Meyra Roseyra si gadis yang di buat tak habis pikir dengan seoarang laki laki yang tak lain dan tak bukan ia Hans Lavenzo, bukan karena apa, Hans selalu mengejar nya dan terus berusaha mendekati nya, Padahal secara terang terangan Meyra telah menunjuk kan minat tak sudi nya terhadap Hans
"Pergi, dan jangan deketin gue!! Gue muak sama Lo!"
"Pergi dari kehidupan mu, oh tidak bisa, Tau kah kamu, aku akan merasa puas jika kamu menerima ku,"
"Omong kosong!!!"
***
Tanpa meyra duga, ternyata Hans telah mengikat nya, yang membuat Meyra ingin marah tapi tak bisa karena adanya....
Yuk simak cerita nya,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berangkat...
"Hati hati ya, kabarin nenek kalau rara tiba di sana ya"
Meyra mengangguk, dengan menenteng Paper bag yang ber isi kan beberapa roti bungkusan buatan nenek nya
"Iya Nek, nanti nenek beritahu sama kakek juga,"
Meyra merogoh tas selempang nya, dengan mengambil Ampop di sana, mengambil tangan nenek nya dengan meletak kan amplop itu pada telapak tangan sang Nenek
Tampak raut wajah nenek itu yang ter lihat ter kejut, "i-ini"
"Ambil lah nek, Itu tidak seberapa di banding nenek yang selalu ngejagain rara selama ini, yang mem besar kan rada juga" ujar nya dengan senyuman lebar nya
Sang Nenek terlihat ingin menangis, karena dia yakin isi dalam amplop ini sangat banyak
"Makasih rara, cucu ku," nenek mengecup ke dua pipi meyra
Jika kalian tanya Hans ber ada di mana, Pria itu di suruh meyra agar duluan saja di motor
"Pergilah rara, pemuda itu sudah menunggu mu sedari tadi" Nenek mengusap punggung Meyra yang kini mengangguk
"Iya nek, rara pergi ya, nenek jaga kesehatan, rara nggak lama kok, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsallam, rara jaga diri di sana ya"
****
Di sini lah mereka, di bandara soekarno-Hatta, meyra dan yang lain masih menunggu panggilan dari komunitator
"Aa, senang banget bisa pergi sama kamu"
Meyra hanya ter senyum canggung, kala Leyla kakak dari Hans itu merangkul diri nya
Meyra bukan nya tak suka, tapi dia hanya tak terbiasa, Hans menghela nafas nya dengan sorot mata elang nya, Hans menatap Leyla tajam
"Lepasin,"
"Uh ayo lah Adik ku, aku hanya meminjam nya sebentar aku tak akan mengambil nya dari mu"
"Lagi pula, adik ipar ku ini tak keberatan, benar begitu meyra" seru Leyla
"Ah haha, i-iya kak,"
"Tuh dengar" Leyla menjulur kan lidah nya ke arah Hans, saudara saudara nya ter kekeh melihat tingkah adik perempuan nya itu
"Mey, sampai sana kita traveling bareng" ucap Leyla dengan senyum sumringah nya
"Di sana juga ada kak Rasya juga kak Allen yang akan bareng sama kita"
Meyra hanya membalas nya dengan senyuman tipis nya, enggan tahu ingin menjawab apa,
"Biarin aja para pria pria ini yang akan bekerja, kita yang seorang gadis harus nya buruh refreshing kan"
"Kamu tenang aja, masalah biaya, Hans punya banyak uang" kikik Leyla dengan menatap wajah Hans yang menatap nya datar
"A-Ah Aku masih ada uang lebih kok" Ujar Meyra
"Oh ayo lah mey, kamu itu sekarang bagian keluarga kami" Leyla merangkul pundak meyra
"Kamu jangan ngerasa nggak enakan ya aku nggak suka kek gitu, kamu tau aku seanf dapet keluarga lagi dan itu perempuan"
Meyra tersenyum hangat, ucapan Leyla yang ter dengar sangat tulus membuat nya merasa ter sentuh
"Kalau kamu udah nikah sama Hans, Kamu akan sering ber sama ku, kamu ikut aku ke butik, karena tau lah ya, mereka punya kesibukan itu yang super power sibuk" ucap Leyla dengan sedikit meninggi kan nada suara nya
Saudara saudara nya hanya menggeleng, Tapi raut wajah Leyla yang ter lihat sangat senang dan sangat antusias itu sudah membuat mereka merasa ber syukur
"Tapi mey, kamu kok bisa tahan sama sifat dia" ucap Leyla dengan menunjuk Hans yan enggan menatap nya
"Sifat dia yang kek kulkas itu sangat menyebal kan, dia seperti patung berjalan tanpa ada nya ekspresi muka, ck ck ck" Leyla ber decak
Sedang kan meyra, gadis itu terlihat cengo, benar kah sifat Hans seperti itu
"Apa sifat nya Hans se dingin itu kak? Tanya meyra dengan suara yang ia kecil kan
Leyla mengangguk dengan cepat, "sangat sangat dingin mey, lihat lah wajah dia," tunjuk nya lagi pada Hans, "seperti tak ada gairah hidup"keluh Leyla
Meyra meringis, 'tapi kenapa dia saat dengan ku sangat ber beda,' batin nya
"Dis juga__" Leyla tak melanjut kan ucapan nya kala Hans kini menatap nya dengan tajam
"Udah"
Meyra mengkerut kan Alis nya kala Leyla yang kini menelan liur nya dengan susah payah
"A-apa," cicit Leyla
"Ngomong nggak jelas nya"
Oke Leyla mencari perkara nya sendiri, mendekat kan wajah nya ke wajah meyra, "lihat lah, bukan kan dia semeyeram kan itu" bisik nya
Meyra menatap ke belakang, di sana Hans menatap nya dengan dalam, kemudian kembali menatap Leyla yang menampil kan wajah mengeri kan
"Leyla"
Leyla ter sentak, "oh meyra, apa kah kamu mendengar ada yang menyebut nama ku"
"Leyla, gua nggak lagi bercanda"
"Tuh tuh dengar ada yang memanggil ku kan"
Hans tak tahan, pria itu merangkul pinggang meyra dan menarik nya hingga gadis itu berada tepat di samping nya,
Meyra, gadis itu tentu saja terkejut, dengan mata membulat sempurna, meyra menatap dengis pada Hans yang menampil kan senyum tipis nya
"Huh pelit
Leyla mrngerucut kan bibir nya, membuang muka enggan untuk melihat kedua nya, tapi ekor mata nya di kejut kan dengan salah satu saudara tiri nya yang menatap tajam ke arah Hans
"Leo kenapa?" Gumam nya
"Hans, geser nggak" cicit meyra tapi di abai kan oleh pria itu
Meyra mendegus kesal, menatap Hans yang terfokus dengan benda pipih nya
Tak lama suara dari komunitator ter dengar bahwa pesawat akan segera lepas landas yang arti nya mereka akan memasuki pesawat itu
Meyra ber jalan dengan Hans di samping nya yang senantiasa mengenggam tangan nya, meyra sebenar nya risiko tapi mengingat ini bukan waktu nya untuk hal yang tidak penting jadi ia biar kan kali ini
Setelah nya, meyra mendudu kan diri nya pada kursi pesawat itu, dengan Hans lagi dan lagi, meyra tak menghirau kan nya, gadis itu asik melihat pemandangan di luar lewat jendela
Meyra ter sentak kala telinga nya di sumpal oleh suatu benda, menoleh dan men dapati Hans yang ter senyum tipis
Tak lama meyra men dengar musik yang ter dengar menenang kan, Hans memasang kan nya Erphone di telinga nya
"Tidur lah meyra"
Meyra hanya diam, tapi gadis itu merasa nyaman sekarang, tak lama mata nya tertutup dengan per lahan gadis itu ter lelap, Hans merapikan rambut rambut yang ber ada di wajah gadis itu yang menurut nya menganggu wajah cantik Meyra
"I will love u" lirih nya tepat di telinga meyra