Mikayla adalah Perawat Gigi. Ia telah dikhianati oleh pacarnya sendiri yang berselingkuh dengan teman seangkatan perawat. Pacarnya adalah seorang anggota Polri. Namun cintanya kandas menjelang 2 tahun sebelum pernikahannya. Namun ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang bernama Zaki. Namun disamping itu ia ternyata telah dijodohkan oleh sepupunya yang juga menjadi anggota Polri. Apakah ia akan terus memperjuangkan cintanya dan kembali kepada Zaki, atau lebih memilih menikah dengan sepupunya?
ikuti kisah selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
(Ali: Mika, kamu sudah tidur belum? Aku mau memberikan kabar bahwa Janice menerima lamaran aku, akhirnya penantian panjang yang aku tunggu segera terwujud)
Ali mengirimkan pesan untuk Mika.
Dengan keadaan mata mengantuk Mika membaca pesan.
Sontak ketika matanya terbuka, hatinya bagai disambar petir disiang bolong.
Mika kembali mengerjapkan matanya berulang-ulang untuk memastikan apakah yang ia baca salah dan itu bukan fakta.
Namun memang benar itu adanya, pesan dari Ali memanglah sangat nyata bukan sekedar halusinasinya saja.
Tak dapat berkata apa-apa, ia hanya mampu membisu. Tanpa sadar air matanya telah membasahi bantal yang tengah ia kenakan untuk meletakkan kepalanya.
Semakin terisak membuat hatinya semakin sakit hancur berkeping-keping.
Ia berusaha tegar dan berlapang dada atas kabar yang telah sepupunya berikan.
Segera ia mengetik untuk menutupi hatinya yang ternyata tidak bisa menerima semua ini.
(Mika: Alhamdulillah bang kalau begitu, turut senang, semoga lancar sampai hari H ya)
Setelah Mika membalas pesan dari Ali, ia langsung menonaktifkan ponselnya dan ia letakkan dibawah bantal.
Dengan kondisi terisak ia menguatkan hatinya yang tidak sedang baik-baik saja untuk tetap dalam keadaan baik-baik saja.
Ia mengingat-ingat kembali moment ketika bersama Ali, karena hanya dengan Ali dirinya tenang dan nyaman.
Bahkan ia sendiri tidak paham dengan dirinya yang harus nya bahagia karena sepupunya segera sold out namun kin malah ia yang merasa sedih dan tidak rela.
Mika berjanji dalam hatinya, mulai sekarang ia tidak ingin lagi disentuh, dipeluk, dicium bahkan sampai tidur satu ranjang ia akan menolak secara mentah-mentah.
Karna ia tahu kini Ali akan menjadi suami orang.
Dan atas perjodohan itu, ia yakin akan batal. Karena Ali telah memantapkan hatinya untuk Janice, calon isterinya. Seorang wanita yang kelak akan menjadi Ibu Bhayangkari bagi Ali, seorang anggota Polisi Republik Indonesia.
***
Mika terlihat tidak bergairah dalam menghadapi ujian akhir semesternya.
Makan dan minum pun ia tidak ingin.
Ia lebih banyak membisu, dan tidak seceria biasanya.
Diva dan Amira terheran dengan Mika, mengapa sahabatnya ini berubah. Ada apakah gerangan?
Mika masih duduk didalam kelas praktek. Di hadapan banyak alat-alat stainless semacam tang dan lainnya.
Sebagian temannya sudah keluar dari ruangan itu, namun tidak bagi Mika.
Diva yang menyadari lebih awal langsung memberikan kode ke Amira.
"Mika, kamu kenapa?" Tanya Diva yang telah mendekat, dan duduk disebelah Mika.
"Iya Mika, kenapa kamu sepertinya lagi nggak mood." Sambung Amira.
Mika masih membisu. Dan terus memainkan beberapa alat tang pencabut gigi dari berbagai ukuran dan jenis hingga terbenturan dengan mangkuk stainless dan menimbulkan suara hentakan-hentakan alat tersebut.
"Mik, kamu kenapa? Ada masalah ya?" Tanya Diva kembali dan langsung melirik ke arah Amira.
"Iya Mik, cerita saja ke kita. Biar semua yang ada didalam hati kamu menjadi ringan." Imbuh Amira.
Mika menggelengkan kepalanya pelan.
Diva dan Amira saling berpandangan.
"Ya sudah, kita ke kantin yuk, aku sudah lapar nih. Aku traktir deh. Bagaimana? Mau nggak?" Diva mencoba untuk mengalihkan dan mengajak Mika untuk dapat kembali ceria seperti biasanya.
"Ayo Mika." Amira terus menarik-narik tangan Mika.
Akhirnya Mika goyah dan berdiri serta beranjak dari tempat duduk serta mengikuti Diva dan Amira ke kantin.
Diva dan Amira terus menggandeng Mika hingga sampailah mereka ke Kantin.
"Kamu mau minum apa Mik?" Tanya Amira.
"Sudah, pesankan saja minuman yang biasa Mika minum." Sahut Diva kemudian.
"Okay." Jawab Amira.
"Hei.. kalian disini?" Sapa salah seorang cowo dengan rambut cepaknya. Ia bernama Juna. Anak keperawatan gigi juga, ya iya lah kan memang kampusnya kampus keperawatan gigi.
"Kenapa, Jun?" Tanya Diva.
"Nggak apa-apa, kenapa Lo Mik? Diam saja begitu. Biasanya Lo paling gacor." Tanya Juna dengan ucapan yang ceplas ceplos.
"Sssttt.. dia lagi bad mood sepertinya, jangan diganggu dulu ya." Pinta Diva pada Juna dan memberikan kode bahwa Mika sedang tidak baik-baik saja.
"Hmmm.. baiklah. Eh, Alexa dimana? Tumben nggak nimbrung?" Sambung Juna kembali.
"Tahu tuh anak kemana? Lagi kasmaran sepertinya, dari kemarin sibuk sama ponselnya." Jawab Diva menjelaskan.
"Aku nggak apa-apa kok, lagi kurang sehat aja."
Mika tiba-tiba membuka suaranya.
"Mau Gue antar ke UKS Mik?" Juna menawarkan dirinya denga pede.
"Nggak perlu Jun, nanti aku minum obat saja." Mika menjawab dengan sedikit senyumannya.
"Jangan sakit dong, nanti cakepnya hilang lho. Ehh.. ada yang titip salam tuh buat Lo." Imbuh Juna kembali.
"Siapa, Jun?" Diva tampak sedikit kepo.
"Si Zidan." Jawab Juna singkat.
"Zidan? Zidan yang ganteng itu?" Tanya Diva dengan penasaran.
"Iya lah, siapa lagi yang namanya Zidan disini. Dia doang kan." Sahut Juna.
"Ih.. kalian pada ngomongin apa sih? Kok aku nggak di ajak-ajak." Datanglah Amira dengan beberapa minuman yang telah ia pesan.
"Buat Gue mana, Mir?" Tanya Juna.
"Beli sendiri lah, lagian kan tadi pas aku pesan kamu belum datang." Amira menyodorkan minuman ke Mika dan Diva.
"Begitu amat Lo sama Gue." Imbuh Juna sedikit kesal.
"Bagaimana, Mik? Salam balik nggak?" Sambungnya kembali, dan kembali bertanya kepada Mika.
"Hussttt Mika kan sudah punya cowok, cowoknya polisi." Sahut Diva yang langsung memukul tangan Juna.
"Aku sudah putus!" Mika menjawab dengan ucapan datar.
Diva, Amira dan Juna saling berpandangan.
"Yang benar, Mik? Kok bisa?" Tanya Diva terheran.
"Ceritanya panjang, aku nggak mau bahas." Sahut Mika dengan pandangan lurus kedepan sambil minum minuman yang telah Amira pesan.
"Ya sudah, kamu ceritanya kapan-kapan saja ya, sekarang kamu mau makan apa? Biar setelah itu kamu bisa minum obat dan istirahat." Diva sangat mengerti keadaan Mika.
"Lho, Mika kamu sakit?" Tanya Amira.
"Agak nggak enak badan aja, Mir." Sahut Mika.
"Ya sudah, kalau begitu Gue pesankan makanan ya, kalian pada mau makan apa? Biar sekalian Gue pesankan!" Juna tampak antusias sekali untuk menarik perhatian Mika dan yang lainnya.
"Boleh deh Jun, aku mau bakso. Lagi pengen yang kuah." Diva langsung nomor satu untuk masalah makanan.
"Lo Mik? Mir?" Sambung Juna.
"Samakan aja." Jawab Mika dan Amira dengan kompak.
Yang kemudian keduanya saling berpandangan dan mengernyitkan dahinya.
"Lah, bisa kompak begitu." Logat Juna khas sekali dengan logat Betawinya yang kental.
Mereka semua terkekeh melihat gaya bicara Juna yang sangat lucu dan menggemaskan.
***
"Jadi kamu benar menerima lamaran Al, Nice?" Tanya Dian yang membawakan minuman untuk Janice.
"Hehehe iya tante." Jawab Janice dengan tersipu malu.
"Kamu sudah bilang sama orang tuamu?" Tanya Dian kembali. Sepertinya Dian sedang menginterogasi Janice.
"Sudah tante, aku sudah bilang sama Mama dan Papa." Sahut Janice kembali.
"Alhamdulillah kalau begitu. Al tumben nih belum pulang. Biasanya sudah pulang." Dian kembali berbicara dan menyodorkan beberapa cemilan untuk Janice.
"Assalamu'alaikum."