku yumi dan siapa namamu?"
"Namaku bobi"
"Setiap hari kamu datang ke tempat penitipan anak bersama ibumu kan?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Aku tahu karena aku juga disana dan selalu melihat tasmu" seketika saja wajah bobi langsung merah merona saat yumi berkata terus terang begitu.
"Lihat, ini adalah batu hitam dan ini batu putih"
"Aku juga tahu"
"Nah, kalau kamu lebih suka batu berwarna hitam atau putih?"
"Aku suka yang berwarna hitam"
"Kalau begitu aku akan ambil yang putih dan memulainya dulu dari sini, jika kamu ingin memakan batu yang berwarna putih, apa kamu tahu apa yang harus dilakukan?" Ucap yumi sembari meletakkan batu putih ke posisi awal, kemudian bobi pun menatap serius ke arah papan baduk di hadapannya dengan seksama, lalu perlahan tangannya meletakkan batu hitam yang berdekatan dengan batu putih milik yumi.
"Oh, jadi kamu sudah tahu bagaimana caranya bermain baduk"
"Tentu saja"
"Kalau kamu sudah tahu cara bermain dengan baik, kenapa kamu menangis, jangan menangis lagi ya" bujuk yumi.
Lagi-lagi bobi merona karena belum pernah bertemu dengan anak perempuan yang seperti dia sebelumnya.
"Sudah 30 menit, tapi kenapa dia belum keluar? Apa dia sedang sibuk menangis dari tadi?" Gerutunya saat menunggu bobi yang tak kunjung keluar dari dalam kelasnya.
Beberapa saat kemudian bobi pun keluar sembari melambaikan tangannya pada Yumi.
"Oh, itu dia, eh dia tidak menangis lagi?" Ucap sang ibu heran
"Ibu!!" Teriaknya senang
"Ada apa ini? Apa kelasnya jadi menyenangkan?"
"Iya sangat!"
"Apa yang membuatmu senang?"
"Ibu, apa ibu jatuh cinta dengan ayah pada pandangan pertama?" Tanya bobi dengan wajah polosnya
"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Ayolah bu"
"Ya ampun, apa kamu benar-benar ingin tahu itu?"
"Iya"
"Nanti ibu ceritakan di rumah saja"
"Ibu aku berjanji mulai sekarang tidak akan malas lagi datang ke akademi" ujar bobi begitu semangat.