Gadis manis bernama Rania Baskara, usia 17 tahun. Baskara sendiri diambil dari nama belakang Putra Baskara yang tak lain adalah Ayah angkatnya sendiri.
Rania ditolong oleh Putra, ketika masih berusia 8 tahun. Putra yang notabenenya sebagai Polisi yang menjadi seorang ajudan telah mengabdi pada Jendral bernama Agung sedari ia masih muda.
Semenjak itu, Rania diasuh dan dibesarkan langsung oleh tangan Putra sendiri.
Hingga Rania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan manis.
Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh pada diri Rania terhadap Putra, begitu juga Putra merasakan hal yang sama, namun ia tidak ingin mengakuinya..
Bagaimana kelanjutannya? ikuti kisahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjebol Benteng Pertahanan 21+++
"Apakah Ayah akan melakukannya sekarang?" Tanya Rania dengan pandangan tidak sabar.
"Bukankah ini yang kamu inginkan?" Putra balik bertanya.
Rania bergeming dengan memandang manik-manik Putra begitu lekat.
Tanpa menunggu jawaban dari Rania, Putra telah melancarkan aksinya.
Ia melum*t kembali b*bir Rania dan sedikit memberikan pelicin pada area vitalnya.
Putra bangkit dan hendak menyatukan sesuatu yang belum pernah ia rasakan semasa hidupnya.
Terlebih, ia akan melakukannya bersama dengan Rania. Anak angkatnya.
Dengan perasaan berdebar dan hati tidak karuan, Rania sedikit takut namun penasaran.
"Kalau sakit tahan ya, kita akan melakukannya atas dasar saling suka dan mencintai. Bukan keterpaksaan." Ucap Putra seraya menggesek-gesekan sedikit pada area Rania.
Putra membuka lebar kedua paha Rania, gairah Putra membara tatkala melihat liang Rania begitu menggoda imannya.
Ia langsung menjil*t milik Rania, membuat Rania menggelinjang hebat.
"Ahhhh, ayah!" Desah Rania.
Putra berancang-ancang akan memasukan tombak kebesarannya.
Dalam hentakan beberapa kali belum dapat ditembus dengan sempurna.
Namun, Putra tetap bersabar dan berusaha.
Rania telah meringis kesakitan ketika miliknya hampir dijebol oleh Putra.
Putra terus mencobanya, hingga akhirnya..
Blesss...
Bersatulah kedua benda keramat yang sangat di idamkan-idamkan oleh pasangan seluruh dunia.
"Akhhh.. Sakit!" Teriak Rania tatkala milik Putra berhasil masuk setengah.
"Baru masuk setengah, sayang. Belum semuanya. Kalau sakit sekali, aku bisa menundanya." Bisik Putra ditelinga Rania.
Putra memeluk tubuh Rania.
Rania menggelengkan kepalanya.
"Jangan, lanjutkan saja. Tapi pelan-pelan ya!" Pinta Rania.
Putra melum*t b*bir Rania agar dapat mengurangi rasa sakit yang dibawah sana.
Seraya melum*t, Putra perlahan-lahan menggerakkan pinggulnya.
Tak terasa air mata Rania mengalir disudut kelopaknya, ia merasakan tubuhnya terasa dibelah. Sakit luar biasa mendera tubuhnya.
Tubuhnya bergetar tatkala benda tak bertulang masuk kedalam dirinya.
"Ahhh..." Rania mengerang begitu kencang.
Putra terus mengimbanginya.
Dalam hitungan detik, sakit yang menusuk kini berubah menjadi nikmat tiada tara.
Tombak milik Putra berhasil masuk seluruhnya dengan sempurna.
"Ahh.." Putra turut mendesah tatkala miliknya terasa terjepit didalam sana.
"Ayah, ahhhh.. Ini enak, Ayah. Lanjutkan!" Pinta Rania dengan memeluk tubuh Putra.
Mendengar desahan dari Rania, membuat Putra semakin semangat dan mempercepat temponya.
Keduanya begitu menikmati setiap gerakan yang dilakukan oleh Putra.
Darah segar mengalir menetes dari liang milik Rania telah bercampur dengan cairan kenikmatan.
Keringat bercucuran membasahi kedua tubuh mereka.
***
"Rania, Rania. Bangun sayang. Makan dulu yuk, kamu pasti sudah lapar." Putra membangunkan Rania, nampaknya Rania begitu kelelahan setelah menerima hujaman dari Putra.
Bagaimana tidak, tubuh Putra kekar, tinggi, berisi dan atletis menyerang tubuh Rania yang ramping dengan bertubi-tubi.
Putra kini telah merasakan bagaimana rasanya bercinta.
Menurutnya, memang senikmat itu.
Ia tiada henti memandang wajah Rania yang sangat ia cintai dan sayangi.
Tidak menyangka takdirnya akan seperti ini bersama dengan Rania. Mengulas kisah cinta terlarang dan penuh dengan dosa.
Putra dan Rania menepis akan hal itu. Intinya, keduanya telah bersatu dan telah menjadi sepasang kekasih.
Status keduanya akan mereka rahasiakan dari semuanya.
"Sayang, bangun!" Putra membangunkan Rania sekali lagi.
Rania hanya menggeliat lalu memandang wajah Putra.
Rania yang belum mengenakan pakaian, hanya berselimutkan selimut tebal. Kini merapatkan kembali selimutnya dan hendak memejamkan matanya kembali.
Dengan sigap, Putra menarik selimut Rania hingga area tubuh atas Rania terbuka.
Membuat tangan Putra seketika jahil dan meremas dan menghisap milik Rania.
"Ish, Ayah. Geli tahu!" Ucap Rania.
"Makanya ayo makan dulu. Setelah itu, kita berenang. Bagaimana? Mau kah?" Ucap Putra.
Rania melebarkan kedua matanya.
"Ya sudah, tapi aku lemas sekali, Ayah. Bisa kah kamu membuat tubuhku kembali bersemangat?" Tanya Rania kepada Putra.
"Bisa." Putra langsung bangkit dan menjil*ti area intim milik Rania.
Sontak membuat Rania menggelinjang menikmati sentuhan yang diberikan oleh Putra.
"Ah, Ayah. Aku jadi pingin lagi." Desah Rania kemudian.
"Yakin mau lagi?" Tanya Putra dengan bersemangat.
Rania mengangguk.
"Kalau tidak keberatan!" Jawab Rania dengan wajah menggoda.
Putra tersenyum manis dengan tubuh beralih memeluk Rania.
"Tentu tidak akan keberatan!" Putra langsung membuka handuk yang telah melilit dipinggangnya.
Pertempuran kembali dimulai dan semakin panas.
Entah keduanya menghabiskan berapa ronde.
***
Keesokan harinya..
Tubuh Rania begitu terasa sakit dan pegal-pegal, sehingga membuat dirinya sangat sulit untuk berjalan. Pangkal pahanya terasa kaki, dan bagian area intim dirasakan terlalu perih karena dihujam bertubi-tubi oleh tombak Putra layaknya balok menerobos masuk kedalam tubuh Rania.
Pagi itu, Putra bangun lebih awal.
Tatkala Rania mengedarkan pandangannya, ia tidak mendapati Putra disekitar kamarnya.
Rania mencoba turun dari ranjang, ia masih menggunakan Bathrobe.
"Ah, sakit sekali. Membuatku sulit untuk berjalan." Gumam Rania lirih tatkala dirinya melangkahkan kakinya.
Ia terus mencari-cari dimana Putra berada.
Rania menyusuri area Villa hingga akhirnya ia menemukan Putra sedang menerima panggilan telepon seseorang.
Rania memicingkan kedua matanya.
"Dengan siapa dia bicara? Mengapa menerima panggilan sampai jauh sekali?" Ucap lirih Rania dikala melihat Putra sedang tersenyum-senyum tatkala menerima panggilan suara.
Rania terus berjalan mendekat, samar-samar ia dapat mendengar percakapan Putra dengan seseorang diseberang itu.
Rania mendengar nama yang disebut-sebut oleh Putra.
"Siska?" Ucap Rania lirih.
Emosinya mulai membakar seluruh tubuhnya. Rahangnya mengetat, tangannya mengepal seolah ingin segera melayangkan sebuah pukulan kepada Putra.
Bisa-bisanya setelah meniduri dan merusak aset berharga Rania, Putra dengan mudah sudah berpaling kepada wanita lain. Bahkan ia menyebutkan nama Siska.
Rania menghentakkan kakinya, sehingga membuat Putra menoleh kearah sumber suara tersebut.
Putra melihat Rania yang sudah berjalan menjauhinya.
Tidak lama kemudian, Putra segera memutuskan panggilan suara tersebut dan mengejar Rania.
"Rania! Rania!" Panggil Putra.
Namun, Rania tetap bergeming dan masuk kedalam kamarnya.
"Rania, kamu sudah bangun?" Tanya Putra ketika telah sampai di kamarnya.
Rania tidak meresponnya, ia terus membisu dan hendak masuk kedalam toilet untuk membersihkan tubuhnya.
"Rania, kamu kenapa sayang?" Tanya Putra mencengkeram pergelangan tangan Rania.
"Lepaskan tanganku, lanjutkan saja dengan Siska. Heran sekali ya, bisa-bisanya setelah meniduriku, Ayah langsung bercengkrama dengan Siska. Tidak habis pikir!" Ungkap Rania dengan begitu kesal.
"Kamu salah paham, sayang. Aku tidak seperti itu. Tolong dengarkan penjelasanku terlebih dahulu!" Pinta Putra kepada Rania.
Rania menatap tajam kedua manik-manik Putra. Ia berjalan mendekati tubuh Putra.
"Aku tidak butuh penjelasan, aku dengar sendiri Ayah memanggil-manggil nama Siska." Ucap Rania dengan sudut mata telah memanas.
"Sayang, dengarkan aku dulu." Jawab Putra.
"Tidak! Aku tidak ingin mendengarkan, Ayah!" Sentak Rania.
Dengan sigap, Putra langsung menyumpal b*bir Rania dengan b*birnya, agar Rania tidak berteriak-teriak secara terus menerus. Putra meluma*ti b*bir Rania secara dalam.
Awalnya Rania memberontak, namun karena Putra terus memberikan sentuhan yang membuat dirinya merasa tenang, amarahnya berangsur berkurang.
Cukup lama durasi pagutan keduanya.
"Sayang, tolong relaks dulu ya. Aku akan menjelaskan semuanya. Sekarang kamu mandi ya, setelah itu kita sarapan bersama. Lalu ikut aku jalan-jalan berkeliling area Villa ini. Banyak tanaman dan bunga-bunga cantik, seperti kamu. Kamu pasti menyukainya." Ucap Putra seraya mencubit hidung mancung Rania.
Rania menjadi meleleh dengan apa yang dilakukan oleh Putra.
Emosinya yang meletup-letup panas membara kini telah sirna menjadi cair dan lebih hangat.
"Ya sudah, aku mandi dulu." Jawab Rania dengan nada lebih halus.
Putra tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat sikap Rania yang mudah sekali tantrum bagaikan balita.
Rania memasuki kamar mandi, Putra kemudian mendekati pintu kamar mandi dan berucap dengan sedikit meninggikan nada suaranya.
"Mandinya jangan lama-lama ya, sayang. Aku sudah sangat lapar nih, sejak tadi menunggu kamu untuk bangun tapi tidak bangun-bangun!"