Adrian adalah seorang pemuda yang tanpa sengaja mendapatkan kekuatan mata yang super hebat. Selain dapat menembus setiap benda, mata itu juga memberikan Adrian kemampuan medis legendaris dan juga bela diri kuno.
Seketika nasib Adrian berubah dan banyak di sukai oleh para wanita cantik.
Sekilas cahaya keemasan terlintas di mata Adrian.
"Apa ini, mataku mampu menembus pakaiannya," ucap adrian.
Bagaimana kelanjutannya bisa langsung di baca di novel ini ya !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 29 LUKISAN PALSU
Wiliam baru saja kembali dari luar kota setelah melakukan perjalanan bisnisnya dan tanpa sengaja bertemu dengan Adrian di bandara.
"Kak Wiliam, ada keperluan apa mencari ku?" tanya Adrian.
"Kakek ku sangat menyukai guci porselin yang aku peroleh darimu, dia begitu penasaran dan ingin bertemu denganmu sambil bersantai minum teh," jawab Wiliam.
"Jika kamu tidak keberatan bagaimana jika sekarang kita pergi menemui kakek?" tanya Wiliam sambil merangkul Adrian.
Tingkah Wiliam ini begitu ramah dan menganggap Adrian sudah seperti saudaranya saja, padahal ini merupakan pertemuan mereka yang kedua kalinya.
Adrian juga menjadi tidak enak jika menolak ajakan Wiliam ini. Lagian keluarga Saputra juga merupakan salah satu keluarga terkaya di kota, jika bisa mengenalnya lebih dekat mungkin kelak akan sangat menguntungkan, pikir Adrian.
"Baiklah kak Wiliam aku ikut denganmu," jawab Adrian.
Adrian dan Wiliam pergi menuju kerumah keluarga Saputra. Sampai di sana Adrian langsung di buat takjub oleh sebuah rumah yang megah dan sangat mewah.
Rumah itu terdiri dari tiga tingkat dan sebuah kolam renang pribadi. Halamannya juga begitu luas dengan deretan mobil mewah terparkir di garasinya.
Wiliam memimpin Adrian masuk ke dalam rumah. Adrian tampak takjub kembali melihat arsitektur interior yang terlihat sangat mewah bergaya kerajaan.
Terlihat di ruang tamu Kakek Saputra sedang duduk santai sambil membersihkan sebuah lukisan kaligrafi kuno dengan menggunakan kuas secara hati-hati.
"Kakek aku kembali," ujar Wiliam.
"Kamu sudah pulang," balas Kakek Saputra.
"Kakek ini dia pemuda yang aku ceritakan tempo hari, namanya Adrian, dialah yang menemukan guci porselin dinasti Ming yang aku berikan kepada kakek," ujar Wiliam.
"Kamu Adrian, mari silahkan duduk," ujar Kakek Saputra.
"Terima kasih tuan besar Saputra," balas Adrian sambil duduk.
"Wiliam sudah menceritakan tentang mu sebelumnya," ujar Kakek Saputra.
"Tidak ku sangka kamu masih begitu muda dan memiliki penglihatan yang sangat tajam," sambung Kakek Saputra.
"Tuan besar, terlalu memuji," balas Adrian.
"Guci itu aku benar-benar sangat menyukainya," ujar Kakek Setiawan.
Kakek Setiawan mulai mengatakan bahwa dirinya sangat suka mengoleksi barang-barang antik. Bahkan dia telah menyiapkan sebuah ruangan khusus untuk menyimpan semua koleksinya.
"Mungkin ada lebih dari 20 barang antik dengan berbagai jenis yang telah aku kumpulkan selama ini," ujar Kakek Saputra.
"Salah satu barang antik milikku adalah lukisan kuno ini yang telah berusia lebih dari 500 tahun lalu," sambung Kakek Saputra menunjukkan lukisannya di atas meja.
"Wah, ternyata koleksi tuan besar sangat banyak," ujar Adrian.
"Selain suka mengoleksi barang antik, kakek ku ini juga merupakan seorang penilai barang antik nomor satu di kota ini," sela Wiliam.
"Wah, aku tidak menyangka ternyata tuan besar juga begitu hebat," ujar Adrian.
"Haha... kamu harus rajin belajar dan banyak bertanya, mungkin saja kelak kamu bisa seperti diriku," ujar Kakek Saputra kepada Adrian.
"Tapi kemampuan ku yang sekarang jug mulai sudah berkurang termakan oleh usia, sehingga tidak sehebat dulu lagi," sambung Kakek Saputra.
Adrian mulai melihat sebuah lukisan kaligrafi di atas meja. Seketika mata Adrian bersinar dan mendapati ada yang tidak beres dengan lukisan milik Kakek Saputra.
Lukisan itu di mata Adrian tidak terlihat seperti barang antik kuno, melainkan hanya sebuah gambar kaligrafi yang tidak bernilai.
Di dalam lukisan ini terdapat sebuah benda yang tidak ada di jaman dahulu.
"Tuan besar, dari mana anda mendapatkan lukisan kaligrafi ini?" tanya Adrian.
"Bagaimana menurutmu, lukisan ini sangat indah bukan, aku mendapatkannya di pelelangan dengan harga 10 milyar," jawab Kakek Saputra.
"10 milyar," ulang Adrian terkejut.
Adrian tidak percaya Kakek Saputra rela mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk membeli sebuah lukisan palsu. Tampaknya Kakek Saputra telah tertipu, pikir Adrian.
"Maaf tuan besar, menurutku lukisan ini bermasalah," ujar Adrian.
"Apa maksudmu?" sontak saja Kakek Saputra terkejut mendengarnya.
"Maksudku lukisan anda ini bukanlah termasuk barang antik," jelas Adrian.
Seketika Kakek Saputra terkejut bukan main mendengar perkataan Adrian ini. Dia membelinya dari pelelangan barang antik dan mengeceknya beberapa kali, sehingga menurutnya lukisan kaligrafi ini adalah asli.
"Adrian apa yang kamu bicarakan, kakek ku ini adalah seorang penilai barang antik terbaik di kota ini, bagaimana mungkin dia membeli sebuah barang palsu," ujar Wiliam juga terkejut.
Wiliam sangat tahu betul tentang kemampuan kakeknya, kakeknya bisa di bilang adalah master barang antik di masa jayanya.
"Anak muda apa kamu sedang asal bicara saja, aku bisa memakluminya bila kamu mengakuinya," ujar Kakek Saputra.
"Aku tidak asal bicara, lukisan anda ini memanglah barang palsu, bahkan di pasaran harganya tidak akan lebih dari 500 ribu," balas Adrian.
"Kamu..." terlihat Kakek Saputra mulai marah.
Kakek Saputra tidak bisa menerima semua perkataan Adrian ini. bagaimana mungkin lukisan kaligrafi yang telah dia pilih dengan sangat hati-hati adalah barang palsu.
"Anak muda, karena kamu sudah berani mengatakan bahwa lukisan ini adalah barang palsu, apakah kamu bisa untuk membuktikannya?" tanya Kakek Saputra.
"Tentu saja aku bisa membuktikannya," jawab Adrian dengan santai.
Adrian mengambil lukisan kaligrafi itu dan mulai menatapnya sebentar. Keanehan lukisan kaligrafi itu terdapat di bagian tengah kertasnya. Bagi manusia normal sangat sulit untuk dapat mengetahui, namun bagi mata Adrian, lukisan ini tidak dapat menipunya. Sambil tersenyum Adrian mulai melakukan sesuatu kepada lukisan itu.
"Krek," Adrian merobek lukisan itu menjadi dua bagian.
"Anak muda apa yang kamu lakukan?" seketika Kakek kaget melihat Adrian merobek lukisan miliknya.
"Kamu sudah melewati batas," sambung Kakek Saputra menjadi emosi.
Kakek Saputra sangat suka mengoleksi barang antik seperti lukisan kaligrafi ini. Dan Adrian telah berani merobek barang miliknya di depannya, hal itu tentu membuat Kakek Saputra tidak bisa menerimanya.
"Adrian kenapa kamu justru merobeknya, jika kamu tidak memberikan penjelasan yang masuk akal, aku takut tidak bisa membantumu bicara kepada kakek," ujar Wiliam.
Adrian sama sekali tidak memperdulikan mereka dan mulai mencabut sebuah benang dari bekas robekan lukisan kaligrafi itu.
Sebuah benang halus dengan ukuran 5 cm berada di telapak tangan Adrian dan di tunjukkan kepada Wiliam dan Kakek Saputra.
Seketika Kakek Saputra yang sebelumnya sangat emosi dan marah mulai terdiam melihat benang itu. Wiliam juga tidak berkata satu katapun.
"Coba kalian perhatikan, ini adalah sebuah benang senar halus," ujar Adrian.
"Benang ini adalah benang buatan dari perusahaan modern, jadi mana mungkin lukisan kaligrafi kuno menggunakan benang seperti ini di dalamnya," sambung Adrian.
Seketika Kakek Saputra dan Wiliam juga kaget melihat benang itu. Seperti yang di katakan oleh Adrian, bahwa mana mungkin lukisan kaligrafi kuno menggunakan benang senar di dalamnya. Sudah jelas dapat di pastikan bahwa lukisan kaligrafi itu bukanlah barang antik.
"Haha... Adrian kamu sangat hebat sekali," ujar Kakek Saputra.
Ekspresi Kakek yang sebelumnya berubah total 180 derajat.
"Maaf tadi kakek sempat marah kepadamu," sambung Kakek Saputra.
Kakek Saputra kini benar-benar sangat kagum terhadap kemampuan Adrian. Bahkan Adrian bisa menemukan sebuah benang senar halus di dalam lukisan.
"Tidak apa, aku juga memakluminya," balas Adrian.
"Tampaknya aku telah dapat pelajaran berharga darimu Adrian," sambung Kakek Saputra.
"Tuan besar terlalu memuji, jika di bandingkan dengan tuan besar aku masih belum berpengalaman," balas Adrian.
"Haha, mulutmu ternyata juga sangat manis dan kamu juga jangan yang terlalu merendah," ujar Kakek Saputra.
"Aku sangat menyukaimu," sambung Kakek Saputra.
"Adrian, aku bahkan terkenal di kota ini sebagai salah satu yang terbaik dalam menilai barang antik, tapi melihat kehebatan mu barusan, aku seperti anak kecil yang baru bisa berjalan," ujar Wiliam.
"Kak Wiliam terlalu melebih-lebihkan," balas Adrian.